YPKP 65-66 Kebumen
WeBlog Dokumentatif Terkait Genosida 1965-66 Indonesia
Home
Berita
Nasional
Daerah
Hukum
Politik
Artikel
Opini
Interview
Editorial
Galeri
Photo
Video
Uncategorized
Jumat, 07 Oktober 2016
Seminar Nasional, Negara Terlibat Pembantaian Massal 1965-1966
01.05
Anti Orba
,
Article
,
Impunity
,
IPT65
,
Kliping #65
,
Militerism
No comments
Hasan Kurniawan
Jum'at, 7 Oktober 2016 − 01:01 WIB
Ilustrasi peristiwa 1965-1966. Foto:Istimewa
JAKARTA
- Peristiwa pembantaian massal terhadap anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mereka yang dianggap berhaluan kiri di Indonesia pada 1965-1966, dilakukan oleh negara dengan melibatkan masyarakat.
Hal ini diungkapkan peneliti senior di Indo Survey dan Strategi Karyono Wibowo dalam seminar nasional, "Mengapa Pembantaian Massal Terjadi? Mengungkap Kejahatan Manusia Terbesar Abad ke-XX."
"Yang memulai pembantaian massal 1965-1966 adalah negara. Kalaupun ada keterlibatan dari kelompok masyarakat, karena ada provokasi dari tentara," katanya, di Auditorium Universitas Satya Negara Indonesia (USNI) Jakarta, Kamis (6/10/2016).
Menurutnya, negara harus meminta maaf bukan hanya kepada para korban dan keluarganya, tetapi juga kepada rakyat Indonesia, karena telah melakukan pembiaran atas tragedi itu. Selanjutnya, negara harus memberikan kompensasi terhadap mereka.
"Negara terlibat, dan negara harus meminta maaf kepada korban dan rakyat Indonesia. Negara juga harus merehabilitasi nama baik korban, dan memberikan kompensasi kepada mereka," terangnya.
Lebih jauh, dia melihat peristiwa pembantaian massal di Indonesia pada 1965-1966 sebagai akibat dari perang dingin yang terjadi antara kubu kapitalis yang diwakili Amerika Serikat (AS) dan kubu sosialis yang diwakili Uni Soviet.
"Indonesia adalah korban dari perang dingin. Sasaran utama dari Gerakan 30 September (G30S) adalah menggulingkan Soekarno. G30S terjadi karena adanya kepentingan neokolonialisme dan neoimperialisme," tegasnya.
Dia menambahkan, dalam banyak buku sejarah, masalah pembantaian massal sudah banyak diulas. Namun, tidak ada kata sepakat mengenai berapa jumlah korban dalam pembantaian itu. Dari yang paling kecil 78.000 jiwa, 500.000 jiwa, hingga tiga juta.
Dalam seminar itu, sejarawan Peter Kesenda juga berkesempatan hadir. Lebih dalam, dia mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi pendorong terjadinya pembantaian massal di Indonesia. Salah satunya adalah propaganda militer.
"Negara telah melakukan fitnah yang sangat keji dengan mengatakan jenazah para jenderal disayat, matanya dicongkel dan kelaminnya dipotong. Padahal hasil autopsi terhadap jenazah para jenderal tidak ada luka sayatan itu," terangnya.
Sejak tersebarnya propaganda militer itu, pembunuhan terjadi di mana-mana, mulai dari Aceh, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Sumatera. Jumlah korban di daerah itu sangat banyak. Tetapi ironisnya di Jawa Barat justru sedikit.
"Konflik horisontal di wilayah pedesaan dipicu oleh masalah tanah antara PKI yang tidak punya tanah dengan tuan tanah yang diwakili para kiai di pondok pesantren. Korbannya bukan hanya PKI, tetapi loyalis Soekarno dan orang Tionghoa," jelasnya.
Dia menggambarkan peristiwa yang terjadi saat itu sangat mengerikan. Saat tinggal di Surabaya, dia suka melihat banyak karung dihanyutkan. Pada masa itu dia sempat bertanya kepada temannya tentang isi karung itu.
"Saat itu saya bertanya kepada teman saya, siapa yang membuang karung-karung itu dan apa isinya. Lalu teman saya itu menjawab bahwa karung-karung itu berisi mayat PKI dan saya diminta tidak membahas masalah itu lagi," bebernya.
Dia berharap, dengan seminar ini peristiwa kelam serupa tidak akan terjadi di masa yang akan datang dengan cara memaafkan tetapi tidak melupakan. Tetapi maaf saja tidak cukup, harus ada proses hukum untuk menuntaskan peristiwa itu.
Senada dengan dua pembicara sebelumnya, perwakilan dari KontraS Tioria Pretty S yang juga hadir menyatakan, sebagai negara hukum Indonesia harus bersikap besar dengan menyelesaikan kasus pembantaian massal di tahun 1965-1966.
"Berbicara tentang pembantaian massal 1965-1966, kita tidak berbicara tentang mendukung PKI dan lainnya, tetapi berbicara Indonesia sebagai negara hukum. Untuk itu, penyelesaian hukum kasus pembantaian massal harus dituntaskan," tegasnya.
Permintaan maaf oleh negara memang diperlukan. Namun maaf saja tidak cukup. Harus ada langkah-langkah selanjutnya, seperti pemulihan hak-hak politik korban dan keluarganya, dan pemberian kompensasi terhadap korban.
(
san
)
http://nasional.sindonews.com/read/1145225/144/seminar-nasional-negara-terlibat-pembantaian-massal-1965-1966-1475776869/10
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
0 komentar:
Posting Komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Social Profiles
Popular
Tags
Blog Archives
Mengenai Saya
YPKP 65 Kebumen
Lihat profil lengkapku
Entri Populer
Program Re-Ra (Rekonstruksi & Rasionalisasi) TNI Kabinet Hatta
25 Desember 2015 Sebelum diadakannya program “reorganisasi dan rasionalisasi” (Re-ra) oleh Perdana Menteri Hatta,...
Tragedi 1965 dan Peristiwa Madiun 1948
Oleh: Yunantyo Adi Pengantar Redaksi: Wacana rekonsiliasi dalam Simposium Nasional "Bedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan&quo...
Pembrontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun, 18 September 1948
18 September 2015 illustrasi: Gambar ini adalah kekerasan yang terjadi di Vietnam, yang penah dimanipulasi untuk melegitimasi k...
Siapakah Letkol Untung ?
Friday, December 12, 2014 S oeharto- U ntung: Hubungan spesial [jitunews] Siapakah Letkol U ntung dan apa hubunganya dengan peristi...
Siapakah Letkol Untung Itu ? Sejauh Mana Keterlibatannya dalam Gerakan G-30-S
Kamis, 22 April 2010 Letkol Untung [Foto : Kaskus ] Tahun 1960-an dunia diwarnai dengan ketegan...
Tjilik Riwut Tokoh Intelijen Pembubaran RIS di Kalimantan
June 19, 2017 Tjilik Riwut nomor tiga dari kanan tanpa topi / ist SHNet, PALANGKA RAYA – Tjilik Riwut, Gubernur Kalimantan Tengah, 1...
Sejarah Kelam G30S 1965 di Bali
Senin, 10 September 2018 | 10:30 WITA 1. Siswa SMP Sudah Ikut Berpolitik di GSNI atau IPPI Gerakan 30 September 1965 atau dike...
Max Lane: Pram Sejarawan Terbaik Indonesia
Tuesday, 25 December 2012 PENERJEMAH enam karya Pramoedya Ananta Toer asal Australia, Max Lane, menjadi dosen tamu selama lima perte...
"MESUJI BERDARAH " PEMBANTAYAN SADIS YANG MENEWAS KAN "SATU KAMPUNG" INI LAH KRONOLoGIS NYA..!!!
16 Nov 2011 illustrasi: Korban pembantaian politik di Filipina Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) memaparkan penyebabnya insiden pemba...
Pemerintah Bahas RUU Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
Kamis, 12 Maret 2020 RUU KKR sebagai payung hukum untuk menyelesaikan pelanggaran HAM berat pada masa lalu melalui jalur nonyudisial. ...
Diberdayakan oleh
Blogger
.
Categories
Kliping #65
Tragedi
Anti Orba
Sejarah
News
Article
Kliping
Impunity
Kisah
Militerism
IPT65
PKI
Genosida 65
Documentary
Sejarah #Gerwani
hoax ala orba
Persekusi
Mass-Graves
Press-Release
Statement
Kejahatan HAM
Komnas HAM
Stigma PKI
Internasional
Materi
Surat
Buku
G30S
Lekra
Film
Sastra
Interview
arsip rahasia
Pembantaian Massal
Kejakgung
YPKP 65
Kamisan
KontraS
Konspirasi
Pramoedya Ananta Toer
Pulau Buru
Jokowi
BTI
Bedjo Untung
Genosida Politik
Pemuda Rakyat
Genosida
Rekonsiliasi
CIA
PKI 1948
KKR
IPT'65
Amnesty International
Aceh
DN Aidit
Konflik Agraria
Plantungan
investigasi
Dialita
LBH
Tjakrabirawa
Menko Polhukam
Simposium
Orba Soeharto
PBB
Tokoh
Testimoni
Baperki
DKN
Purwodadi
Cilacap
Eksil
Kanigoro
Tan Malaka
Bali
Foto
Muhidin M Dahlan
Seni Rupa
Gusdurian
Moncongloe
Tumiso
Jeju
Musik
Pendidikan
SOBSI
HRWG
Hersri Setiawan
Koesalah S Toer
NTT
Oey Hay Djoen
Trikoyo Ramidjo
Genjer-genjer
Harsutejo
Holocaust
Kalimantan
Karl Marx
Memorialisasi
Soemarsono
Tapol Yogya
HAM
Hendra Gunawan
Heru Atmojo
Luweng
Mia Bustam
Putmu'inah
SKP-HAM
Sudarno
Arsip
Gandrung
Keppres 28/1975
Keppres 28/2975
LPSK
Lubang Buaya
Obituari
Sexual Violence
Sulami
Supersemar
Tapol
Tapol Bali
Wonogiri
Ahmad Tohari
Asset
Brebes
Haji Misbach
Insureksi
JC Princen
Jess Melvin
Munir
Museum
Operasi Trisula
Papua
Purbalingga
Purwokerto
Red Drive Proposal
Tapol Jakarta
Tapol Jawa Timur
Banten
Banyuwangi
Basoeki Abdullah
Blitar
CHTH
Demonisasi
English
JPIT
Kebumen
Klaten
Lengger
Magetan
Nasionalisasi
Nazi
Novel
Nyoto
Poncke Princen
Putu Oka Sukanta
Referensi
Sarbupri
Sei Ular
Svetlana
Tapol Ambarawa
Tapol Jawa Tengah
Tapol Kalimantan Timur
Teater
ipt 65
komune paris
Aris Panji
Biennale
Blitar Selatan
Cerpen
Communist Manifesto
Data Virtual
Digul
Gubernur Sutedja
Hilmar Farid
KSP
Kuli Kontrak
Kulo Kontrak
MK
Made Supriatma
Mark Curtis
Mars Nursmono
Mattew Woolgar
Nasakom
Nusakambangan
Nyai Ontosoroh
Oei Hiem Hwie
PGRI Non Vaksentral
PKI 1026
Perampasan Asset
Petrus
Riset
Semaun
Sragen
Sudisman
Sudjojono
TMP Kalibata
Tangerang
Tapol Gunung Kidul
Tapol Jawa Barat
Tapol Lampung
Tapol Palu
Tapol Purworejo
Tom Udall
Tritura
Umi Sardjono
Vanessa Hearman
emko Polhukam
enosida 65
Arsip Blog
►
2020
(31)
►
Maret
(4)
►
Februari
(22)
►
Januari
(5)
►
2019
(404)
►
Desember
(46)
►
November
(44)
►
Oktober
(64)
►
September
(34)
►
Agustus
(35)
►
Juli
(16)
►
Juni
(12)
►
Mei
(33)
►
April
(32)
►
Maret
(35)
►
Februari
(20)
►
Januari
(33)
►
2018
(628)
►
Desember
(27)
►
November
(26)
►
Oktober
(82)
►
September
(65)
►
Agustus
(32)
►
Juli
(39)
►
Juni
(78)
►
Mei
(53)
►
April
(60)
►
Maret
(50)
►
Februari
(76)
►
Januari
(40)
►
2017
(745)
►
Desember
(42)
►
November
(50)
►
Oktober
(153)
►
September
(179)
►
Agustus
(32)
►
Juli
(42)
►
Juni
(30)
►
Mei
(53)
►
April
(30)
►
Maret
(46)
►
Februari
(40)
►
Januari
(48)
▼
2016
(1284)
►
Desember
(26)
►
November
(24)
▼
Oktober
(85)
Jagus Dan Hilangnya Kedaulatan Pangan Kita
Jejak-jejak CIA di Indonesia
Jagus Dan Hilangnya Kedaulatan Pangan Kita
Segi Kedaerahan dalam Filem Cerita
Kemensos: Nama Soeharto Tidak Ada dalam Daftar Usu...
Forum 65 Tolak Soeharto Jadi Pahlawan Nasional
Datangi Kemensos, Forum ’65 Tolak Soeharto Jadi Pa...
Forum ’65 Tolak Soeharto Jadi Pahlawan Nasional
Soeharto Ditolak Jadi Pahlawan Nasional
Dokumen Negara yang Hilang dan Manipulasi Sejarah
Kejahatan HAM Masa Lalu Akan Jadi Muatan Pelajaran...
Memoar dan Sketsa Gregorius Soeharsojo Goenito: Pa...
Jokowi Diprediksi Baru Urus Pelanggaran HAM pada 2021
Dokumen Supardjo, Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 ...
Menegaskan ‘Seni Untuk Rakyat’
Sudah Betul Kalau Pemerintahan Jokowi-JK Itu Gagal...
Nasib Tawanan Komunis
Tentara Kedinginan dalam Sketsa Pulau Buru Seniman...
Istana Tuntaskan Kejahatan HAM dalam Paket Kebijak...
Anggota Wantimpres Sebut Kasus HAM Tertahan Kekuat...
Mengenang Redup Jejak ’65 di Malang
[SAGA] Merajut Rekonsiliasi Korban dan Wakil Koman...
Soe Hok Gie dan Pembantaian Massal PKI 1965-1966
Ketika Agama Jadi Candu
Aksi Kamisan di Malang Tolak Militerisme dan Tuntu...
Mitos Sungai Ular
Wiranto Siapkan Penyelesaian Tragedi 1965 Lewat No...
Luruskan Sejarah 1965, Forum 65 Akan Gelar Diskusi
'Pernyataan Wiranto Bisa Mentahkan Penyelesaian Tr...
Pernyataan Wiranto Dinilai Kontradiktif dengan Pen...
Banyak Kuburan Eks PKI di Pantai Yehembang Bali Be...
Aktivis HAM Pertanyakan Pendekatan Non-Yudisial da...
Wiranto dan Ryamizard Disebut Hambat Penyelesaian ...
Ramsum Jatah Makan Bung Karno
Komunisme dan G 30 S/PKI
Maulwi Saelan yang Saya Kenal
Pulau Buru, Tempat Pembuangan Tahanan Politik G30S
Kelompok Reaksioner Gagal Membubarkan Diskusi ‘65
Membangun Keberislaman yang Materialis: Arah Perju...
Rekonsiliasi
Seminar Nasional, Negara Terlibat Pembantaian Mass...
Rekonsiliasi Total tanpa Syarat
Dialita - Menyanyikan Lagu-Lagu Bisu
Benarkah Marxisme Menentang Konsep Tuhan?
Essay Series: ‘Mencari Identitas, Memetik I.N.D.O....
‘Mencari Identitas, Memetik I.N.D.O.N.E.S.I.A’
Pelanggaran HAM berat bisa diselesaikan secara mus...
Usulan Wiranto soal Badan Khusus Tragedi 65 Tak Je...
Ayu Diasti Rahmawati: 1965: Bukan Tentang Korban v...
Ormas ‘Kawal’ Diskusi Gestok 65
Diskusi Gestok 1965 di UGM Diawasi Ormas
Penuntasan Tragedi 65, Alasan Wiranto Siapkan Bada...
Museum Rusia Restorasi dan Pamerkan Lukisan Langka...
G30S, Politikus PKI Anak Haji Penghafal Quran dan ...
Tragedi 65 Sebuah Ilusi Soliteris
Peristiwa 65, Sejarah, dan Persoalan Kebangsaan
Logo Palu Arit Bukan untuk Sebar Komunisme
51 Tahun Tragedi 65, Alasan Penyintas Undang Pelap...
Penyelesaian Nonyudisial 65, Komnas HAM: Harus Did...
Peristiwa 65, Sejarah, dan Persoalan Kebangsaan [B...
Buku Komunisme Disita di Pameran Internasional, Pe...
Propaganda Militer Jelang Pembantaian Massal 1965-...
PKI-NU Mesra Kalahkan Calon TNI, Pembunuhan 1965 M...
Urgensi Pelurusan Sejarah dan Kisah Perempuan Revo...
Akhir Api Gerwani dan Serpih Kenangan Bersama Hart...
Kesaksian Eks PKI, Tak Kuat Disiksa, Tahanan Bereb...
Dialita, Suara Hati Perempuan Penyintas G30S
“Bagaimana para djenderal gugur” oleh Benedict R. ...
Pembantaian Etnis Tionghoa Kalimantan Barat 1967
Kecamatan Rejotangan, Kab. Tulungagung
"Bapak Menangis di Depan Saya Mendengar Jutaan Rak...
Suara 1965 di Atas Panggung Teater
Tak Sepakat dengan Wiranto soal Penuntasan Tragedi...
Selesaikan Kasus HAM Masa Lalu, Pemerintah Bentuk ...
Sikap Politik Pemerintah Terkait Kasus HAM 65
Pemerintah Putuskan Penyelesaian Kasus HAM 65 Seca...
Agus Widjojo dan Malam Penculikan 1965
Tragedi 65, Wiranto: Tindakan Negara Dibenarkan Se...
Aidit dalam Wajah Sejarah yang Kalah
Pemerintah Minta Jangan Saling Menyalahkan soal 1965
Ini tiga sikap pemerintah soal G30S/PKI
Asvi Warman : Banyak Buku Sejarah Menyesatkan
51 Tahun Tragedi 1965, Kaum Eksil Hanya Butuh Perm...
Kesaksian Eks PKI, Tak Kuat Disiksa, Tahanan Bereb...
Asvi Warman: Lewat Buku, Sejarah Kelam 1965 Disesa...
►
September
(83)
►
Agustus
(51)
►
Juli
(138)
►
Juni
(164)
►
Mei
(346)
►
April
(244)
►
Maret
(76)
►
Februari
(25)
►
Januari
(22)
►
2015
(438)
►
Desember
(32)
►
November
(85)
►
Oktober
(116)
►
September
(98)
►
Agustus
(24)
►
Juli
(10)
►
Juni
(21)
►
Mei
(9)
►
April
(11)
►
Maret
(19)
►
Februari
(9)
►
Januari
(4)
►
2014
(94)
►
Desember
(7)
►
November
(4)
►
Oktober
(16)
►
September
(15)
►
Juli
(10)
►
Juni
(7)
►
Mei
(2)
►
April
(18)
►
Maret
(3)
►
Februari
(6)
►
Januari
(6)
►
2013
(113)
►
Desember
(8)
►
November
(7)
►
Oktober
(19)
►
September
(20)
►
Agustus
(6)
►
Juli
(13)
►
Juni
(11)
►
Mei
(15)
►
April
(6)
►
Maret
(2)
►
Februari
(5)
►
Januari
(1)
►
2012
(85)
►
Desember
(6)
►
November
(8)
►
Oktober
(16)
►
September
(21)
►
Agustus
(3)
►
Juli
(10)
►
Juni
(1)
►
Mei
(3)
►
April
(5)
►
Februari
(6)
►
Januari
(6)
►
2011
(71)
►
Desember
(2)
►
November
(5)
►
Oktober
(16)
►
September
(9)
►
Agustus
(11)
►
Juli
(2)
►
Juni
(1)
►
April
(10)
►
Maret
(3)
►
Februari
(2)
►
Januari
(10)
►
2010
(65)
►
Desember
(6)
►
November
(1)
►
Oktober
(11)
►
September
(26)
►
Agustus
(8)
►
Juni
(4)
►
Mei
(2)
►
April
(1)
►
Februari
(1)
►
Januari
(5)
►
2009
(30)
►
Desember
(2)
►
November
(1)
►
Oktober
(8)
►
September
(3)
►
Agustus
(5)
►
Juli
(4)
►
April
(1)
►
Maret
(1)
►
Februari
(4)
►
Januari
(1)
►
2008
(23)
►
Desember
(1)
►
November
(6)
►
Oktober
(4)
►
September
(1)
►
Juni
(1)
►
Mei
(2)
►
April
(2)
►
Maret
(3)
►
Februari
(2)
►
Januari
(1)
►
2007
(24)
►
Desember
(1)
►
November
(2)
►
Oktober
(5)
►
September
(12)
►
Agustus
(1)
►
Juli
(1)
►
April
(1)
►
Februari
(1)
►
2006
(3)
►
Desember
(1)
►
November
(2)
►
2005
(3)
►
Oktober
(1)
►
September
(1)
►
April
(1)
►
2004
(2)
►
Oktober
(1)
►
September
(1)
►
2003
(6)
►
Oktober
(1)
►
September
(3)
►
Juli
(1)
►
Juni
(1)
►
2002
(2)
►
Juli
(2)
►
2001
(4)
►
November
(1)
►
Oktober
(1)
►
Juli
(1)
►
Mei
(1)
►
2000
(5)
►
Oktober
(1)
►
September
(2)
►
Juli
(2)
►
1999
(1)
►
Juli
(1)
►
1998
(2)
►
Desember
(1)
►
Oktober
(1)
►
1996
(1)
►
Oktober
(1)
►
1981
(1)
►
Juli
(1)
Recent Posts
Recent Posts Widget
Your browser does not support JavaScript!
0 komentar:
Posting Komentar