Catatan: Made Supriatma
Mengapa organisasi ini masih boleh terus memakai nama Pancasila? Inikah tingkah laku yang dicerminkan oleh nama yang diusungnya itu? Itulah pertanyaan saya demimembaca berita tentang perusakan di gedung pengadilan di Bantul, DIY, hari ini. Majelis hakim memutus Ketua Pemuda Pancasila bersalah.
Organisasi ini pada awalnya diciptakan di Sumatera Utara oleh partai politik dukungan militer, IPKI. Mereka yang menonton film 'Jagal' (The Act of Killing) mesti tahu bagaimana anggota-anggota organisasi ini bertindak (Pancasilais?) dalam melakukan pembantaian tahun 1965.
Pada tahun 1980an, nama organisasi ini dihidupkan kembali. Pertama sebagai bagian dari persaingan dan pertarungan politik di antara pembantu-pembantu Suharto. Sesudah penembakan misterius tahun 1982, yaitu pembantaian mereka yang dianggap kriminal, organisasi ini menjadi nasional.
Pemuda Pancasila bertujuan menghimpun preman-preman yang "sadar." Dia pun menjadi pengawal kepentingan-kepentingan Suharto dan keluarganya.
Sesudah kekuasaan Suharto runtuh, organisasi ini tidak ikut runtuh. Dia tetap berjaya. Dia tetap hidup karena ada yang memerlukannya. Dia tetap bernafas dan bahkan tumbuh membesar karena ada yang memberinya makan dan memeliharanya baik-baik.
Di jaman demokrasi ini, masih banyak yang memerlukannya. Khususnya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan kotor yang tidak bisa dilakukan secara legal formal. Di negeri dimana kekuasaan dan premanisme ini berhimpitan tanpa batas yang jelas, organisasi seperti ini akan hidup. Dan, hidup dengan subur!
Penguasa memerlukannya. Oposisi menggunakannya. Kalangan bisnis membutuhkannya. Partai politik dengan gembira mengadopsinya sebagai anak kandungnya.
Yang lebih penting lagi, dia bisa berbuat apa saja tanpa tersentuh oleh hukum. Kalau tersentuh oleh hukum, dia bisa membalas dengan melakukan perusakan.
Apa yang terjadi di Pengadilan Negeri Bantul, DIY, ini memang hanya perusakan benda-benda. Namun, bisakah Anda bayangkan jika Anda yang menjadi hakimnya? Menjadi jaksanya?
Para mafioso ditakuti karena kekejaman dan kebrutalannya dalam membunuh. Karena itulah, mereka jarang membunuh. Mereka hanya perlu memberikan "pernyataan" atau sinyal, itu sudah cukup untuk membuat hati ciut.
Inikah Pancasila? Apa yang menjustifikasi orang-orang ini memakai nama Pancasila untuk organisasinya? Bukankah hal-hal yang seperti ini yang lebih merusak Pancasila?
Namun saya yakin, pertanyaan-pertanyaan ini pun akan mentah. Para elit negeri ini memerlukan mereka. Memang, batas antara penguasa dan preman sangat tipis di negeri ini.
Selanjutnya baca beritanya [Di Sini]
0 komentar:
Posting Komentar