Rabu, 30/09/2015 13:05 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Jemari Ketua Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965/1966 (YPKP 65) Bedjo Untung lincah menari diatas tuts piano miliknya. Lagu bertajuk “Genjer-genjer” yang diidentikan dengan Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) lantas mengalir lancar.
Ya, lebih dari empat dekade lagu ciptaan Muhammad Arief, seorang seniman asal Banyuwangi, Jawa Timur itu melekat erat bersama imaji Partai Komunis Indonesia. Dalam film pengkhianatan G30S/PKI yang kerap tayang pada masa orde baru di televisi nasional, lagu rakyat yang sejatinya hanya untuk menyikapi susahnya kehidupan rakyat kala itu, berubah seolah menjadi lagu yang bernuansa politik dan dimiliki Partai Komunis Indonesia. Bahkan melatari adegan keji saat eksekusi para jenderal dan perwira Angkatan Darat di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Ya, lebih dari empat dekade lagu ciptaan Muhammad Arief, seorang seniman asal Banyuwangi, Jawa Timur itu melekat erat bersama imaji Partai Komunis Indonesia. Dalam film pengkhianatan G30S/PKI yang kerap tayang pada masa orde baru di televisi nasional, lagu rakyat yang sejatinya hanya untuk menyikapi susahnya kehidupan rakyat kala itu, berubah seolah menjadi lagu yang bernuansa politik dan dimiliki Partai Komunis Indonesia. Bahkan melatari adegan keji saat eksekusi para jenderal dan perwira Angkatan Darat di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.
“Sejak saat itu lagu ini identik dengan PKI dan banyak orang pada masa orde baru takut untuk sekadar mendengar dan menyanyikannya,” kata Bedjo ketika berjumpa CNN Indonesia di kediamannya, pekan lalu.
Lagu Genjer-genjer menurutnya adalah sebuah karya seni dari rakyat yang sangat layak untuk dinikmati. “Rakyat lagi susah makan, ada makanan yang bernama genjer. Enak disayur dan mudah ditemukan di sawah tanpa harus ditanam,” kata Bedjo.
Menurut Bedjo, pencipta lagu kebetulan memang seorang anggota Lembaga Kebudayaan Rakyat, organisasi seniman yang kerap dihubungan dengan PKI. Tapi Bedjo yang juga guru musik ini menilai sebenarnya tak ada kaitan lagu tersebut dengan ideologi manapun.
“Lagu Genjer-genjer iramanya dinamis dan enak didengar,” ujar pria 67 tahun yang pernah sembilan tahun dipenjara ini.
Lagu Genjer-genjer menurutnya adalah sebuah karya seni dari rakyat yang sangat layak untuk dinikmati. “Rakyat lagi susah makan, ada makanan yang bernama genjer. Enak disayur dan mudah ditemukan di sawah tanpa harus ditanam,” kata Bedjo.
Menurut Bedjo, pencipta lagu kebetulan memang seorang anggota Lembaga Kebudayaan Rakyat, organisasi seniman yang kerap dihubungan dengan PKI. Tapi Bedjo yang juga guru musik ini menilai sebenarnya tak ada kaitan lagu tersebut dengan ideologi manapun.
“Lagu Genjer-genjer iramanya dinamis dan enak didengar,” ujar pria 67 tahun yang pernah sembilan tahun dipenjara ini.
Oleh karena itu menurut Bedjo, terlalu mengada-ada jika lirik lagu tersebut dihubungkan dengan pembunuhan para jenderal. “Masak genjer-genjer kok katanya sama saja dengan jenderal-jenderal,” ujarnya.
Karena panafsiran yang salah itu, lagu rakyat yang seharusnya bisa dinikmati oleh masyarakat luas itu menjadi lagu terlarang, masyarakat takut pada lagu ini.
Genjer-genjer, kata Bedjo, tercipta sebagai bentuk sindiran susahnya masyarakat setelah merdeka. Namun ditengah kesulitan mencari makan, ada genjer, tumbuhan gulma yang tumbuh liar di pematang sawah yang kerap jadi santapan itik, namun ternyata bisa dijadikan sayur dan dimakan oleh manusia.
Arief sendiri pasca peristiwa G30S ikut jadi salah satu orang yang ditangkap dan ditahan karena aktif di Lekra. Lagu ini pernah dinyanyikan oleh penyanyi besar pada zaman itu seperti Bing Slamet dan Lilis Suryani.
Berikut lirik lagu Genjer-genjer:
Genjer-genjer nong kedokan pating keleler
Genjer-genjer nong kedokan pating keleler
Emak'e thole teko-teko mbubuti genjer
Emak'e thole teko-teko mbubuti genjer
Ulih sak tenong mungkur sedhot sing tolah-toleh
Genjer-genjer saiki wis digowo mulih
Genjer-genjer esuk-esuk didol ning pasar
Genjer-genjer esuk-esuk didol ning pasar
Dijejer-jejer diuntingi podho didhasar
Dijejer-jejer diuntingi podho didhasar
Emak'e jebeng podho tuku nggowo welasah
Genjer-genjer saiki wis arep diolah
Genjer-genjer mlebu kendhil wedang gemulak
Genjer-genjer mlebu kendhil wedang gemulak
Setengah mateng dientas yo dienggo iwak
Setengah mateng dientas yo dienggo iwak
Sego sak piring sambel jeruk ring pelonco
Genjer-genjer dipangan musuhe sego.
Karena panafsiran yang salah itu, lagu rakyat yang seharusnya bisa dinikmati oleh masyarakat luas itu menjadi lagu terlarang, masyarakat takut pada lagu ini.
Genjer-genjer, kata Bedjo, tercipta sebagai bentuk sindiran susahnya masyarakat setelah merdeka. Namun ditengah kesulitan mencari makan, ada genjer, tumbuhan gulma yang tumbuh liar di pematang sawah yang kerap jadi santapan itik, namun ternyata bisa dijadikan sayur dan dimakan oleh manusia.
Arief sendiri pasca peristiwa G30S ikut jadi salah satu orang yang ditangkap dan ditahan karena aktif di Lekra. Lagu ini pernah dinyanyikan oleh penyanyi besar pada zaman itu seperti Bing Slamet dan Lilis Suryani.
Berikut lirik lagu Genjer-genjer:
Genjer-genjer nong kedokan pating keleler
Genjer-genjer nong kedokan pating keleler
Emak'e thole teko-teko mbubuti genjer
Emak'e thole teko-teko mbubuti genjer
Ulih sak tenong mungkur sedhot sing tolah-toleh
Genjer-genjer saiki wis digowo mulih
Genjer-genjer esuk-esuk didol ning pasar
Genjer-genjer esuk-esuk didol ning pasar
Dijejer-jejer diuntingi podho didhasar
Dijejer-jejer diuntingi podho didhasar
Emak'e jebeng podho tuku nggowo welasah
Genjer-genjer saiki wis arep diolah
Genjer-genjer mlebu kendhil wedang gemulak
Genjer-genjer mlebu kendhil wedang gemulak
Setengah mateng dientas yo dienggo iwak
Setengah mateng dientas yo dienggo iwak
Sego sak piring sambel jeruk ring pelonco
Genjer-genjer dipangan musuhe sego.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20150929183655-20-81667/genjer-genjer-dendang-tercela-lagu-stigma/
0 komentar:
Posting Komentar