- Orasi Filep Karma di Aksi Kamisan Bandung ke-255 dengan Tema: Empat Tahun Jokowi
Sebelumnya saya ingin mengklarifikasi dan meluruskan soal
saya yang dipenjara pada tahun 2004, itu saya mendapatkan grasi secara paksa,
dipaksa keluar dari penjara. Bukan mendapatkan abolisi. Jadi kalau abolisi
berarti perkara dibatalkan. Kasus saya dibawa oleh Freedom Now, sebuah LSM
Internasional, yang memperjuangkan antara lain (pembebasan) Aung San Suu Kyi,
Nelson Mandela, dan Liu Xiaobo dari China yang mendapat nobel itu.
(Saya) dibawa ke Pengadilan Arbitrase PBB, kasus saya
disidangkan dan ternyata saya tidak melanggar hukum di Indonesia. Jadi waktu
zaman SBY tahun 2011 bulan September-November, (pemerintah Indonesia)
diperintahkan (oleh Arbitrase PBB) agar saya segera dibebaskan. Tetapi SBY
tidak mau mengeluarkan saya, saya ditawari grasi tetapi saya tolak. Saya hanya
minta abolishi kalau memang mau diberikan (pembebasan).
Kemudian saat zaman Jokowi, saya juga ditawarkan grasi
tetapi saya tolak. Akhirnya setelah mereka hitung-hitung saya dikeluarkan (dari
penjara) dengan remisi, saya dipaksa untuk menerima remisi, meskipun saya
menolak, itu lah yang terjadi. Jadi saya masuk penjara sejak 1 Desember 2004,
keluar pada 19 November 2015.
Jadi sekitar 11 tahun saya dalam penjara. Tapi
teman-teman, sepengalaman saya dalam penjara: sewaktu kita masuk penjara, jangan
berpikir bahwa ini penjara! Berpikir lah kita pindah rumah kontrakan atau
kos-kosan. Sehingga pikiran kita enak, wah, karena ini rumah saya, istana saya,
tetap dirawat dan bersih.
Tapi kalau kita berpikir ini penjara, kita akan stres.
Jadi saya bagi ilmu supaya kalau teman-teman suatu saat kena (dipenjara), sudah
siap-siap. Jadi jangan berpikir "saya masuk penjara", tidak! Saya
cuma pindah kontrakan. Jadi kita nikmati, kamar-kita kita nikmati, dan pikiran
kita juga jangan menerawang jauh keluar karena akan menyiksa. Lebih baik
pikiran kita seputar wilayah kita, seputar kamar kita. Pokoknya nikmati dan
apapun yang bisa kita kerjakan, kerjakan. Membuat hati enjoy. Sehingga tidak
merasa sedih. Soal keluarga yang (ada) di luar penjara, serahkan pada tuhan
yang maha kuasa.
Baik, sedikit refleksi tentang pemerintahan Jokowi-JK.
Teman-teman mungkin (sudah) banyak mendengar tentang dibangunnya jalan tol di
Papua, itu plesetan dari media! Sampai sekarang belum ada jalan tol di Papua,
belum ada. Kemudian dibilang transpapua sudah jadi, sudah diaspal, banyak orang
ngomong begitu pada saya, saya bilang: sekarang teman-teman coba pikirkan,
apakah Jokowi (saat di Papua) naik motor trail, itu untuk dipakai di jalan tol,
untuk jalan yang aspalnya mulus?
Kalau pakai motor trail berarti untuk jalan yang gradakan
yang belum diaspal. Jadi dari itu saja sudah menjawab, bahwa yang baru
dikerjakan hanya pengerasan jalan. Kemudian jalan itu dibangun tidak ada
diskusi atau dialog dengan pemilik hak ulayat, pemilik tanah, karena yang
mengerjakan semua dari TNI. Jadi rakyat sudah ketakutan duluan.
Itu sudah (berlangsung) sejak tahun 1963. Sampai sejak
tahun 2014, era SBY, hingga hari ini (juga) tidak pernah ada dialog atau
diskusi dalam pembangunan transpapua. Begitu tentara datang, ekskavator
langsung bekerja, suka suka mereka.
Mana (lahan) yang dipilih, (itu) yang dibangun. Lalu
tempat yang sudah dibangun itu akan dibuatkan pos-pos militernya. Seperti
sekarang, ada operasi pemberantasan teman-teman kami yang TPN, OPM yang
berjuang dengan cara angkat senjata, sayap militer, sehingga yang mereka hadapi
juga militer. Tapi oleh militer (Indonesia), mereka disebut KKSB (kelompok
kriminal sipil bersenjata).
Tetapi ketika mereka ditangkap, pasti yang dipamerkan
(sebagai barang bukti) adalah bendera bintang pagi atau bendera bintang kejora.
Jadi aneh, kok kriminal ada bendera negaranya? Ini kan memutar balik kan fakta.
Jadi sebenarnya mereka ini pejuang kemerdekaan tapi disebut kriminal
bersenjata. Jadi supaya teman-teman ketahui bahwa organisasi perjuangan kami
adalah OPM, Organisasi Papua Merdeka, itu terdiri dari dua sisi: sayap militer
itu oleh TPN (tentara pembebasan nasional), kemudian yang sayap sipil itu kami.
Jadi kami tidak bersembunyi di hutan, kami ada dalam
kota. Ada yang sebagai mahasiswa, ada yang sebagai PNS, sebagai polisi pun ada,
begitu juga tentara. Cuma mereka tidak berani (terang-terangan) kalau yang
polisi dan tentara, teman-teman PNS juga masih banyak yang belum berani. Itu
lah sedikit (cerita) tentang perjuangan kami.
Kembali ke refleksi pembangunan yang dilakukan Jokowi-JK.
Masalah HAM di Papua, sampai hari ini masih terjadi pelanggaran HAM. Banyak
orang bertanya pada saya dan saya selalu mengatakan: Jokowi sama dengan
Prabowo. Tidak ada bedanya antara Jokowi dengan Prabowo.
Kalau Prabowo pelaku pembunuhan di Papua, Jokowi juga
pelaku tetapi tidak secara langsung.
Dia (Jokowi) pembuat keputusan, dia panglima tertinggi,
seharusnya dia punya kewenangan melarang untuk jangan ada orang Papua dibunuhi
lagi (oleh militer). Tetapi beliau tidak melakukan apapun, semua tuntutan kami
tentang pelanggaran HAM, beliau tidak (pernah) menjawab itu. Beliau malah
menjawab dengan membangun transpapua, membangun pelabuhan kapal. Jadi ibaratnya
orang Papua ingin minum kopi murni, tapi kami dipaksa minum coca cola, dengan
alasan di dalam kandungan coca cola juga ada kopinya. Itu yang terjadi saat
ini. Jadi sampai hari ini, di Papua masih ada pengejaran terhadap teman-teman
kami, yang berjuang untuk hak kami.
Hak kami berdemokrasi di Papua betul-betul dibungkam.
Jadi kalau ada kegiatan seperti aksi damai, begitu memberi pemberitahuan kepada
polisi, baru saja massa kumpul polisi sudah datang, semua massa dinaikkan ke
mobil polisi lalu dibawa ke kantor polisi. Ditahan sampai menjelang maghrib, baru
dilepas pulang. Jadi tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan orasi. Itu yang
masih terjadi di Papua sampai hari ini. Jadi sepulang nanti saya ke Papua, kami
berencana untuk membuat Kamisan di Papua, berharap agar kami juga punya
kesempatan untuk berorasi dan menyampaikan pendapat. Jadi saya minta dukungan
untuk teman-teman di sini kalau itu sudah terbentuk di Papua. Saya rasa hanya
itu yang bisa saya sampaikan teman-teman.
Hidup korban!
Terima kasih, selamat sore.
Terima kasih, selamat sore.
________________________________
Teks orasi Filep di atas
dicatat dari proses transkripsi rekaman suara yang saya rekam langsung pada
saat Aksi Kamisan di depan Gedung Sate, pada hari Kamis 18 Oktober 2018.
Sumber: Falus
0 komentar:
Posting Komentar