Laporan Khusus: Yuliawati, Gilang Fauzi & Anggi Kusumadewi, CNN Indonesia Jumat, 30/09/2016 13:37 WIB
Massa antikomunis memberangus segala hal berbau PKI dan Gerwani pasca-G30S. (AFP Photo)
Jakarta, CNN Indonesia
--
Sainah, seorang gadis 17 tahun, menjadi sorotan
media dua bulan setelah peristiwa penculikan dan pembunuhan tujuh
perwira Angkatan Darat pada 30 September 1965.
Sainah
disebut-sebut sebagai anggota Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) yang
melakukan Tarian Harum Bunga di Lubang Buaya, Jakarta Timur.
“Tarian
Bunga Harum itu merupakan tarian perangsang jang kotor, sehingga
menimbulkan kelakuan-kelakuan asusila di antara para peserta gerakan
Kontrev G30S di Lubang Buaja,” bunyi petikan berita harian Kompas, Senin 13 Desember 1965.
Pers
ketika itu mengutip keterangan dari Ketua Tim Pemeriksa dan Interogasi
Jawa Barat, Mayor Danamiharja. Menurut Danamiharja, Sainah bergabung di
Lubang Buaya atas permintaan Pelda Angkatan Udara bernama Jusuf.
Sainah
disebut dijanjikan honorarium Rp100 ribu. Ia bersama teman-teman
perempuan lainnya ditugaskan menari telanjang bulat setiap hari. Tarian
itu dikenal dengan nama Tari Harum Bunga.
“Kalau tarian serupa
ini diadakan, maka berbondong-bondonglah 400 orang laki-laki sebagai
‘penonton’. Maka timbullah ‘pergaulan bebas’, di mana tiap wanita
diharuskan melajani tiga sampai empat orang laki-laki.”
Tarian
Bunga Harum itu semacam puncak propaganda yang disebarkan secara resmi
oleh aparat ketika itu. Kabar itu berembus cepat, setelah sebelumnya
Gerwani juga disebut menyiksa tujuh perwira AD –menusuk-nusuk mereka
dengan pisau dan menyileti alat vital para korban.
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160930103757-20-162339/lapisan-dusta-di-balik-legenda-kekejaman-gerwani/
0 komentar:
Posting Komentar