Sandy Indra Pratama, CNN
Indonesia | Minggu, 20/09/2015 10:46 WIB
Ilustrasi Bada Intelijen
Amerika Serikat, CIA. (REUTERS/Dado Ruvic)
Jakarta, CNN Indonesia -- Rabu lalu, Badan Intelijen
Amerika membuka dokumen soal banyak hal yang terjadi di dunia pada periode 1961
hingga 1969. Dalam situs resminya, CIA mendedahkan laporan dan analisis mereka
mengenai apa yang terjadi dan patut di waspadai oleh pemerintah abang sam saat
itu, termasuk insiden yang terjadi di Indonesia.
Berdasarkan penelusuran CNN Indonesia terhadap dokumen yang dirilis dalam situs berita badan telik sandi Amerika, pada tanggal 6 Oktober 1965, disebutkan bahwa CIA menilai hubungan Presiden Soekarno dan petinggi militer terus meruncing. Pada hari itu, CIA menyebut sebuah langkah berani dari Soekarno yang mau menerima media di Istana Bogor.
Berdasarkan penelusuran CNN Indonesia terhadap dokumen yang dirilis dalam situs berita badan telik sandi Amerika, pada tanggal 6 Oktober 1965, disebutkan bahwa CIA menilai hubungan Presiden Soekarno dan petinggi militer terus meruncing. Pada hari itu, CIA menyebut sebuah langkah berani dari Soekarno yang mau menerima media di Istana Bogor.
Dalam pertemuan, sebagaimana CIA merekamnya dalam
dokumen mereka, Soekarno tak mau berkomentar langsung kepada media kala
itu. Ia menyerahkan semua pertanyaan wartawan kepada tangan kanannya yang
berhaluan kiri, Soebandrio--begitu CIA melabeli Soebandrio yang pernah menjabat
Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Hukungan Ekonomi Luar Negeri itu.
Dalam pidatonya, seperti yang CIA rekam, Soebandrio mengatakan amanat yang disampaikan oleh Presiden Soekarno bahwa semua pihak harus bisa menahan diri. Presiden Soekarno menyesalkan adanya beberapa aksi balas dendam sepihak yang dilakukan di daerah-daerah dan memerintahkan sesegera mungkin untuk dihentikan.
Dokumen CIA ini kemudian memotret menjulangnya kepercayaan publik terhadap sosok Jenderal Abdul Haris Nasution yang lolos dari penculikan kelompok bersenjata pada 30 September 1965. Nasution disebut berhasil merebut simpati publik dan bisa memainkan peran yang lebih baik dalam berpolitik.
Sedangkan kondisi ibu kota, masih menurut laporan CIA kala itu, sudah memanas. Beberapa aksi unjuk rasa penentangan terhadap komunis mulai sedikit berbau bentrokan dengan simpatisan komunis.
Menteri Penerangan membredel dan memberhentikan seluruh penerbitan yang terafiliasi dengan partai komunis. Sedangkan militer malah dinilai CIA membekingi beberapa penerbitan koran ibu kota yang melancarkan isu pengganyangan komunis.
Tahun ini persis setengah abad peringatan terjadinya tragedi 1965. Rabu lalu, Badan intelijen Amerika Serikat membuka kepada publik memo intelijen yang disampaikan kepada presiden mereka dalam kurun waktu 1961-1969. Pada periode Oktober 1965, tema laporan didominasi oleh peristiwa kudeta yang gagal oleh Untung dan pendukungnya dari partai Komunis di Indonesia. (sip)
Dalam pidatonya, seperti yang CIA rekam, Soebandrio mengatakan amanat yang disampaikan oleh Presiden Soekarno bahwa semua pihak harus bisa menahan diri. Presiden Soekarno menyesalkan adanya beberapa aksi balas dendam sepihak yang dilakukan di daerah-daerah dan memerintahkan sesegera mungkin untuk dihentikan.
Dokumen CIA ini kemudian memotret menjulangnya kepercayaan publik terhadap sosok Jenderal Abdul Haris Nasution yang lolos dari penculikan kelompok bersenjata pada 30 September 1965. Nasution disebut berhasil merebut simpati publik dan bisa memainkan peran yang lebih baik dalam berpolitik.
Sedangkan kondisi ibu kota, masih menurut laporan CIA kala itu, sudah memanas. Beberapa aksi unjuk rasa penentangan terhadap komunis mulai sedikit berbau bentrokan dengan simpatisan komunis.
Menteri Penerangan membredel dan memberhentikan seluruh penerbitan yang terafiliasi dengan partai komunis. Sedangkan militer malah dinilai CIA membekingi beberapa penerbitan koran ibu kota yang melancarkan isu pengganyangan komunis.
Tahun ini persis setengah abad peringatan terjadinya tragedi 1965. Rabu lalu, Badan intelijen Amerika Serikat membuka kepada publik memo intelijen yang disampaikan kepada presiden mereka dalam kurun waktu 1961-1969. Pada periode Oktober 1965, tema laporan didominasi oleh peristiwa kudeta yang gagal oleh Untung dan pendukungnya dari partai Komunis di Indonesia. (sip)
0 komentar:
Posting Komentar