SELASA, 20 FEBRUARI 2018 , 21:18:00 WIB
Buku "Aku Bangga Jadi Anak PKI" terus menjadi kontroversi publik. Rabu (7/2) pekan lalu, buku yang ditulis kader PDIP Ribka Tjiptaning itu dimuncul tim penasihat hukum Alfian Tanjung dalam persidangan. Alfian disidang atas kasus cuitan soal PDIP 85% isinya kader PKI.
Dalam buku tersebut Ribka blak-blakan mengakui sebagai putri anggota Biro Khusus PKI, Raden Mas Soeripto Tjondro Saputro.
Dengan buku tersebut, kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono, bukan berarti Ning, sapaan akrab Ribka Tjiptaning, adalah politisi yang berideologi komunis. Apalagi mengindentikan dan menyamakan PDIP dengan ideologi komunis.
"Justru saya menilai buku itu sebagai sebuah penyemangat dan pencerahan bagi anak-anak yang orang tuanya dahulu sebagai pengikut atau kader PKI. Dimana selama Ode Baru pemerintahan Soeharto selain menghukum kader-kader PKI dengan dibunuh atau dipenjara hingga melakukan hukuman sosial pada anak-anak keturunannya yang notabene tidak tahu dan tidak ikut-ikutan serta terlibat dengan politik PKI," kata Arief melalui keterangan tertulis yang diterima redaksi, Senin (19/2).Arief menuturkan, seharusnya PDIP bisa menjelaskan bahwa buku Ning tersebut tidak Ada hubungan dengan ideologi PKI.
Menurut Arief, buku itu seharusnya bisa memberikan pencerahan bagi kita semua agar peristiwa politik pahit tidak terulang lagi. Apalagi ideologi PDIP nyata berideologi Pancasila
"Jadi jangan takut dengan isu kampungan akibat tulisan buku Mbak Ning, Aku Bangga Jadi Anak PKI," tuturnya.Arief menambahkan, dirinya yakin anak-anak yang orang tuanya beraliran PKI tidak akan mengikuti ideologi orangtuanya.
"Banyak Juga kok kalau mau jujur bahwa di parpol lainnya dan institusi pemerintah banyak anak-anak keturunan PKI," tambahnya.
Arief menjelaskan, publik harus adil dan bijak terhadap anak-anak keturunan PKI dan tidak boleh menghukum dengan hukuman sosial kepada mereka.
"Wong dengan anak anak serta anggota GAM ,OPM dan DI/TII kita bisa melakukan rekonsiliasi yang mana jelas-jelas GAM, OPM dan DII/TII ingin membentuk negara sendiri. Beda dengan PKI yang dianggap melakukan pemberontak secara politik dan bersenjata tapi tidak pernah ingin mendirikan negara dan keluar dari NKRI," jelasnya.Terakhir Arief mengatakan dirinya sangat mendukung tulisan Ning sebagai sebuah pencerahan kalau keturunan orang PKI itu bisa bangkit dari trauma dan hukuman sosial akibat politik yang dianut orang tuanya selama era Orde Baru.[hta/rmol]
Sumber: RMOL Sumut
0 komentar:
Posting Komentar