Gema Indonesia
Dalam
beberapa waktu belakangan ini, isu mengenai kebangkitan PKI kembali mencuat di
publik. Konon dikatakan bahwa PKI dengan jutaan anggotanya siap merebut
kekuasaan di Indonesia.
Dalam beberapa
momen, ormas keagamaan seperti Front Pembela Islam (FPI) pun kerap terlihat
menggelar aksi demonstrasi untuk menolak kehadiran PKI kembali di Indonesia.
Sembari itu, mereka sangat yakin bahwa PKI kini sedang menyiapkan
kebangkitannya.
Entah darimana
keyakinannya itu datang kepada mereka. Namun saat ditanya bukti, mereka pun
mengaku punya buktinya.
Kemudian, untuk
meyakinkan publik, mereka sering membakar bendera PKI di aksi-aksi
demonstrasinya. Selain itu, mereka juga mengaku mengetahui lokasi persembunyian
PKI itu.
Namun, dengan
berbagai cuplikan informasi di atas, tentu kita bisa bertanya balik dengan
kritis:
Pertama, "Bila ada kebangkitan PKI, dan mereka tahu titik lokasi dan buktinya, kenapa mereka tidak segera melaporkan ke pihak berwajib?"
Pertanyaan kedua, "PKI jelas sudah habis dibabat sejak pertengahan tahun 1960-an dan simbolnya telah dilarang hingga kini. Lantas dari mana anggota FPI bisa mendapatkan bendera PKI yang kerap mereka bakar saat demonstrasi?"
Kedua pertanyaan
tersebut, secara kritis bisa mengarahkan kita pada titik temu mengenai motif di
balik isu kebangkitan PKI saat ini.
Apalagi, sebelumnya
tidak tersiar satu pun kabar bahwa FPI telah melakukan sweeping di
kantor PKI dan menemukan alat bukti berupa bendera PKI. Apakah bendera PKI yang
dibakar FPI turun dari langit? Rasanya tidak mungkin.
Agar dapat memiliki
suatu bendera PKI, tentu hanya dengan dua cara. Pertama dari pihak lain,
seperti dari hasil melakukan sweeping. Kedua dari cetak sendiri.
Dengan kondisi
demikian, sekarang sudah jelas darimana FPI mendapatkan bendera PKI. Yaitu,
dengan mencetak sendiri bendera PKI yang akan mereka bakar.
Hal itu kemudian
dikuatkan dengan beredarnya kabar bahwa anggota Banser/Ansor NU menemukan
bendera PKI di markas FPI. Bendera-bendera itu baru saja dicetak untuk
dijadikan bahan kampanye dan perangkat demonstrasi.
Dengan analisa
singkat tersebut, kini bisa ditarik suatu kesimpulan tentang isu kebangkitan
PKI yang sering dihembuskan oleh FPI tersebut. Bahwa itu tak lain dan tak bukan
merupakan isu fiktif yang sengaja disebarkan oleh FPI.
Adapun tujuan dari
aksi tersebut tentu sangat politis. Yaitu, untuk menyudutkan pemerintahan yang
sah saat ini. Mereka ingin menjatuhkan nama Presiden Jokowi dan partai
pendukungnya sebagai katalisator kebangkitan PKI.
Mereka yang
menyebarkan isu kebangkitan PKI dapat diidentifikasi sebagai pihak-pihak yang
berada di seberang Istana hari ini. Hal itu sesuai dengan survei SMRC beberapa
waktu lalu, dimana mereka yang percaya PKI 'bangkit' kebanyakan merupakan
pemilih PKS (37 persen), Gerindra (20 persen), dan PAN (18 persen).
Kini, mereka ingin
menggalang isu seakan pemerintahan Presiden Jokowi mendukung kebangkitan PKI.
Tujuannya agar pemerintah mendapatkan gambaran buruk dari masyarakat.
Caranya adalah
dengan membangkitkan kembali isu hantu komunis di Indonesia. Dengan begitu,
memori buruk mengenai suatu rezim pemerintahan akan terbentuk dengan
sendirinya. Harapannya suara Presiden Jokowi nanti akan jeblok saat Pemilu.
Namun, bila diamati
sebenarnya cara adu domba ala FPI di atas tak lebih baik dari PKI itu sendiri.
Mereka berusaha memecah belah masyarakat dengan desas-desus dari informasi yang
sesat. Persis cara PKI saat menjelang peristiwa kudeta pada 1965 lalu.
Dengan memahami
alur logika di atas, kini kita tahu bahwa di balik isu kebangkitan PKI saat ini
terdapat tujuan yang politis. Isu kebangkitan PKI itu sendiri bukanlah suatu
kebenaran, melainkan desas-desus yang disebarkan untuk mengacaukan masyarakat.
Untuk itu, kita tak
perlu mudah terprovokasi dengan adanya isu tersebut. Selain itu, juga jangan
sampai kita turut menjadi bagian dari mereka dengan menyebarkan ulang isu sesat
di atas.
Sumber: Kumparan.Com
0 komentar:
Posting Komentar