YPKP 65-66 Kebumen
WeBlog Dokumentatif Terkait Genosida 1965-66 Indonesia
Home
Berita
Nasional
Daerah
Hukum
Politik
Artikel
Opini
Interview
Editorial
Galeri
Photo
Video
Uncategorized
Senin, 05 September 2016
4 Jam Debat dengan Mahasiswa Soal Proyek TMII (Bagian-3)
05.40
Documentary
,
Kliping
No comments
Mengenang Bang Ali, Gubernur Legendaris Jakarta 1966-1977
Bahari
Senin, 5 September 2016 − 05:35 WIB
BANG
Ali baru tiba dari Manila, Philipina. Badan masih capek akibat kurang istirahat. Namun mahasiswa ngotot segera ingin bertemu pria kelahiran Sumedang, Jabar, itu terkait pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang digagas Ibu Tien Soeharto. Bahkan saat masih di Manila pun Bang Ali mendapat telepon para stafnya yang mengabarkan mahasiswa gelisah, ribut.
Akhirnya, meski capek belum hilang, Bang Ali dengan tangan terbuka menerima sekitar 200 perwakilan mahasiswa dari berbagai universitas di gedung DPRD DKI Jaya. Mereka berasal dari Jakarta, Bandung, dan kota besar lainnya.
Mereka protes rencana pembangunan TMII. Bang Ali dan mahasiswa berdialog, berdiskusi. Bang Ali merasa satu-satunya pejabat yang membantu Ibu Tien Soeharto menghadapi protes TMII. Serangan mahasiswa sangat gencar. Tapi, Bang Ali berfikir ini untuk kepentingan Jakarta.
Mahasiswa menilai pembangunan TMII tidak tepat waktu karena banyak rakyat Indonesia hidup dalam kemelaratan. Bahkan mereka mempersoalkan keterangan Ibu Tien bahwa TMII butuh dana Rp 10,5 miliar. Menurut mahasiswa TMII proyek mercusuar dan terlalu mewah saat itu.
Bang Ali yang menjabat gubernur DKI Jaya pun ditunjuk menjadi wakil ketua
project officer
karena lokasi TMII berada di DKI Jaya. Sedangkan Ketuanya dijabat Ali Murtopo.
Bang Ali secara gamblang menerangkan, bahwa rencana pembuatan taman seperti itu sudah lama ada dalam master plan Jakarta. Itu amanat rakyat. Hal semacam itu juga ada di Bangkok berupa miniatur Negara Thailand maupun miniatur Negara Philipina di di Manila.
Di jaman Pak Marno, Gubernur DKI Jaya sebelum Ali Sadikin ternyata sudah ada rencana mendirikan proyek seperti TMII. Waktu itu namanya Taman Bhineka Tunggal Ika. Sebab itu, Bang Ali menganggap proyek TMII itu amanat rakyat atau dewan. Makanya sebagai gubernur, Bang Ali berusaha mewujudkannya.
Yang jadi soal waktu itu dimana taman harus dibangun? Bagaimana dananya? Mula-mula dipilih Waduk Melati dekat Hotel Indonesia. Tapi, luasnya hanya 20 kilometerpersegi. Lalu dipindahkan di Cempaka Putih, Jakpus. Pertimbangnya dekat pusat kota agar memudahkan rakyat berkunjung. Tapi, lahannya juga sempit. Akhirnya dipilih kawasan Pondok Gede, Jaktim yang luasnya 400 hektare atau separuh luas Kebayoran Baru.
Suasana perdebatan begitu sengit dan lama. Bang Ali tegaskan proyek TMII sesuai rencana Pemda DKI seperti tertera dalam master plan. Yang jadi soal yang mengerjakannya siapa. Karena Pemda DKI tidak punya uang, dan ada Yayasan Harapan Kita, ada Ibu Tien Soeharto yang akan melaksanakan dan membiayai proyek itu. Apa salah Pemda DKI menerima? Tidak ada alasan gubernur DKI menolaknya. Malahan itu menguntungkan masyarakat Jakarta.
Bang Ali ingat waktu Ibu Tien tampil di mimbar rapat gubernur seluruh Indonesia di gedung DPR GR Jakarta. Ibu Tien bicara rencana pembangunan TMII dan bukan proyek mercusuar. Kepada ke-26 gubernur yang hadir saat itu, Ibu Tien meminta para gubernur membantu pembangunan proyek. Targetnya awal 1972 harus tuntas dan menelan sekitar Rp 10, 5 miliar dengan dana "non budgeter" yang dibebankan kepada pengusaha.
Ibu Tien juga mengintruksikan para gubernur agar di daerahnya dikumpulkan dana sekitar Rp40 juta sampai Rp50 juta dari pengusaha. Sisanya dari pusat.
Sekali lagi, Ibu Tien menegaskan di hadapan gubernur bahwa proyek TMII bukan proyek mercu suar karena proyek ini menyangkut kehidupan masyarakat. Nantinya, di TMII akan dipamerkan industri kerajinan rakyat.
Tapi kehadiran Ibu Tien dalam forum rapat para gubernur se-Indonesia dikritik keras mahasiswa. Mereka menganggap hadirnya Ibu Tien di depan gubernur merupakan preseden berbahaya.
Tapi, Bang Ali membantahnya. "Siapa bilang preseden berbahaya kalau Ibu Tien berbicara di depan para gubernur? Menerima tamu adalah pekerjaan saya setiap hari. Kebetulan waktu itu sedang ada rapat gubernur. Apa salahnya," tepis Bang Ali.
Bang Ali tambahkan, sebagai administrator dirinya tak hanya mengurus soal sosial, ekonomi, kebudayaan, dll. "Apa saudara tidak tahu, dengan pembangunan TMII sekian ribu penganggur akan tertampung,". Kata-kata itu begitu saja melompat dari mulut bang Ali.
Namun mahasiswa tetap mempersoalkan kedudukan Ibu Tien yang dianggapnya ada kekaburan antara proyek swasta dengan kedudukan sebagai Ibu Negara. "Kalau orang lain yang memprakarsai tentu tidak bisa berbicara di depan para gubernur," protes mahasiswa.
Bang Ali mencontohkan daya gerak Ny Marcos sebagai ibu Negara Philipina. Bahwa Ny Marcos di Philipina juga memimpin suatu usaha yang bersangkutan dengan kebudayaan.
Tapi, ratusan mahasiswa tak mau kalah. "Itu lah sebabnya ada kekaburan, karena Yayasan Harapan Kita mempergunakan fungsi istri Kepala Negara," ujar mahasiswa asal Bandung tadi.
Bang Ali menjelaskan, Ibu Tien Soeharto tidak memanggil para gubernur yang sedang rapat. Tapi, Ibu Tien datang ke DKI dan minta bertemu dengan para gubernur dalam pertemuan terbuka. "Dan, itu boleh saja," papar Bang Ali. Dimana Bang Ali proyek TMII sama dengan proyek Ancol yang dibiayai swasta.
Tapi, mahasiswa bersikukuh menolak proyek TMII dan minta pembangunan kampus didahulukan daripada TMII. "Oke. Saya setuju jika ada yang mau mendahulukan pembangunan kampus. Tapi, mana program rencananya? Dan siapa yang akan membangun itu? Ajukan kepada saya, nanti saya beri tanah," tantang Bang Ali.
Pertemuan, atau diskusi Bang Ali dengan ratusan mahasiswa berlangsung seru dan lama. Sekitar empat jam. Mulai pukul 10.00 sampai pukul 14.00 siang hari.
Meski terkesan membela Ibu Tien Soeharto dalam proyek TMII namun Bang Ali menegaskan, dirinya merasa tidak ditunganggi Ibu Tien Soeharto. "Saya punya karakter. Saya tidak akan mau ditunganggi orang, oleh siapa pun. Saya tidak mau," tegas Bang Ali di hadapan mahasiswa.
Meski mendapat tentangan keras mahasiswa, proyek TMII tidak akan dibatalkan. Mengapa? Karena sudah dijamin Presiden Soeharto. Hal itu sudah diungkapkannya di depan pers dan dewan.
Bang Ali juga sudah melihat gelagatnya, siapa saja yang menentang, menghalangi apalagi membuat onar terkait proyek TMII akan ditindak tegas karena dianggap menentang pemerintah pusat. (bersambung)
(
ysw
)
http://metro.sindonews.com/read/1136221/173/4-jam-debat-dengan-mahasiswa-soal-proyek-tmii-bagian-3-1472812796
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
0 komentar:
Posting Komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Social Profiles
Popular
Tags
Blog Archives
Mengenai Saya
YPKP 65 Kebumen
Lihat profil lengkapku
Entri Populer
Program Re-Ra (Rekonstruksi & Rasionalisasi) TNI Kabinet Hatta
25 Desember 2015 Sebelum diadakannya program “reorganisasi dan rasionalisasi” (Re-ra) oleh Perdana Menteri Hatta,...
Tragedi 1965 dan Peristiwa Madiun 1948
Oleh: Yunantyo Adi Pengantar Redaksi: Wacana rekonsiliasi dalam Simposium Nasional "Bedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan&quo...
Pembrontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun, 18 September 1948
18 September 2015 illustrasi: Gambar ini adalah kekerasan yang terjadi di Vietnam, yang penah dimanipulasi untuk melegitimasi k...
Siapakah Letkol Untung ?
Friday, December 12, 2014 S oeharto- U ntung: Hubungan spesial [jitunews] Siapakah Letkol U ntung dan apa hubunganya dengan peristi...
Siapakah Letkol Untung Itu ? Sejauh Mana Keterlibatannya dalam Gerakan G-30-S
Kamis, 22 April 2010 Letkol Untung [Foto : Kaskus ] Tahun 1960-an dunia diwarnai dengan ketegan...
Tjilik Riwut Tokoh Intelijen Pembubaran RIS di Kalimantan
June 19, 2017 Tjilik Riwut nomor tiga dari kanan tanpa topi / ist SHNet, PALANGKA RAYA – Tjilik Riwut, Gubernur Kalimantan Tengah, 1...
Sejarah Kelam G30S 1965 di Bali
Senin, 10 September 2018 | 10:30 WITA 1. Siswa SMP Sudah Ikut Berpolitik di GSNI atau IPPI Gerakan 30 September 1965 atau dike...
Max Lane: Pram Sejarawan Terbaik Indonesia
Tuesday, 25 December 2012 PENERJEMAH enam karya Pramoedya Ananta Toer asal Australia, Max Lane, menjadi dosen tamu selama lima perte...
"MESUJI BERDARAH " PEMBANTAYAN SADIS YANG MENEWAS KAN "SATU KAMPUNG" INI LAH KRONOLoGIS NYA..!!!
16 Nov 2011 illustrasi: Korban pembantaian politik di Filipina Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) memaparkan penyebabnya insiden pemba...
Pemerintah Bahas RUU Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
Kamis, 12 Maret 2020 RUU KKR sebagai payung hukum untuk menyelesaikan pelanggaran HAM berat pada masa lalu melalui jalur nonyudisial. ...
Diberdayakan oleh
Blogger
.
Categories
Kliping #65
Tragedi
Anti Orba
Sejarah
News
Article
Kliping
Impunity
Kisah
Militerism
IPT65
PKI
Genosida 65
Documentary
Sejarah #Gerwani
hoax ala orba
Persekusi
Mass-Graves
Press-Release
Statement
Kejahatan HAM
Komnas HAM
Stigma PKI
Internasional
Materi
Surat
Buku
G30S
Lekra
Film
Sastra
Interview
arsip rahasia
Pembantaian Massal
Kejakgung
YPKP 65
Kamisan
KontraS
Konspirasi
Pramoedya Ananta Toer
Pulau Buru
Jokowi
BTI
Bedjo Untung
Genosida Politik
Pemuda Rakyat
Genosida
Rekonsiliasi
CIA
PKI 1948
KKR
IPT'65
Amnesty International
Aceh
DN Aidit
Konflik Agraria
Plantungan
investigasi
Dialita
LBH
Tjakrabirawa
Menko Polhukam
Simposium
Orba Soeharto
PBB
Tokoh
Testimoni
Baperki
DKN
Purwodadi
Cilacap
Eksil
Kanigoro
Tan Malaka
Bali
Foto
Muhidin M Dahlan
Seni Rupa
Gusdurian
Moncongloe
Tumiso
Jeju
Musik
Pendidikan
SOBSI
HRWG
Hersri Setiawan
Koesalah S Toer
NTT
Oey Hay Djoen
Trikoyo Ramidjo
Genjer-genjer
Harsutejo
Holocaust
Kalimantan
Karl Marx
Memorialisasi
Soemarsono
Tapol Yogya
HAM
Hendra Gunawan
Heru Atmojo
Luweng
Mia Bustam
Putmu'inah
SKP-HAM
Sudarno
Arsip
Gandrung
Keppres 28/1975
Keppres 28/2975
LPSK
Lubang Buaya
Obituari
Sexual Violence
Sulami
Supersemar
Tapol
Tapol Bali
Wonogiri
Ahmad Tohari
Asset
Brebes
Haji Misbach
Insureksi
JC Princen
Jess Melvin
Munir
Museum
Operasi Trisula
Papua
Purbalingga
Purwokerto
Red Drive Proposal
Tapol Jakarta
Tapol Jawa Timur
Banten
Banyuwangi
Basoeki Abdullah
Blitar
CHTH
Demonisasi
English
JPIT
Kebumen
Klaten
Lengger
Magetan
Nasionalisasi
Nazi
Novel
Nyoto
Poncke Princen
Putu Oka Sukanta
Referensi
Sarbupri
Sei Ular
Svetlana
Tapol Ambarawa
Tapol Jawa Tengah
Tapol Kalimantan Timur
Teater
ipt 65
komune paris
Aris Panji
Biennale
Blitar Selatan
Cerpen
Communist Manifesto
Data Virtual
Digul
Gubernur Sutedja
Hilmar Farid
KSP
Kuli Kontrak
Kulo Kontrak
MK
Made Supriatma
Mark Curtis
Mars Nursmono
Mattew Woolgar
Nasakom
Nusakambangan
Nyai Ontosoroh
Oei Hiem Hwie
PGRI Non Vaksentral
PKI 1026
Perampasan Asset
Petrus
Riset
Semaun
Sragen
Sudisman
Sudjojono
TMP Kalibata
Tangerang
Tapol Gunung Kidul
Tapol Jawa Barat
Tapol Lampung
Tapol Palu
Tapol Purworejo
Tom Udall
Tritura
Umi Sardjono
Vanessa Hearman
emko Polhukam
enosida 65
Arsip Blog
►
2020
(31)
►
Maret
(4)
►
Februari
(22)
►
Januari
(5)
►
2019
(404)
►
Desember
(46)
►
November
(44)
►
Oktober
(64)
►
September
(34)
►
Agustus
(35)
►
Juli
(16)
►
Juni
(12)
►
Mei
(33)
►
April
(32)
►
Maret
(35)
►
Februari
(20)
►
Januari
(33)
►
2018
(628)
►
Desember
(27)
►
November
(26)
►
Oktober
(82)
►
September
(65)
►
Agustus
(32)
►
Juli
(39)
►
Juni
(78)
►
Mei
(53)
►
April
(60)
►
Maret
(50)
►
Februari
(76)
►
Januari
(40)
►
2017
(745)
►
Desember
(42)
►
November
(50)
►
Oktober
(153)
►
September
(179)
►
Agustus
(32)
►
Juli
(42)
►
Juni
(30)
►
Mei
(53)
►
April
(30)
►
Maret
(46)
►
Februari
(40)
►
Januari
(48)
▼
2016
(1284)
►
Desember
(26)
►
November
(24)
►
Oktober
(85)
▼
September
(83)
Sekali Lagi Tentang Peristiwa 65: Apa Yang Harus D...
Di Mana Mereka di Malam Jahanam Itu?
7 Pekerjaan yang Pernah Dilakukan Tan Malaka
Secuil Cerita Seputar Mahkamah yang Luar Biasa
TNI Juga Dinilai Jadi Korban Kudeta 1965, Kekuatan...
Kisah Maulwi Saelan Penjaga Terakhir Soekarno, Men...
Kisah Sederet Abjad yang Mengklasifikasi PKI
Di Mana Mereka di Malam Jahanam Itu?
Cerita Seputar Para Penculik G30S
Nahasnya Organisasi-Organisasi Onderbouw PKI
Lubang-lubang di Singaranting
51 Tahun Tragedi 65, Penyintas Tunggu Sikap Jokowi
Moral Komunis
Ingin Luruskan Sejarah, Kesaksian Eks Tapol Pulau ...
Dinamika Catatan Sejarah 30 September 1965
Propaganda vs Fakta soal Gerwani
Kronologis Pembubaran Diskusi Publik tentang Marxi...
Lapisan Dusta di Balik Legenda Kekejaman Gerwani
Gerwani dan Aksi Ganyang 'Tujuh Setan Desa'
Temuan Kuburan Massal Korban 65 di Cilacap Terus B...
Oey Hay Djoen: Cerita Soal 'Tahanan Politik 001'
Ihwal Siaran Langsung Radio dan Pledoi “Cemburu” S...
Kisah Sederet Abjad yang Mengklasifikasi PKI
Cerita Janda Lekra Berebut Rumah dengan Tentara
Cerita Mistis Kuburan Korban G30S PKI di Banjar Ma...
Gerwani, PKI, dan Kemelut Politik di Belakang Sukarno
Kisah 3 penyintas tragedi 1965
Menyembuhkan Luka Perang; Catatan untuk sisa-sisa ...
Kecamatan Bakung, Kab. Blitar (+ Sejarah Pembantai...
Narasi September
Kisah Getir Aktivis Gerwani dan Sidang Subversif
Meniti Lorong Waktu Lubang Buaya, Pusat Petaka 30 ...
Kiamat Gerwani: Diburu Dibinasakan dari Pusat hing...
Penumpasan PKI di Blora: Tempat Eksekusi Simpatisa...
Eyang Sri sang Penyintas Tragedi 1965
AJI Purwokerto & Komunitas 'Keroyokan' Garap Film ...
Menjelajah Lubang Buaya, Menilik Awal Ajal PKI
Gerwani, Srikandi yang Ditumpas Orde Baru
Beberapa Gua Vertikal Yang Pernah Jadi Ladang Pemb...
Penumpasan PKI di Blora: Alasan dan Tokoh-tokohnya
Menagih Konsistensi Negara terhadap Komitmen Keadi...
Lonceng kematian untuk jenderal pendukung Gerakan ...
Film 'Pulau Buru Tanah Air Beta' Tak Perlu Dilarang
Penumpasan PKI di Blora: Kronologi dari Penumpasan...
Islam Ternyata Agama yang Paling Sosialis dan Komunis
Koalisi Sipil: Undang-undang Multitafsir Picu Pela...
OzAsia dan seterusnya
Daftar Maut CIA dan Pembantaian Massal PKI 1965-1966
September Kelam di Blora: Catatan Sejarah Peristiw...
Bantuan Dana dari LPSK kepada Keluarga PKI Melalui...
Penyelesaian Kasus 65, Komnas HAM: Rekomendasi Fin...
Rekaman Sidang Letkol Untung di Mahmilub
Ditanya Penyelesaian Kasus 65, Wiranto Pilih Mengh...
Dalhar Muhammadun: Penulis Tanah Berdarah di Bumi ...
Penyintas Tragedi 1965 Minta Kehadiran Pelapor Khu...
YPKP 65 Akan Gugat Kemenko Polhukam ke KIP
Tolak Temui Korban 65, Pemerintah Dituding Tak Ser...
Mengenang Rapat Akbar Di Lapangan Ikada
Jong Madioner: Bela si Jawa Miskin, Lawan Penjilat...
Madiun, Kota di Pedalaman Jawa yang Berlumur Kutuk...
Jokowi dan Para Pelanggar HAM Sekutunya
Jalan Terjal Penuntasan Peristiwa 1965
Penyelesaian Kasus 1965 Dinilai Penuhi Syarat Guna...
Permohonan Audiensi Korban 1965 Ditolak, Wiranto D...
Wiranto Diminta Tidak Umbar Janji Selesaikan Kasus...
Pura-Pura Pingsan agar Tidak Dirazia Tentara
Menko Wiranto: Penuntasan Kasus HAM Jangan Diserta...
Wiranto Janji Selesaikan Tragedi 1965
Peristiwa Tanjung Priok: 12 September 1984
Jangan Lupakan 12 September 1984: Pembantaian terh...
Landreform dan Aksi Sepihak BTI Mengganyang Setan ...
Bahaya Laten Impunitas
12 Tahun Munir, Merawat Ingatan untuk Demokrasi
Film tentang 1965 (setelah Reformasi)
HTI Lebih Berbahaya Dibanding PKI
Pangkat Diloncati, Kehormatan Dilanggar, Protes So...
Solidaritas Tersisih untuk Indonesia
4 Jam Debat dengan Mahasiswa Soal Proyek TMII (Bag...
Salvador Allende Dan Sosialisme Dengan Jalan Demok...
'Represi Atas Korban 1965 Berhenti Jika Ada Rekons...
Ketika Soekarno Difitnah Amerika dengan Penari Tel...
Menunda HAM untuk Kepentingan Ekonomi
Korban Tragedi 1965 Desak Tentara Hentikan Intimidasi
►
Agustus
(51)
►
Juli
(138)
►
Juni
(164)
►
Mei
(346)
►
April
(244)
►
Maret
(76)
►
Februari
(25)
►
Januari
(22)
►
2015
(438)
►
Desember
(32)
►
November
(85)
►
Oktober
(116)
►
September
(98)
►
Agustus
(24)
►
Juli
(10)
►
Juni
(21)
►
Mei
(9)
►
April
(11)
►
Maret
(19)
►
Februari
(9)
►
Januari
(4)
►
2014
(94)
►
Desember
(7)
►
November
(4)
►
Oktober
(16)
►
September
(15)
►
Juli
(10)
►
Juni
(7)
►
Mei
(2)
►
April
(18)
►
Maret
(3)
►
Februari
(6)
►
Januari
(6)
►
2013
(113)
►
Desember
(8)
►
November
(7)
►
Oktober
(19)
►
September
(20)
►
Agustus
(6)
►
Juli
(13)
►
Juni
(11)
►
Mei
(15)
►
April
(6)
►
Maret
(2)
►
Februari
(5)
►
Januari
(1)
►
2012
(85)
►
Desember
(6)
►
November
(8)
►
Oktober
(16)
►
September
(21)
►
Agustus
(3)
►
Juli
(10)
►
Juni
(1)
►
Mei
(3)
►
April
(5)
►
Februari
(6)
►
Januari
(6)
►
2011
(71)
►
Desember
(2)
►
November
(5)
►
Oktober
(16)
►
September
(9)
►
Agustus
(11)
►
Juli
(2)
►
Juni
(1)
►
April
(10)
►
Maret
(3)
►
Februari
(2)
►
Januari
(10)
►
2010
(65)
►
Desember
(6)
►
November
(1)
►
Oktober
(11)
►
September
(26)
►
Agustus
(8)
►
Juni
(4)
►
Mei
(2)
►
April
(1)
►
Februari
(1)
►
Januari
(5)
►
2009
(30)
►
Desember
(2)
►
November
(1)
►
Oktober
(8)
►
September
(3)
►
Agustus
(5)
►
Juli
(4)
►
April
(1)
►
Maret
(1)
►
Februari
(4)
►
Januari
(1)
►
2008
(23)
►
Desember
(1)
►
November
(6)
►
Oktober
(4)
►
September
(1)
►
Juni
(1)
►
Mei
(2)
►
April
(2)
►
Maret
(3)
►
Februari
(2)
►
Januari
(1)
►
2007
(24)
►
Desember
(1)
►
November
(2)
►
Oktober
(5)
►
September
(12)
►
Agustus
(1)
►
Juli
(1)
►
April
(1)
►
Februari
(1)
►
2006
(3)
►
Desember
(1)
►
November
(2)
►
2005
(3)
►
Oktober
(1)
►
September
(1)
►
April
(1)
►
2004
(2)
►
Oktober
(1)
►
September
(1)
►
2003
(6)
►
Oktober
(1)
►
September
(3)
►
Juli
(1)
►
Juni
(1)
►
2002
(2)
►
Juli
(2)
►
2001
(4)
►
November
(1)
►
Oktober
(1)
►
Juli
(1)
►
Mei
(1)
►
2000
(5)
►
Oktober
(1)
►
September
(2)
►
Juli
(2)
►
1999
(1)
►
Juli
(1)
►
1998
(2)
►
Desember
(1)
►
Oktober
(1)
►
1996
(1)
►
Oktober
(1)
►
1981
(1)
►
Juli
(1)
Recent Posts
Recent Posts Widget
Your browser does not support JavaScript!
0 komentar:
Posting Komentar