Rabu, 25 Desember 2019 11:04
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta
Editor: Adrianus Adhi
Ilustrasi: Lebih Ekstrim dari Penumpasan Begal Sadis, Soeharto Berani
Selundupkan 2000 Senjata ke Afganistan - Kolase Tribunnews.com/ Dennis
Destryawan
SURYA.co.id - Langkah Soeharto dalam menindak begal
sadis pada masa pemerintahannya memang cukup ekstrim
Namun, ada lagi kebijakan Soeharto yang tak kalah ekstrim
dari itu
Soeharto pernah berani menyelundupkan 2000 pucuk senjata
ke Afganistan yang dilaksanakan oleh Benny Moerdani
Melansir dari buku berjudul "Benny Moerdani Yang
Belum Terungkap", berikut kisahnya
Hal ini berawal saat pasukan Uni Soviet akan menduduki
Afganistan, sehingga membuat Amerika Serikat yang sedang perang dingin pun
mulai gusar
Indonesia di bawah kepemimpinan Soeharto yang saat itu
memang dekat dengan Amerika Serikat, lantas memutuskan untuk membantu
Soeharto mengutus Asisten Intelijen Pertahanan dan
Keamanan, Benny Moerdani untuk bertemu dengan kepala intelijen Pakistan
"Pertemuan itu membahas permintaan pejuang Afganistan dan intelijen Pakistan untuk penyediaan logistik, obat-obatan, dan persenjataan buat pejuang Afganistan" kata Marsekal Madya (Purn) Teddy Rusdy yang saat itu menemani Benny
Lalu, disepakatilah operasi bersama yang diberi nama
Babut Mabur atau permadani terbang
Operasi ini untuk mengirimkan senjata-senjata sumbangan
dari Uni Soviet yang diterima Indonesia saat Trikora, diserahkan kepada pejuang
Afganistan
Tentu saja atas persetujuan Presiden Soeharto
Teddy Rusdy dalam buku biografinya yang berjudul
"Think Ahead" menyebut senjata itu diangkut ke Jakarta dan dismpan di
bandara Halim Perdanakusuma
"Waktu itu terkumpul 2000 pucuk senjata, cukup untuk dua batalion" kata Teddy
Pekerjaan berikutnya, Teddy diperintah Benny untuk
menghapus nomor seri senjata-senjata itu
Baru pada Juli 1981, persiapan pengiriman mulai dilakukan
Semua senjata dimasukkan ke peti dan diberi tanda palang
merah
Sebagai kamuflase, peralatan tempur ini dicampur dengan
obat-obatan dan selimut
Teddy juga ditugasi Benny mengantar peti-peti tersebut
dengan kargo udara, memakai Boeing 707 milik Pelita Air.
Pesawat ini diawaki kapten Arifin, Andullah, dan Danur
Seluruh aktivitas Teddy dipantau Benny dari Jakarta
Benny juga meminta Teddy terus berkomunikasi menggunakan
scrambler atau peralatan komunikasi milik intelijen
Saat pesawat mendarat, intel Pakistan sudah siaga dengan
membawa 20 truk
Misi penyelundupan senjata pun sukses dan berhasil
diterima oleh pejuang Afganistan
Kerahkan Pasukan
ABRI Tumpas Begal Sadis
Diberitakan sebelumnya, Presiden Soeharto menerapkan
langkah ekstrim untuk menumpas para pelaku kejahatan begal yang marak terjadi.
Tak tanggung-tanggung, Soeharto mengerahkan pasukan ABRI
yang kala itu terdiri dari unsur TNI dan Polri.
Melansir dari Intisari dalam artikel 'Bahkan Ribuan
Penjahat Ditangkapnya, Begini Mengerikannya Penumpasan Kejahatan di Zaman Orba,
Mayat Begal Dibiarkan di Pinggir Jalan', hal ini berawal saat aparat
keamanan sedang dibuat geram oleh maraknya aksi begal di tahun 1980an.
Para begal yang menamakan diri mereka sebagai gabungan
anak liar (gali), cukup menganggu roda perekonomian negara kala itu.
Contohnya, kawasan terminal yang sudah dikuasai para gali
membuat para penguasaha bus mengalami kerugian, karena banyaknya begal yang
membajak bus dan truk di jalanan.
Terinspirasi dari prestasi Polda Metro, Soeharto
lalu memerintahkan untuk menerjunkan tim khusus dari ABRI yang terdiri
dari TNI dan Polri
Mereka bertugas untuk melaksanakan operasi penumpasan
kejahatan terhadap para begal yang makin marak dan sadis.
Hingga tahun 1982, Polri di bawah pimpinan Kapolri
Jenderal Awaloedin Djamin telah melakukan berbagai operasi penumpasan
kejahatan.
Misalnya saja Operasi Sikat, Linggis, Operasi Pukat,
Operasi Rajawali, Operasi Cerah, dan Operasi Parkit di seluruh wilayah
Indonesia serta berhasil menangkap 1.946 begal.
Meski sudah banyak begal yang diringkus, operasi
penumpasan kejahatan terus berlanjut seperti yang dilaksanakan oleh Komando
Daerah Militer (Kodim) 0734 Yogyakarta di bawah pimpinan Kolonel Muhamad Hasbi.
Tahun 1983, Kolonel Hasbi menyatakan perang terhadap para
begal.
Hal itu lantaran ulah mereka yang makin meresahkan
masyarakat Yogyakarta .
Kolonel Hasbi pun menggelar Operasi Pemberantasan
Keamanan (OPK) bekerja sama dengan intelijen TNI AD, TNI AU, TNI AL dan
kepolisian.
Kodim Yogyakarta lalu melakukan pendataan terhadap para
begal melalui operasi intelijen.
Kemudian para begal yang berhasil didata diwajibkan
melapor serta diberi kartu khusus.
Setelah mendapat kartu, para begal tersebut dilarang
bikin ulah lagi.
Tak hanya itu, mereka juga harus mau memberitahukan
lokasi begal lainnya yang kerap melakukan kejahatan dan tidak mau melapor.
Para begal yang tidak melapor kemudian diburu oleh
tim OPK Kodim untuk ditangkap dan bagi yang lari atau melawan akan langsung
ditembak.
Mayat para begal yang ditembak dibiarkan tergeletak
di mana saja dengan tujuan membuat jera (shock therapy) para gali lainnya.
Setiap ada mayat yang ditemukan di pinggir jalan, tepi
hutan, bawah jembatan, dan lainnya, apalagi dengan luka tembak, kerap dinamai
sebagai korban penembakan misterius (petrus)
Yang kemudian istilah 'petrus' itu menjadi sangat populer
sekaligus menakutkan di zaman itu.
0 komentar:
Posting Komentar