Reporter: Felix Nathaniel | 13 Februari, 2018
Ilustrasi pemukulan dan pengeroyokan seorang pria. FOTO/Istock
"Isunya itu macam-macam, ada teroris lah, ada PKI lah. Ini orang gila ditanya, 'kamu PKI ga?' Ya namanya orang gila, dia kan (jawab) iya saja," kata Kabid Humas Polda Banten, AKBP Zaenudin.
Pria bernama Wahyudin Firmansyah harus mendapatkan 9 jahitan di kepalanya akibat dihajar oleh massa di Kelurahan Sukaratu, Kecamatan Majasari, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
Wahyudin, yang mengalami gangguan kesehatan mental, menjadi sasaran amukan massa karena dituduh hendak membunuh seorang tokoh agama setempat yang bernama KH Encep Muhaemin. Massa yang menghajar Wahyudin juga menuduhnya sebagai anggota Partai Komunis Indonesia (PKI).
Polda Banten memastikan Wahyudin kini tercatat sebagai pasien penyakit rumah sakit jiwa Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa (PSBLHS) 2, Cipayung, Jakarta Timur.
Wahyudin yang berumur 28 tahun pada 2018 sudah pernah menjadi warga binaan sosial di PSBLHS 1 sebelum dipindahkan ke PSBLHS 2, pada 27 Januari 2017. Dia dipindahkan bersama 24 warga binaan lainnya.
Kabid Humas Polda Banten, AKBP Zaenudin mengatakan Wahyudin meninggalkan PSBLHS 2 tanpa keterangan, sejak 19 September 2017. Pihak Dinas Sosial DKI Jakarta juga sudah mengeluarkan surat keterangan terkait hilangnya Wahyudin.
Menurut Zaenudin, keberadaan Wahyudin baru diketahui pada 4 bulan kemudian. Ternyata dia berada di sekitar Kampung Ciwalet, Kelurahan Sukaratu dalam kondisi menjadi korban amukan massa.
Sebelum insiden itu terjadi, Wahyudin memang terlihat mondar-mandir di sekitar rumah KH Encep Muhaemin selama 3 hari. Zaenudin memastikan Wahyudin berada di daerah itu karena kebetulan saja. Sebab, Wahyudin tidak memiliki tempat tinggal.
Zaenudin menduga sejumlah kasus penyerangan dengan korban pemuka agama, yang terjadi dalam dua pekan belakangan, memicu kekhawatiran berlebihan dari masyarakat di Sukaratu terhadap kehadiran orang tak dikenal.
"Isunya itu macam-macam, ada teroris lah, ada PKI lah. Ini orang gila ditanya, 'kamu PKI ga?' Ya namanya orang gila, dia kan (jawab) iya saja," kata AKBP Zaenudin saat dihubungi Tirto pada Selasa (13/2/2018).
Zaenudin menduga tuduhan PKI yang ditujukan ke Wahyudin dipicu oleh pakaiannya, yakni baju dan celana serba merah. Informasi itu berdasar video yang merekam kejadiaan saat massa mengeroyok Wahyudin.
"Saya rasa itu ga cuma di sini [Banten], tapi di seluruh Indonesia. Gara-gara ada tokoh agama diserang, isunya jadi liar. Ya itu nanti Mabes Polri lah yang memberikan arahan pencegahan," ujarnya.
Sampai saat ini, Zaenudin mengatakan kasus penganiayaan ke pasien rumah sakit jiwa ini masih dalam tahap pemeriksaan saksi.
"Dari video yang ada, sekitar 10 orang yang melakukan pemukulan. Kami belum tahu masuk [pidana] atau tidak, tapi kami tunggu perkembangannya," ujar Zaenudin.
Pada Senin kemarin, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengimbau agar masyarakat tidak berspekulasi macam-macam mengenai kemunculan sejumlah kasus penyerangan dengan sasaran tokoh agama
"Jangan berspekulasi masing-masing dengan versi masing-masing yang tidak jelas, jangan mau juga isu ini dimanfaatkan untuk mengadu domba antar-elemen masyarakat kita," kata Tito di Polda Metro Jaya, Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar