24 September 2016
Foto : Penyerahan anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) kepada Dandim Blora sebagai Hanra Garuda Pancasila tahun 1965
Blora-
Peristiwa pembersihan simpatisan Partai Komunis Indonesia di Blora merupakan
fakta sejarah yang tak terbantahkan. Sepanjang tahun 1965-1966 di Blora
dilakukan pengejaran, penangkapan dan tindakan kekerasan lainnya kepada
simpatisan partai komunis ini. Buku Tanah Berdarah di Bumi Merdeka memaparkan
kesaksian-kesaksian pelaku sejarah September 1965-1966 di Blora. Berikut ini
catatan-catatan penting situasi politik menjelang peristiwa pembersihan
simpatisan PKI 1965-1966 di Blora.
1. Secara umum ada
empat elemen besar yang terlibat dalam peristiwa penumpasan simpatisan PKI
Blora 1965-1966 di Blora. Empat elemen tersebut adalah PKI, PNI, Nahdlatul
Ulama dan Hansip Bamunas BP Komando Distrik 0721 Blora.
2. Dua tahun
sebelum peristiwa penumpasan simpatisan PKI 1965-1966 di Blora, situasi politik
antar aprtai di Blora telah memanas.
3. Menjelang tahun
1965, PKI mengadakan perayaan ulang tahunnya di kecamatan Cepu sebagai show of
force (unjuk kekuatan).
4. Tiga partai
politik besar bersaing merebut simpati masyarakat Blora. Partai-partai tersebut
adalah PNI, PKI dan Nahdlatul Ulama. Partai Masyumi dibubarkan beberapa tahun
sebelumnya.
5. Tiga partai
politik besar tersebut memiliki sayap-sayap partai.
6. PNI memiliki
Gerakan Pemuda Marhaen (GPM), Gerakan Wanita Marhaen (GWM) dan Pertani.
7. PKI memiliki
Pemuda Rakyat, Gerwani, BTI, SOBSI, Lekra dan PGRI non-Vaksentral
8. Nahdlatul Ulama
memiliki Gerakan Pemuda Ansor, Muslimat, Fatayat, Sarbumusi, Lesbumi, Pertanu,
IPNU dan IPPNU.
9. Selain
mengakomodir massa melalui organisasi sayap, tiga partai besar tersebut juga
memiliki pos-pos strategis di berbagai bidang.
10. PNI menguasai :
PT Perhutani dan jabatan-jabatan pemerintahan (termasuk pamong-pamong desa dan
sebagainya).
11. PKI menguasai :
Perusahaan Minyak dan Gas Negara (Permigan), PJKA, Kantor Telepon, dan Rumah
Sakit Umum.
12. NU menguasai :
Departemen Agama.
13. Tiga partai
besar tersebut mengobarkan perang isu. Isu yang diangkat oleh dua partai di
luar PKI tersebut adalah Pelaksanaan Landreform, pelaksanaan Undang-undang
Pemberlakuan Bagi Hasil (UUPBH) dan isu atheisme PKI. Isu atheisme PKI ini
diperkuat dengan isu pementasan kesenian Matine Gusti Allah / Matinya Tuhan
oleh aktivis PKI.
14. Perang isu ini
menimbulkan koflik segitiga antara tiga partai besar tersebut.
15. NU dan PNI
memberikan label Wong 48 kepada simpatisan PKI, PKI dianggap bertanggung jawab
atas peristiwa affair madiun 1948.
16. Pada tanggal 2
Oktober 1965, kabar pembunuhan para jenderal sampai di Blora.
17. Pertengahan
Oktober 1965 suhu politik di Blora memanas, sayap-sayap partai melakukan
tindakan kekerasan kepada simpatisan PKI.
18. Salah satu
peristiwa pembersihan simpatisan PKI adalah didatanginya kediaman Darmawan
(aktivis PKI Blora) di Mlangsen oleh sekumpulan massa yang dipimpin oleh Darno
Wiwoho (aktivis GSNI).
19. Pada tanggal 26
Oktober 1965 diberlakukan Darurat Militer oleh Pangdam Jawa Tengah.
20. Dibentuk
barisan sipil Pertahanan Rakyat (Hanra) Garuda Pancasila yang terdiri dari para
pemuda sayap-sayap partai non PKI. NU sendiri mengirim anggota Banser untuk memperkuat
Hanra Garuda Pancasila.
Editor: Sahal Mamur
Foto: Lampiran buku Tanah
Berdarah di Bumi Merdeka.
Sumber: BloraNews
0 komentar:
Posting Komentar