Sabtu, 12 Maret 2016 | 07:07 WIB
Peneliti sejarah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Asvi Warman
Adam, saat menghadiri sebuah diskusi mengenai Supersemar di Bentara
Budaya Jakarta, Kamis (10/3/2016).
JAKARTA, KOMPAS.com —
Tanggal 11 Maret 1966 memiliki makna penting bagi perjalanan sejarah
Indonesia. Pada tanggal itu, 50 tahun yang lalu, terjadi sebuah
peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto.
Peristiwa itu ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) oleh Presiden Soekarno yang diberikan ke Menteri Panglima Angkatan Darat Letjen Soeharto.
Setelah menerima Supersemar, Soeharto cepat bertindak. Sehari setelahnya, Soekarno membubarkan Partai Komunis Indonesia. Belasan menteri pun ditangkap beberapa hari kemudian. Perlahan, kekuasaan Soekarno surut.
Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Asvi Warman Adam, menjelaskan bahwa Supersemar merupakan salah satu rangkaian dari peristiwa panjang untuk melemahkan kekuasaan Soekarno.
Asvi pun mengungkap sejumlah fakta unik, di antaranya kehadiran dua pengusaha yang berusaha membujuk Soekarno untuk menyerahkan kekuasaan, sebelum Supersemar dirilis.
Kepada wartawan Kompas.com, Kristian Erdianto, yang menemuinya akhir pekan lalu (6/3/2016), Asvi bercerita juga mengenai hal-hal menarik seputar proses peralihan kekuasaan itu, misalnya mengenai para tentara tak dikenal yang membonceng demonstrasi mahasiswa.
Berikut kutipan wawancaranya:
Bagaimana sebenarnya situasi politik di Indonesia hingga muncul Supersemar untuk menstabilkan keadaan?
Yang jelas, kejadiannya pada 11 maret 1966 itu ada demonstrasi mahasiswa, demo yang sangat besar dan didukung oleh tentara. Diakui juga bahwa dilaporkan ada pasukan yang tidak dikenal. Kemudian diakui oleh Kemal Idris bahwa itu pasukan dia, pasukan Kostrad yang dipimpin oleh Kemal Idris. Dia mengakui itu pasukan dia yang bergabung dengan mahasiswa.
Jadi, demonya bukan demo yang murni lagi. Mereka berdemo ke Istana, mengepung Istana. Menuntut Tritura, salah satunya pembubaran PKI. Sesuatu yang menakutkan bagi Bung Karno. Buktinya dia keluar dari Istana waktu itu dan dengan helikopter ke Bogor bersama Soebandrio dan Chaerul Saleh. Jika kondisinya masih normal, Bung Karno akan tetap di Istana Negara. Artinya, kondisi pada saat itu sudah sangat meruncing dan panas.
Demo juga didukung oleh tentara, ada agenda apa?
Tentara itu mendukung karena beranggapan bahwa PKI itu berada di balik G30S dan tentara mendukung upaya pembubaran PKI, walaupun kita melihat kemudian ini dalam rangka pengalihan kekuasaan atau perebutan kekuasaan. Itu terbukti dari tanggal 12 Maret itu kan pembubaran PKI.
Kemudian bukan hanya itu. Rangkaian hari-hari sesudah itu, pembubaran Tjakrabirawa, dipulangkan ke daerah masing-masing sekitar 3.000-4.000 orang yang menjaga dan loyal pada Soekarno itu disingkirkan.
Tugasnya kemudian diserahkan kepada Pomdam Jaya. Artinya itu mengurung Soekarno, bukan mengamankan. Mengawasi Soekarno. Itu beberapa hari setelah tanggal 12.
Pada bulan yang sama, Soeharto juga menangkap 15 orang menteri yang loyal kepada Soekarno. Jadi, ketika suatu saat Soekarno ingin membuat kabinet pemerintahan lagi, orangnya sudah ditangkap.
Alasan penangkapan?
Untuk mengamankan mereka karena demo mahasiswa juga menuntut Soebandrio. Kabinet harus bersih dari unsur-unsur PKI. Dalam surat penangkapannya, tertulis dalam rangka pengamanan dari kemarahan massa.
Sama seperti pembubaran diskusi-diskusi berhaluan politik kiri, alasannya kan selalu diamankan dari pihak-pihak yang tidak setuju. Sekitar 15 menteri, bahkan bisa lebih karena ada yang tertangkapnya belakangan, seperti Pak Achadi, Menteri Transmigrasi dan Koperasi.
Sebanyak 15 menteri itu memang terkait PKI?
Mereka itu pendukung Soekarno. PKI itu dibubarkan bukan karena ideologinya, melainkan karena partai yang mendukung Soekarno. Mereka jumlahnya sangat banyak. Klaim mereka anggotanya ada 3 juta orang, 3 juta pendukung Soekarno itu sudah bubar.
Pasukan yang mengawal juga sudah dipulangkan, 15 menteri yang mendukung Soekarno juga sudah ditangkap. Beberapa hari kemudian, pers juga dikuasai. Jadi, setiap pemberitaan RRI dan TVRI itu harus seizin dari dinas penerangan Angkatan Darat, mengenai berita politik.
Untuk koran yang lain, AD juga harus mengetahui berita apa yang akan ditulis. Setiap berita yang ditulis oleh media massa harus sepengetahuan Angkatan Darat. Mereka harus tahu media massa menulis apa sebelum diterbitkan. Semua kebijakan itu dikeluarkan dalam satu paket pada bulan Maret 1966.
Artinya, kita tidak bisa mengatakan ini sekadar kaitannya dengan pembubaran PKI, tetapi ada serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Soeharto. Semua itu tidak ada di buku Sejarah. Bukan melemahkan lagi, melainkan menghabisi kekuasaan Soekarno.
Peristiwa itu ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) oleh Presiden Soekarno yang diberikan ke Menteri Panglima Angkatan Darat Letjen Soeharto.
Setelah menerima Supersemar, Soeharto cepat bertindak. Sehari setelahnya, Soekarno membubarkan Partai Komunis Indonesia. Belasan menteri pun ditangkap beberapa hari kemudian. Perlahan, kekuasaan Soekarno surut.
Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Asvi Warman Adam, menjelaskan bahwa Supersemar merupakan salah satu rangkaian dari peristiwa panjang untuk melemahkan kekuasaan Soekarno.
Asvi pun mengungkap sejumlah fakta unik, di antaranya kehadiran dua pengusaha yang berusaha membujuk Soekarno untuk menyerahkan kekuasaan, sebelum Supersemar dirilis.
Kepada wartawan Kompas.com, Kristian Erdianto, yang menemuinya akhir pekan lalu (6/3/2016), Asvi bercerita juga mengenai hal-hal menarik seputar proses peralihan kekuasaan itu, misalnya mengenai para tentara tak dikenal yang membonceng demonstrasi mahasiswa.
Berikut kutipan wawancaranya:
Bagaimana sebenarnya situasi politik di Indonesia hingga muncul Supersemar untuk menstabilkan keadaan?
Yang jelas, kejadiannya pada 11 maret 1966 itu ada demonstrasi mahasiswa, demo yang sangat besar dan didukung oleh tentara. Diakui juga bahwa dilaporkan ada pasukan yang tidak dikenal. Kemudian diakui oleh Kemal Idris bahwa itu pasukan dia, pasukan Kostrad yang dipimpin oleh Kemal Idris. Dia mengakui itu pasukan dia yang bergabung dengan mahasiswa.
Jadi, demonya bukan demo yang murni lagi. Mereka berdemo ke Istana, mengepung Istana. Menuntut Tritura, salah satunya pembubaran PKI. Sesuatu yang menakutkan bagi Bung Karno. Buktinya dia keluar dari Istana waktu itu dan dengan helikopter ke Bogor bersama Soebandrio dan Chaerul Saleh. Jika kondisinya masih normal, Bung Karno akan tetap di Istana Negara. Artinya, kondisi pada saat itu sudah sangat meruncing dan panas.
Demo juga didukung oleh tentara, ada agenda apa?
Tentara itu mendukung karena beranggapan bahwa PKI itu berada di balik G30S dan tentara mendukung upaya pembubaran PKI, walaupun kita melihat kemudian ini dalam rangka pengalihan kekuasaan atau perebutan kekuasaan. Itu terbukti dari tanggal 12 Maret itu kan pembubaran PKI.
Kemudian bukan hanya itu. Rangkaian hari-hari sesudah itu, pembubaran Tjakrabirawa, dipulangkan ke daerah masing-masing sekitar 3.000-4.000 orang yang menjaga dan loyal pada Soekarno itu disingkirkan.
Tugasnya kemudian diserahkan kepada Pomdam Jaya. Artinya itu mengurung Soekarno, bukan mengamankan. Mengawasi Soekarno. Itu beberapa hari setelah tanggal 12.
Pada bulan yang sama, Soeharto juga menangkap 15 orang menteri yang loyal kepada Soekarno. Jadi, ketika suatu saat Soekarno ingin membuat kabinet pemerintahan lagi, orangnya sudah ditangkap.
Alasan penangkapan?
Untuk mengamankan mereka karena demo mahasiswa juga menuntut Soebandrio. Kabinet harus bersih dari unsur-unsur PKI. Dalam surat penangkapannya, tertulis dalam rangka pengamanan dari kemarahan massa.
Sama seperti pembubaran diskusi-diskusi berhaluan politik kiri, alasannya kan selalu diamankan dari pihak-pihak yang tidak setuju. Sekitar 15 menteri, bahkan bisa lebih karena ada yang tertangkapnya belakangan, seperti Pak Achadi, Menteri Transmigrasi dan Koperasi.
Sebanyak 15 menteri itu memang terkait PKI?
Mereka itu pendukung Soekarno. PKI itu dibubarkan bukan karena ideologinya, melainkan karena partai yang mendukung Soekarno. Mereka jumlahnya sangat banyak. Klaim mereka anggotanya ada 3 juta orang, 3 juta pendukung Soekarno itu sudah bubar.
Pasukan yang mengawal juga sudah dipulangkan, 15 menteri yang mendukung Soekarno juga sudah ditangkap. Beberapa hari kemudian, pers juga dikuasai. Jadi, setiap pemberitaan RRI dan TVRI itu harus seizin dari dinas penerangan Angkatan Darat, mengenai berita politik.
Untuk koran yang lain, AD juga harus mengetahui berita apa yang akan ditulis. Setiap berita yang ditulis oleh media massa harus sepengetahuan Angkatan Darat. Mereka harus tahu media massa menulis apa sebelum diterbitkan. Semua kebijakan itu dikeluarkan dalam satu paket pada bulan Maret 1966.
Artinya, kita tidak bisa mengatakan ini sekadar kaitannya dengan pembubaran PKI, tetapi ada serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Soeharto. Semua itu tidak ada di buku Sejarah. Bukan melemahkan lagi, melainkan menghabisi kekuasaan Soekarno.
Apa ada indikasi lain terkait upaya menggerus kekuasaan Soekarno?
Jadi, jangan lupa juga bahwa sebelum 11 Maret itu sudah ada upaya lain yang dilakukan. Tanggal 6 atau 10 Maret 1966, pengiriman dua orang pengusaha, Dasaad dan Hasjim Ning yang diminta oleh Asisten VII Menpangad Mayjen Alamsjah Ratu Prawiranegara. Dia salah satu aspri Soeharto.
Kedua orang itu membawa surat dari Soeharto. Dengan berbekal surat dari Soeharto, mereka berdua datang ke Bogor dan meminta supaya Soekarno tetap presiden, tetapi urusan pemerintahan sehari-hari diserahkan kepada Soeharto.
Jadi, jangan lupa juga bahwa sebelum 11 Maret itu sudah ada upaya lain yang dilakukan. Tanggal 6 atau 10 Maret 1966, pengiriman dua orang pengusaha, Dasaad dan Hasjim Ning yang diminta oleh Asisten VII Menpangad Mayjen Alamsjah Ratu Prawiranegara. Dia salah satu aspri Soeharto.
Kedua orang itu membawa surat dari Soeharto. Dengan berbekal surat dari Soeharto, mereka berdua datang ke Bogor dan meminta supaya Soekarno tetap presiden, tetapi urusan pemerintahan sehari-hari diserahkan kepada Soeharto.
Presiden RI ke I Soekarno dan Jenderal Soeharto
Soekarno
sangat marah waktu itu dan menurut Hasjim Ning, Soekarno sempat
melemparkan asbak. Proses itu diceritakan dalam biografi Hasjim Ning dan
Alamsyah walaupun mereka memberikan tanggal yang berbeda.
Artinya, upaya untuk membujuk sudah dilakukan melalui orang-orang
terdekat Soekarno, melalui dua pengusaha. Jika itu gagal, dicoba lebih
keras lagi melalui demonstrasi dari mahasiswa dan tentara
Soekarno sudah tidak bisa lagi mengatasi situasi saat itu?
Iya, dia kepepet, dalam arti didesak terus. Jika dilihat dari peristiwa sebelumnya, tanggal 11 datang tiga jenderal, ada satu paket terlihat bahwa upaya menghancurkan kekuasaan Soekarno itu terencana dan sistematis.
Setelah G30S, Soekarno dipandang sudah tidak mampu lagi memimpin Indonesia?
Alasannya selalu Soekarno tidak mau membubarkan PKI. Soekarno sudah menjawab itu dalam pidato Nawaksara. Nawaksara itu ditolak pada tahun 1966, kemudian ditolak lagi tahun 1967 oleh MPRS. Dalam pidato itu, Soekarno mengatakan ini merupakan pertemuan dari tiga aspek.
Pertama, pimpinan PKI yang keblinger. Soekarno tetap mengatakan pimpinan yang keblinger, bukan PKI-nya. Merujuk ke biro khusus PKI Syam Kamaruzaman. Biro yang sifatnya tertutup, bertanggung jawab kepada Aidit. Tujuannya melakukan pendekatan dan pengaruh di kalangan tentara.
Kedua, ada subversif Nekolim. Ada pihak-pihak asing seperti CIA yang masuk ke Indonesia. Ketiga, ada oknum yang tidak bertanggung jawab, entah ini maksudnya adalah Soeharto atau siapa itu tidak dikatakan oleh Soekarno.
Kenapa Soekarno mengatakan pimpinan PKI itu keblinger?
Menurut saya, keblinger terkait dengan peristiwa G30S, kenapa sampai ada pembunuhan enam jenderal itu.
Kenapa yang dikirim dua pengusaha itu?
Karena dua pengusaha itu yang dekat dengan Soekarno. Alamsjah tahu betul siapa saja orang-orang yang dekat dengan Soekarno, untuk membujuk perlu memakai orang-orang yang dekat dengan Soekarno.
Bahkan, tiga orang jenderal yang datang pada 11 Maret itu adalah orang-orang yang dekat dengan Soekarno. Dianggap dekat artinya tidak dianggap musuh oleh Soekarno.
Jelas itu orang-orang dekat, Amirmachmud itu Pangdam Jaya, tidak mungkin dianggap berbahaya oleh Soekarno. M Jusuf itu menteri dan Basoeki Rahmat setelah pulang dari Australia menjadi staf Bung Karno di KOTI.
Walaupun kita lihat juga ada peristiwa menarik terkait Jusuf. Pada tanggal 1 Oktober 1965 itu ada di Beijing dan ketika mendengar berita G30S, dan dia langsung memutuskan untuk pulang ke Jakarta. Tetapi, ketika pulang ke Jakarta, dia mengatakan dia langsung melapor ke Kostrad, ke Soeharto. Dia bilang, "Saya ini menteri, tapi bagaimana pun juga saya juga tentara". Kan aneh, jadi dia melapor ke Soeharto.
Saya juga sudah pernah menulis tentang "Kurir Supersemar" itu yang ternyata orang dekat Soekarno, tetapi yang tahu juga bahwa musim sudah berganti. Mereka mengalihkan kesetiaannya kepada Soeharto. Jadi, mereka tahu betul saat yang tepat.
Pengakuan Jusuf itu menurut saya sangat jujur yang memperlihatkan bahwa dia Menteri Soekarno, tetapi bagaimana pun saya juga tentara. Ternyata pilihan dia itu tepat. Kalau dia melapor ke Soekarno.
Bisa dibilang oportunis?
Menurut saya tidak sampai segitu. Mereka hanya tepat melihat musim yang akan mulai berganti.
Siapa yang mendukung Soeharto?
Dukungan tentunya sudah ada dari mahasiswa. Tanggal 15 Desember 1965, Soeharto itu sudah ke Cipanas. Ada satu kejadian yang tidak disebutkan dalam sejarah. Tanggal 15 Desember 1965 itu ada rapat di Istana Cipanas tentang nasionalisasi Caltex. Rapat itu dipimpin oleh Chaerul Saleh.
Ketika itu, Soeharto dengan menggunakan helikopter, datang ke Istana Cipanas, turun dari helikopternya dan mengatakan Angkatan Darat tidak setuju nasionalisasi Caltex. Setelah itu, dia naik ke helikopternya dan kembali ke Jakarta. Nah ini kan sangat dramatis. Cuma mau ngomong seperti itu saja, kenapa enggak naik mobil.
Berarti, apa yang ingin dikatakan oleh Soeharto itu adalah sesuatu yang sangat urgen dan darurat. Persoalannya adalah, ketika isu nasionalisasi aset Caltex itu muncul, Presiden Amerika sudah mengeluarkan semacam ultimatum. "Kami tidak mau diganggu."
Di suratnya ke Kedutaan Amerika ada pernyataan bahwa ia tidak menghendaki perusahaan mereka dicaplok. Jelas apa yang dikatakan Soeharto bukan perintah dari Soekarno. Saat itu ekonomi sedang susah. Menurut saya, itu reaksi dari Soeharto dan Angkatan Darat, menganggap ada pihak yang perlu didukung.
Soeharto meminta dukungan dari AS?
Bukan meminta, melainkan sudah menyampaikan keberpihakannya.
Selain tentara dan juga mahasiwa, pengalihan kekuasaan juga didukung oleh pihak asing seperti Amerika Serikat?
Oh iya, dia sudah memperlihatkan sikap seperti itu. Seperti yang pernah ditulis oleh Baskara Wardaya, Amerika saat itu masih ragu, siapa yang perlu didukung setelah Soekarno, apakah Nasution atau Soeharto.
Soeharto sebelum tanggal 30 September itu tidak dikenal oleh Amerika, tetapi kalau Nasution sudah tampil sebelumnya. Dia sudah KSAD, Soeharto tidak dikenal, tetapi kemudian secara bertahap dia memperlihatkan sekali.
TNI saat itu satu suara untuk mendukung Soeharto?
Kalau menurut saya, tentara itu terbelah menjadi dua faksi. Jelas semua tentara itu anti-terhadap komunis. Tetapi, mereka terbelah, antikomunis, tetapi mendukung Soekarno, tokohnya Ahmad Yani dan antikomunis yang tidak suka dengan Soekarno, itu Nasution.
Dengan terbunuhnya 6 orang jenderal itu, faksi yang maakin kuat adalah kelompok yang dekat dengan Nasution, tentara- tentara yang tidak suka kepada Soekarno. Nasution kan sebenarnya tidak dipercaya atau tidak dianggap oleh Soekarno. Enam jenderal yang dibunuh saat G 30 S adalah jenderal-jenderal yang antikomunis, tetapi dekat dengan Soekarno, mendukung Soekarno.
Kata Sri Mulyono, kalau ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi yuk kita pergi ke Bogor. Sri Mulyono dan Sarwo Edhi pergi ke Bogor dan Sarwo Edhi tidak melapor ke Soeharto perihal menemui Soekarno.
Versi yang ingin dibangun, saat itu sudah mulai muncul ketidaksenangan Soeharto kepada Sarwo Edhi. Soeharto beranggapan Sarwo juga bisa mendekat dengan Soekarno, tetapi kemudian dia diberi penugasan untuk menumpas PKI. Namun, setelah itu selesai, dianggap populer, kemudian disingkirkan.
mu
___
Iya, dia kepepet, dalam arti didesak terus. Jika dilihat dari peristiwa sebelumnya, tanggal 11 datang tiga jenderal, ada satu paket terlihat bahwa upaya menghancurkan kekuasaan Soekarno itu terencana dan sistematis.
Setelah G30S, Soekarno dipandang sudah tidak mampu lagi memimpin Indonesia?
Alasannya selalu Soekarno tidak mau membubarkan PKI. Soekarno sudah menjawab itu dalam pidato Nawaksara. Nawaksara itu ditolak pada tahun 1966, kemudian ditolak lagi tahun 1967 oleh MPRS. Dalam pidato itu, Soekarno mengatakan ini merupakan pertemuan dari tiga aspek.
Pertama, pimpinan PKI yang keblinger. Soekarno tetap mengatakan pimpinan yang keblinger, bukan PKI-nya. Merujuk ke biro khusus PKI Syam Kamaruzaman. Biro yang sifatnya tertutup, bertanggung jawab kepada Aidit. Tujuannya melakukan pendekatan dan pengaruh di kalangan tentara.
Kedua, ada subversif Nekolim. Ada pihak-pihak asing seperti CIA yang masuk ke Indonesia. Ketiga, ada oknum yang tidak bertanggung jawab, entah ini maksudnya adalah Soeharto atau siapa itu tidak dikatakan oleh Soekarno.
Kenapa Soekarno mengatakan pimpinan PKI itu keblinger?
Menurut saya, keblinger terkait dengan peristiwa G30S, kenapa sampai ada pembunuhan enam jenderal itu.
Kenapa yang dikirim dua pengusaha itu?
Karena dua pengusaha itu yang dekat dengan Soekarno. Alamsjah tahu betul siapa saja orang-orang yang dekat dengan Soekarno, untuk membujuk perlu memakai orang-orang yang dekat dengan Soekarno.
Bahkan, tiga orang jenderal yang datang pada 11 Maret itu adalah orang-orang yang dekat dengan Soekarno. Dianggap dekat artinya tidak dianggap musuh oleh Soekarno.
Jelas itu orang-orang dekat, Amirmachmud itu Pangdam Jaya, tidak mungkin dianggap berbahaya oleh Soekarno. M Jusuf itu menteri dan Basoeki Rahmat setelah pulang dari Australia menjadi staf Bung Karno di KOTI.
Walaupun kita lihat juga ada peristiwa menarik terkait Jusuf. Pada tanggal 1 Oktober 1965 itu ada di Beijing dan ketika mendengar berita G30S, dan dia langsung memutuskan untuk pulang ke Jakarta. Tetapi, ketika pulang ke Jakarta, dia mengatakan dia langsung melapor ke Kostrad, ke Soeharto. Dia bilang, "Saya ini menteri, tapi bagaimana pun juga saya juga tentara". Kan aneh, jadi dia melapor ke Soeharto.
Saya juga sudah pernah menulis tentang "Kurir Supersemar" itu yang ternyata orang dekat Soekarno, tetapi yang tahu juga bahwa musim sudah berganti. Mereka mengalihkan kesetiaannya kepada Soeharto. Jadi, mereka tahu betul saat yang tepat.
Pengakuan Jusuf itu menurut saya sangat jujur yang memperlihatkan bahwa dia Menteri Soekarno, tetapi bagaimana pun saya juga tentara. Ternyata pilihan dia itu tepat. Kalau dia melapor ke Soekarno.
Bisa dibilang oportunis?
Menurut saya tidak sampai segitu. Mereka hanya tepat melihat musim yang akan mulai berganti.
Siapa yang mendukung Soeharto?
Dukungan tentunya sudah ada dari mahasiswa. Tanggal 15 Desember 1965, Soeharto itu sudah ke Cipanas. Ada satu kejadian yang tidak disebutkan dalam sejarah. Tanggal 15 Desember 1965 itu ada rapat di Istana Cipanas tentang nasionalisasi Caltex. Rapat itu dipimpin oleh Chaerul Saleh.
Ketika itu, Soeharto dengan menggunakan helikopter, datang ke Istana Cipanas, turun dari helikopternya dan mengatakan Angkatan Darat tidak setuju nasionalisasi Caltex. Setelah itu, dia naik ke helikopternya dan kembali ke Jakarta. Nah ini kan sangat dramatis. Cuma mau ngomong seperti itu saja, kenapa enggak naik mobil.
Berarti, apa yang ingin dikatakan oleh Soeharto itu adalah sesuatu yang sangat urgen dan darurat. Persoalannya adalah, ketika isu nasionalisasi aset Caltex itu muncul, Presiden Amerika sudah mengeluarkan semacam ultimatum. "Kami tidak mau diganggu."
Di suratnya ke Kedutaan Amerika ada pernyataan bahwa ia tidak menghendaki perusahaan mereka dicaplok. Jelas apa yang dikatakan Soeharto bukan perintah dari Soekarno. Saat itu ekonomi sedang susah. Menurut saya, itu reaksi dari Soeharto dan Angkatan Darat, menganggap ada pihak yang perlu didukung.
Soeharto meminta dukungan dari AS?
Bukan meminta, melainkan sudah menyampaikan keberpihakannya.
Selain tentara dan juga mahasiwa, pengalihan kekuasaan juga didukung oleh pihak asing seperti Amerika Serikat?
Oh iya, dia sudah memperlihatkan sikap seperti itu. Seperti yang pernah ditulis oleh Baskara Wardaya, Amerika saat itu masih ragu, siapa yang perlu didukung setelah Soekarno, apakah Nasution atau Soeharto.
Soeharto sebelum tanggal 30 September itu tidak dikenal oleh Amerika, tetapi kalau Nasution sudah tampil sebelumnya. Dia sudah KSAD, Soeharto tidak dikenal, tetapi kemudian secara bertahap dia memperlihatkan sekali.
TNI saat itu satu suara untuk mendukung Soeharto?
Kalau menurut saya, tentara itu terbelah menjadi dua faksi. Jelas semua tentara itu anti-terhadap komunis. Tetapi, mereka terbelah, antikomunis, tetapi mendukung Soekarno, tokohnya Ahmad Yani dan antikomunis yang tidak suka dengan Soekarno, itu Nasution.
Dengan terbunuhnya 6 orang jenderal itu, faksi yang maakin kuat adalah kelompok yang dekat dengan Nasution, tentara- tentara yang tidak suka kepada Soekarno. Nasution kan sebenarnya tidak dipercaya atau tidak dianggap oleh Soekarno. Enam jenderal yang dibunuh saat G 30 S adalah jenderal-jenderal yang antikomunis, tetapi dekat dengan Soekarno, mendukung Soekarno.
Salinan Surat Perintah 11 Maret atau Supersemar
Sedikit
demi sedikit, tentara yang mendukung Soekarno itu dibersihkan walaupun
pada awalnya dipakai, misalnya Ibrahim Aji. Dia antikomunis dan
pendukung Soekarno. Awal-awal dia dipakai, kemudian lama-lama
disingkirkan dengan cara "didubeskan".
Kalau tidak salah dia Dubes Inggris, di zaman Soeharto. Pak Sarwo
Edhi juga seperti itu. Ada upaya untuk menceritakan versi Sarwo Edhi
yang baru, bukan sekadar anak buah Soeharto. Versi lain terkait Sarwo
Edhi bahwa 2 Oktober itu Sri Mulyono Herlambang datang dari Medan
bersama Soebandrio dan kemudian bertemu dengan Sarwo Edhi di Halim.Kata Sri Mulyono, kalau ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi yuk kita pergi ke Bogor. Sri Mulyono dan Sarwo Edhi pergi ke Bogor dan Sarwo Edhi tidak melapor ke Soeharto perihal menemui Soekarno.
Versi yang ingin dibangun, saat itu sudah mulai muncul ketidaksenangan Soeharto kepada Sarwo Edhi. Soeharto beranggapan Sarwo juga bisa mendekat dengan Soekarno, tetapi kemudian dia diberi penugasan untuk menumpas PKI. Namun, setelah itu selesai, dianggap populer, kemudian disingkirkan.
mu
___
Penulis | : Kristian Erdianto |
Editor | : Bayu Galih |
0 komentar:
Posting Komentar