OCT 04 2016
The State Museum of Oriental Art (Museum Seni Ketimuran) di
Moskow membuka pameran karya lukisan minyak Indonesia dari tahun 1950 – 1960-an
yang berhasil direstorasi.
Pameran yang bertajuk “Kehidupan Baru. Kesenian Indonesia”
ini hadir untuk meramaikan Tahun Kebudayaan Rusia-ASEAN 2016. Ada 33 koleksi
lukisan langka asal Indonesia yang dipamerkan dalam pameran ini.
Rustamadji. Perempuan dengan keranjang, 1960-an. Sumber: Press photo
Lukisan-lukisan ini disumbangkan kepada museum oleh Natalia
Chetvaykina dan Vilen Sikorsky, dua orang warga Rusia yang pernah bekerja di
Pusat Kebudayaan Uni Soviet di Jakarta dan Surabaya (1964 – 1965), pada 2008
dan 2014 silam. Sebelumnya, koleksi lukisan-lukisan itu berasal dari Harmain
Rusdi, mantan duta besar RI di Sri Lanka.
Resobowo. Keluarga, 1960. Sumber:
Resobowo. Keluarga, 1960. Sumber: Press photo
Pada 1962, Rusdi membuat pameran karya pelukis Indonesia di
Kolombo, Sri Lanka. Setelah tahun 1965, Rusdi pergi ke Uni Soviet, lalu pindah
ke Eropa. Lukisan-lukisan miliknya pun ia hadiahkan kepada teman-teman
Rusianya.
Rustamadji. Potret, 1950-an. Sumber: Press photo
Sebelum lukisan-lukisan tersebut diberikan kepada pihak
musem, banyak lukisan yang tidak disimpan dengan baik, bahkan beberapa di
antaranya benar-benar dalam kondisi buruk. Oleh karena itu, lukisan-lukisan ini
pun terlebih dulu harus melalui serangkaian tindakan restorasi, mulai dari
penguatan, duplikasi dengan dasar baru, peregangan pada bingkai kayu, hingga
rekonstruksi fragmen lukisan yang hilang. Hasil kerja yang telaten dan teliti
dari rangkaian restorasi ini kini dapat dinilai sendiri oleh pengunjung museum.
Rustamadji. Aliran bergenre, 1960-an. Sumber: Press photo
Semua karya ini dibuat pada periode kehidupan artistik
Indonesia yang sangat penting dan sekaligus menandai tahap baru perkembangan
seni rupa Indonesia. Di antara seniman terkenal yang lukisannya dipamerkan,
yaitu karya A. Rustamaji (1932 – 1990), Basuki Resobowo (1916 – 1990), Joko
Pekik (1938), Idji Tarmizi (1939 – 2001), dan lain-lain.
Bondan. Potret seorang gadis, 1960. Sumber: Press photo
Sejarah lukisan minyak di Indonesia masuk pada kuartal kedua
abad ke-19, yaitu pada masa penjajahan Belanda. Pada saat itu, seniman-seniman
lokal mulai mengadopsi teknik menggambar seniman Eropa. Aliran yang populer
adalah gambar pemandangan dan gambar potret. Pada 1930 – 1940, seiring dengan
pertumbuhan kesadaran nasional dan keinginan untuk merdeka, tumbuh generasi
seniman berikutnya yang mencari bentuk-bentuk eskpresi artistik baru.
Tarmizi. Kota Sukarnopura, 1963. Sumber: Press photo
Pada 1947, Rusdi bersama Affandi, Sudarso, Kusnadi, Trubus,
Sutioso, dan beberapa seniman lainnya mendirikan sanggar “Pelukis Rakyat”. Dari sanggar ini, lahirlah beberapa
pelukis yang cukup diperhitungkan, seperti Fajar Sidik dan G. Sidharta.
Realisme sosialis adalah salah satu aliran dalam sosialisme yang
bergerak dalam kancah sastra atau kesenian. Semangat realisme sosialis ialah
untuk memenangkan sosialisme di tengah masyarakat.
Karya-karya kelompok seniman ini kemudian dikenal dengan
gaya realisme sosialisnya. Tema utama karya mereka mencakup kehidupan rakyat
biasa dan perjuangan melawan kolonialisme Belanda dan Jepang.
Rustamadji. Pembangunan di Berlin, 1961. Sumber: Press photo
Sayangnya, karena alasan ideologi, di Indonesia sendiri
tidak banyak tersisa karya sosialis dari era 1950 – 1960-an. Karena itulah,
pameran ini dianggap penting karena memperkenalkan sejarah Indonesia.
Kunsoiono. Potret seorang pemuda Indonesian yang membawa belencong, 1961.
Sumber: Press photo
Pameran “Kehidupan Baru. Kesenian Indonesia” dibuka pada 28
September hingga 16 Oktober di Museum Seni Ketimuran.
Hak cipta
milik Rossiyskaya Gazeta.
0 komentar:
Posting Komentar