JUM'AT, 11 MARET 2016 | 18:36 WIB
Sejumlah korban/keluarga tragedi kemanusiaan 1965/1966 melakukan aksi damai di gedung Komnas HAM, Jakarta, Selasa (8/5). Mereka mendesak sidang paripurna untuk mengumumkan segera hasil penyelidikan peristiwa 1965/1966 terbuka. TEMPO/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Washington DC- Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat mengatakan akan meninjau permintaan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Indonesia (Komnas HAM) untuk membuka dokumen rahasia Badan Intelejen AS (CIA) terkait peristiwa 1965.
Myles Caggins, Juru bicara Dewan Keamanan Nasional, mengatakan akan meninjau permintaan Komnas HAM kepada Presiden AS Barack Obama. Caggins mengatakan pemerintah AS mendukung deklasifikasi dokumen yang relevan dari periode yang tidak menimbulkan resiko keamanan nasional.
Komisioner Komnas HAM Muhammad Nurkhoiron pada awal pekan ini bertemu dengan pejabat Departemen Luar Negeri dan telah membuat permintaan resmi untuk presiden AS Barack Obama untuk membuka dokumen peristiwa 1965.
Peristiwa 1965 dikenang sebagai pembunuhan ratusan ribu orang sebagai pembersihan paham komunis pada masa rezim presiden Soeharto. Mereka meminta deklasifikasi file AS rahasia yang bisa menjelaskan cara pembunuhan yang direncanakan dan sejauh mana Amerika Serikat bekerjasama dengan militer Indonesia saat itu.
Myles Caggins, Juru bicara Dewan Keamanan Nasional, mengatakan akan meninjau permintaan Komnas HAM kepada Presiden AS Barack Obama. Caggins mengatakan pemerintah AS mendukung deklasifikasi dokumen yang relevan dari periode yang tidak menimbulkan resiko keamanan nasional.
Komisioner Komnas HAM Muhammad Nurkhoiron pada awal pekan ini bertemu dengan pejabat Departemen Luar Negeri dan telah membuat permintaan resmi untuk presiden AS Barack Obama untuk membuka dokumen peristiwa 1965.
Peristiwa 1965 dikenang sebagai pembunuhan ratusan ribu orang sebagai pembersihan paham komunis pada masa rezim presiden Soeharto. Mereka meminta deklasifikasi file AS rahasia yang bisa menjelaskan cara pembunuhan yang direncanakan dan sejauh mana Amerika Serikat bekerjasama dengan militer Indonesia saat itu.
Muhammad Nurkhoiron meminta Obama merilis file rahasia dari CIA, Badan Intelijen Pertahanan AS dan lembaga lainnya untuk membantu mendorong pemerintah Indonesia untuk melipatgandakan upayanya untuk membangun kebenaran dan mempromosikan rekonsiliasi.
"Kita perlu AS untuk segera merilis dokumen tersebut untuk membantu upaya kami," kata Muhammad Nurkhoiron dalam sebuah wawancara, seperti yang dilansir ABC News pada 11 Maret 2016.
Nurkhoiron mengatakan saat Obama meninggalkan kantor awal tahun depan, momentum bisa hilang. Komnas HAM menganggap Obama adalah harapan untuk membuka cerita sebenarnya di balik peristiwa 50 tahun lalu.
Pada tahun 1995 melalui memoar laris nya, "Dreams From My Father," Obama menceritakan bagaimana ibunya, yang telah pindah ke Jakarta setelah menikah dengan seorang Indonesia pada 1967, belajar tentang peristiwa pembantaian tersebut. Dalam memoarnya tersebut, Obama menulis: "Korban tewas ditembak: beberapa ratus ribu, mungkin; setengah juta."
Sejarawan, Brad Simpson dari University of Connecticut, mengatakan AS mengorganisir operasi rahasia yang bertujuan memprovokasi bentrokan kekerasan sehingga tentara Indonesia akan menghancurkan komunis. Setelah pembunuhan itu dimulai, AS mengirim bantuan teknis dan sinyal yang jelas mendukung pembantaian tersebut.
Thomas Blanton, Direktur Arsip Keamanan Nasional AS nonpemerintah, mengatakan, pemerintahan Obama memiliki rekam jejak yang cukup baik dalam membuka dokumen terkait pelanggaran HAM. Seperti yang terjadi pada Oktober lalu kepadda Chili, Obama mengungkapkan bahwa mantan diktator Augusto Pinochet memerintahkan pembunuhan seorang diplomat Chili pada tahun 1976.
Namun dia mengatakan AS tidak mungkin untuk bertindak tanpa dorongan yang kuat dari pemerintah Indonesia, terutama karena beberapa dokumen yang dicari, dijaga ketat pada dokumen operasional CIA.
ABC NEWS|YON DEMA
"Kita perlu AS untuk segera merilis dokumen tersebut untuk membantu upaya kami," kata Muhammad Nurkhoiron dalam sebuah wawancara, seperti yang dilansir ABC News pada 11 Maret 2016.
Nurkhoiron mengatakan saat Obama meninggalkan kantor awal tahun depan, momentum bisa hilang. Komnas HAM menganggap Obama adalah harapan untuk membuka cerita sebenarnya di balik peristiwa 50 tahun lalu.
Pada tahun 1995 melalui memoar laris nya, "Dreams From My Father," Obama menceritakan bagaimana ibunya, yang telah pindah ke Jakarta setelah menikah dengan seorang Indonesia pada 1967, belajar tentang peristiwa pembantaian tersebut. Dalam memoarnya tersebut, Obama menulis: "Korban tewas ditembak: beberapa ratus ribu, mungkin; setengah juta."
Sejarawan, Brad Simpson dari University of Connecticut, mengatakan AS mengorganisir operasi rahasia yang bertujuan memprovokasi bentrokan kekerasan sehingga tentara Indonesia akan menghancurkan komunis. Setelah pembunuhan itu dimulai, AS mengirim bantuan teknis dan sinyal yang jelas mendukung pembantaian tersebut.
Thomas Blanton, Direktur Arsip Keamanan Nasional AS nonpemerintah, mengatakan, pemerintahan Obama memiliki rekam jejak yang cukup baik dalam membuka dokumen terkait pelanggaran HAM. Seperti yang terjadi pada Oktober lalu kepadda Chili, Obama mengungkapkan bahwa mantan diktator Augusto Pinochet memerintahkan pembunuhan seorang diplomat Chili pada tahun 1976.
Namun dia mengatakan AS tidak mungkin untuk bertindak tanpa dorongan yang kuat dari pemerintah Indonesia, terutama karena beberapa dokumen yang dicari, dijaga ketat pada dokumen operasional CIA.
ABC NEWS|YON DEMA
https://m.tempo.co/read/news/2016/03/11/116752831/as-pertimbangkan-buka-dokumen-cia-soal-peristiwa-1965
ini baru keren
BalasHapus