Foto : Dalhar Muhammadun, Penulis Tanah Berdarah di Bumi Merdeka di
kediamannya di dukuh Ngampon Kecamatan Blora
Blora- Tragedi
kemanusiaan penumpasan simpatisan PKI (Partai Komunis Indonesia) terjadi di
banyak tempat di tanah air, salah satunya di Blora.
Sekalipun PKI
pernah menjadi partai penguasa di Blora, dendam politik yang terjadi pada masa
lampau membuat PKI diposisikan sebagai musuh bersama. Tak ayal, ribuan
simpatisan partai berlambang palu-arit ini meregang nyawa di Kota Mustika.
Dalhar Muhammadun
adalah salah satu penulis tentang peristiwa berdarah ini. Ayah dua anak ini
lahir di Blora tanggal 10 Maret 1971. Keluarganya memiliki kultur pesantren
yang kental, hal ini dikemudian hari membuatnya aktif di berbagai organisasi
bernuansa NU. Ketika menjalani studi di IAIN Sunan Kalijaga, Dalhar bergabung
dengan PMII.
Ketika kembali ke
Blora, Dalhar bergabung dengan GP Ansor Blora.
Bersama dengan
komunitasnya, LPAW (Lembaga Penelitian Aplikasi dan Wacana) Dalhar mengumpulkan
ingatan-ingatan yang tersisa dari para pelaku sejarah kelam Indonesia ini.
Tujuannya, untuk meletakkan peristiwa penumpasan PKI tahun 1965-1966 di Blora
sebagai suatu fakta sejarah.
“Tujuannya adalah penyelamatan data. Narasumber yang ada, saat itu telah berusia lanjut kini beberapa dari mereka telah meninggal dunia” jelasnya.
Dibutuhkan waktu
sekitar satu tahun untuk melakukan riset sebelum buku ini mulai ditulis. Banyak
tangan terlibat dalam penyusunan buku ini. Tidak hanya dari Blora, bahkan dari
beberapa komunitas dan perkumpulan turut serta membantu penyusunan satu-satunya
dokumentasi sejarah penumpasan PKI 1965-1966 di Blora ini.
“Untuk proses penelitiannya membutuhkan waktu sekitar satu tahun, banyak yang terlibat dan sebagian besar riset ini dilakukan oleh anak-anak muda NU yang saat itu tinggal di Posko (Gedung NU Blora)” jelas Dalhar.
Sepanjang penyusunan
buku Tanah Berdarah di Bumi Merdeka ini, Dalhar dan LPAW kerap menerima
pandangan miring dari lingkungannya, komunitas masyarakat santri. Dalhar
melalui bukunya ini berhasil mendokumentasikan kesaksian dari puluhan saksi
mata dan pelaku sejarah penumpasan PKI 1965-1966 di Blora.
“Reaksi lingkungan (masyarakat santri) sangat berat. Bahkan pernah ada pernyataan bahwa saya ini santrinya Pram (Pramoedya Ananta Toer) kok dijadikan sekretaris partai santri. Hehe” kenangnya.
Buku Tanah Berdarah
di Bumi Merdeka : Menelusuri luka-luka sejarah 1965-1966 di Blora ditulis oleh
Dalhar Muhammadun bersama dengan tujuh orang lainnya sebagai tim investigasi.
Diterbitkan secara bersama oleh tiga lembaga, Yayasan Advokasi Transformasi
Masyarakat (ATMA), Lembaga Penelitian dan Aplikasi Wacana, dan Perkumpulan
Elsam. [.]
Repurter: Sahal Mamur
Foto: Tim Grafis Bloranews.com
0 komentar:
Posting Komentar