Rabu, 30 September 2015 |
10:58 WIB
JAKARTA – Salah satu tokoh sentral Partai Komunis
Indonesia (PKI) yang masih hidup saat ini adalah Putmainah. Usianya sudah
87 tahun. Dia tak bisa lagi berjalan. Setiap hari dia duduk di kursi roda. Ia
pun sudah tak ingat Gerakan 30 September atau G 30 S PKI.
Putmainah tinggal di Desa Pakisrejo, Kecamatan Srengat,
Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Sebelum terkena stroke tiga tahun lalu, Putmainah
kerap didatangi mahasiswa, peneliti sejarah, hingga orang biasa. Mereka ingin
menjadikan Putmainah sebagai rujukan untuk mengisahkan penumpasan PKI yang
menewaskan ribuan nyawa di Blitar pada tahun 1965.
Putmainah merupakan mantan Ketua Gerakan Wanita Indonesia
(Gerwani). Dia juga pernah menjabat anggota DPRD Kabupaten Blitar dari Fraksi
PKI. Sementara suaminya, Subandi adalah anggota TNI. Subandi juga merupakan
mantan Ketua Front Nasional Blitar serta Ketua DPRD Kota Blitar dari Fraksi
PKI.
Ketokohan dan kiprah Putmainah dan suaminya di PKI
praktis membuatpasangan suami istri ini menjadi tokoh sentral PKI di Kota dan
Kabupaten Blitar.
Putmainah pernah menceritakan kedekatannya dengan
keluarga Bung Karno yang selalu dibanggakan. Ia juga pernah berkisah tentang
perjuangan dirinya bersama suami membesarkan partai dan menolong kaum tani
serta perempuan, hingga drama pelariannya menyelamatkan diri dan tujuh anaknya
dari upaya pembantaian yang dilakukan Gerakan Pemuda Anshor.
Putmainah dan keluarganya harus lari masuk hutan dari
kejaran tentara, namun dia masih bertahan hidup hingga sekarang. Tapi tidak
demikian dengan suaminya. Suami Subandi dijemput maut saat dalam perjalanan
pulang usai mengikuti Kongres PKI di Jakarta.
Putmainah bersyukur karena masa kelam itu sudah berlalu.
Terlebih, dia lepas dari pembantaian massal yang terjadi 50 tahun lalu itu.
Kini, Putmainah sudah hampir melupakan semuanya.
Putmainah sudah tidak ingat lagi dengan masa-masa
peruanganya membesarkan partai dan menolong rakyat miskin. Dia juga sudah tidak
ingat bagaimana kelamnya pembantaian PKI di Blitar. Bahkan, Putmainah sudah tak
ingat bulan September, bulan pembantaian PKI. “September ya,” ujar Putmainah
datar, seperti dilansir Tempo, Selasa (29/9/2015).
Adik Putmainah, Patmiati mengatakan, kakaknya sudah tak
bisa diajak berkomunikasi dan mengingat apa-apa. Penyakit stroke dan usia yang
menderanya telah mengikis sebagian masa lalunya bersama partai yang
diperjuangkan.
Menurut dia, lima tahun lalu Putmainah masih aktif
menjadi pembicara di berbagai forum soal peristiwa 1965.
“Tapi sekarang Mbak Put sudah tak bisa diajak bicara lagi soal 65,” ujar Patmiati.
(tem/one)
0 komentar:
Posting Komentar