10 Desember 2019
Melki Bureni, salah satu penyintas tragedi 1965 di Nusa Tenggara Timur.
"Tulisan ini menceritakan bagaimana orang-orang yang dituduh PKI sepanjang hidupnya diperlakukan dengan buruk bukan hanya oleh negara tapi juga masyarakat di sekitarnya,"
Demikian kata ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI)
Indonesia Abdul Manan ketika mengumumkan nama-nama pemenang penghargaan liputan
hak asasi manusia di Jakarta Selasa (10/12).
Jurnalis BBC Indonesia Callistasia Wijaya dan Dwiki Marta
meraih juara pertama dalam penghargaan untuk liputan tentang hak asasi manusia
tersebut.
Keduanya mengangkat cerita mengenai penyintas tragedi
1965 di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Di provinsi ini, setidaknya 800 orang yang dituduh
anggota atau simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) - partai yang dilarang
pemerintah Indonesia- tewas karena dibunuh, seperti tercantum dalam laporan
peneliti James Fox yang dikutip dalam buku "Keluar dari Ekstremisme".
Jurnalis BBC Callistasia mengatakan cerita para penyintas
ini diangkat berdasarkan hasil penelitian LSM Jaringan Indonesia Timur, JPIT.
Callistasia dan Dwiki bersama para aktivis Jaringan Perempuan Indonesia
Timur dan penyintas tragedi 1965 di NTT.
Dengan bantuan JPIT serta warga setempat- dan setelah
mendapatkan beberapa penolakan— ia dan video jurnalis Dwiki Marta berhasil
menemukan penyintas dan orang yang terlibat dalam eksekusi orang-orang yang
dituduh sebagai anggota atau simpatisan PKI kala itu.
"Banyak dari mereka sudah meninggal, sudah sakit parah, atau tidak mau bicara," kata Callistasia.
Callistasia dan Dwiki juga sempat mengunjungi kuburan
massal, tempat di mana puluhan korban tewas dikubur.
"Semoga karya kami bisa menjadi pengingat atas tragedi yang terjadi di NTT pada periode tahun 1965 dan merekam curahan hati para penyintas yang selama 50 tahun lebih belum didengar suaranya. Saya juga berharap kasus pelanggaran HAM berat masa lalu dapat diselesaikan dan setiap penyintas bisa dipulihkan hak-haknya," kata Callistasia.
Dwiki menambahkan, "Perhargaan tertinggi saya persembahkan untuk para narasumber kami. Kisah-kisah dari para oma dan opa itu begitu kuat dan emosional karena kisah-kisah kelam tersebut sudah dipendam begitu lama."
Penganugerahan penghargaan untuk jurnalis
merupakan bagian dari serangkaian kegiatan untuk memperingati hari HAM.
Penganugerahan penghargaan untuk jurnalis ini merupakan
bagian dari serangkaian kegiatan untuk memperingati hari hak asasi manusia yang
jatuh pada 10 Desember 2019.
Dalam rangkaian peringatan hari hak asasi manusia ini
diselenggarakan pula seminar "HAM, Kemerdekaan Pers, Perlindungan dan
Keselamatan Jurnalis di Indonesia".
Dalam diskusi ini dibahas kendala yang dihadapi wartawan
dalam meliput persoalan kelompok minoritas di Indonesia.
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia juga
menyoroti sebagian media yang dinilai kurang berpihak pada minoritas.
Penghargaan ini diadakan oleh AJI Indonesia, Internews
dan Kedutaan Belanda di Jakarta.
Selain kedua jurnalis BBC Indonesia, jurnalis Tirto.id,
Irwan Syambudi dan Abdul Jalil dari Solopos.com berhasil memenangi juara kedua
dan ketiga.
0 komentar:
Posting Komentar