Diah
Setiawaty - Nov
24, 2019
Photo by Markus Spiske on Unsplash
Isu mengenai sejarah 65 adalah isu yang kerap kali muncul
dan menjadi perbincangan netizen dari tahun ke tahun. Hal ini tidak lepas dari
propaganda yang dilakukan oleh Soeharto di era Orde Baru melalui film Pengkhianatan
G30S/PKI yang hingga saat ini masih menjadi kontroversi karena kekeliruan
sejarah di dalam film tersebut.
Jika mengamati dari trend online, data Google trend sejak
tahun 2004 sangat menarik, bahwa ketertarikan mengenai Partai Komunis Indonesia
sejak tahun 2004, memuncak pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 sebelum
akhirnya mengalami penurunan dengan drastis.
Tren pencarian “Partai Komunis Indonesia” di Indonesia sejak tahun
2004 melalui Google Trends
Sedangkan jika menggunakan kata kunci G30S PKI maka,
puncak pencarian terlihat pada tahun 2017, yaitu tahun yang sama ketika terjadi
insiden di LBH Jakarta terkait diskusi tentang peristiwa 65 yang dilakukan oleh
LBH Jakarta. Yang disusul kenaikan pencarian di tahun-tahun berikutnya,
tepatnya di bulan September 2018 dan 2019. Bisa dilihat bahwa di tahun
berikutnya trend ini selalu muncul di bulan yang sama yaitu di bulan September,
tepat di bulan di saat tragedi 30 September terjadi.
Tren pencarian G30S PKI di Indonesia sejak tahun 2004 melalui
Google Trends
Kata kunci G30S PKI yang sangat erat kaitannya dengan
sentimen dan propaganda yang dibangun oleh pemerintah orde baru,ternyata baru
benar-benar memuncak pada tahun 2017, sedangkan di tahun-tahun sebelumnya
pencarian netizen lebih tinggi di kata kunci Partai Komunis Indonesia. Trend
perbandingan antara kata kunci pengkhianatan G30S PKI dan Partai Komunis
Indonesia juga menunjukkan bahwa trend ketertarikan pencarian netizen Indonesia
lebih condong kearah sumbu yang netral yaitu mengenai Partai Komunis Indonesia
dibandingkan Pengkhianatan G30S PKI sebagaimana yang terlihat di gambar berikut
Perbandingan pencarian antara kata kunci “Pengkhianatan G30S PKI” (grafik
biru) dan “Partai Komunis Indonesia” (grafik merah) melalui Google Trends
Kicauan Netizen di
Twitter
Sosial media monitoring di ranah politik dapat dipahami
dengan menggunakan analisa teori opini publik. Berbagai penelitian
mengidentifikasikan bagaimana monitoring media sosial dapat digunakan untuk
menganalisis dinamika sosial melalui observasi tentang opini-opini yang
terbentuk dan pergeseran wacana, termasuk identifikasi aktor-aktor di balik
opini, interaksi yang terjadi, dan investigasi terkait motif di balik tindakan
tersebut. Beberapa akademisi yang telah melakukan riset untuk melihat evolusi
perubahan respon publik terhadap stimuli di antaranya adalah Shamma, D.A., dkk pada tahun 2009 dengan melihat even
jangka pendek seperti debat politisi di televisi dan even jangka panjang
seperti krisis ekonomi yang telah diriset oleh Gonzales-Bailon, dkk pada tahun 2010
Lewat analisa yang dilakukan oleh mesin analisis Twitter
Drone Emprit Academik, kita bisa melihat total mention di media sosial, sejak
bulan April tahun 2018 dengan kata kunci PKI dan Komunis yang mencapai sekitar
lebih dari satu juta tweet
Drone Emprit Academic Data, kata kunci “PKI” dan “Komunis”
Dapat dilihat bahwa menurut analytics engine Drone
Emprit, sentimen yang terjadi di tahun 2018 hingga tahun 2019, mayoritas 55%
atau sekitar 1,1 juta tweet memiliki sentimen yang negatif, dan 42% atau
sekitar 910 ribu tweet memiliki sentimen negatif, sisanya hanya 3 persen yang
memiliki sentimen positif sebagaimana grafik berikut ini
Analisa sentimen melalui Drone Emprit Academic
Hal menarik lainnya, adalah postingan, yang paling di
retweet oleh netizen adalah cuitan mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia,
Gatot Nurmantyo terkait isu PKI pada tanggal 20 September 2018 ini yang menulis
hal berikut ini.
Kalau KSAD tdk berani memerintahkan nonton bareng film
G-30S/PKI, bgaimana mau mimpin prajurit pemberani & jagoan2 spt Kostrad,
Kopassus, & semua prajurit TNI AD. Kok KSAD-nya penakut… ya sudah pantas
lepas pangkat. Ingat! Tdk ada hukuman mati utk perintah nonton bareng,… https://t.co/gOAQJpcyaV
Statement dan fenomena retweet terbanyak ini boleh jadi
menandakan bahwa aktor dari ranah militer masih memiliki pengaruh besar dalam
pembentukan opini publik, salah satunya di dunia maya.
Most retweeted isu komunis melalui Drone Emprit Academic
Selain itu pola persebaran dari berbagai konten terkait
isu PKI ini, sebesar 74.34 %, atau sebanyak sekitar 1,6 juta aktivitas
merupakan retweet, sedangkan sisanya 11,90% dan 13,75% adalah persebaran
melalui mention atau reply. Fenomena ini menggambarkan pola engagement yang
terjadi mayoritas adalah retweet yang menandakan netizen merasa bahwa konten
yang diberikan penting dan perlu untuk disebarluaskan
Pola persebaran isu komunis di Twitter melalui mesinDrone Emprit
Academy
Jika dilihat dari Word Cloud yang terjadi, selain adanya
beberapa sentimen negatif seperti “kekejaman”, “pemberontakan”,
“kejamnya”, “Bahaya”, ada beberapa finger pointing yang dilakukan kepada
baik individu maupun pihak-pihak dalam masyarakat misalnya “LGBT”,
“Syiah” tetapi juga terhadap Individu karena nama Prabowo Subianto
tersebut beberapa kali di dalam Word Cloud sebagaimana yang terlihat di
dalam Word Cloud berikut. Hal ini masuk akal karena beragam statement yang
disebutkan Prabowo terkait PKI dan pentingnya pengajaran tentang kekejaman
salah satu partai terbesar di Indonesia itu di sekolah-sekolah sebagaimana yang
tertulis di artikel Kompas berikut
Word cloud isu komunis di Twitter melalui mesin Drone Emprit Academic
Aktor-aktor
Berbicara tentang network analisis, penting menganalisa
siapa saja aktor-aktor yang paling mempengaruhi persebaran isu ini, antara lain
dengan melihat Stakeholder Map, Top influencers, dan Bot Analysis.
Jika melihat peta top influencers kita bisa melihat bahwa
salah satu influencer yang paling berpengaruh antara lain adalah
@ustadtengkuzul yang meraih sekitar 53,000 engagements yang saat ini sudah
dimatikan akunnya (suspended ) oleh Twitter. Akun lainnya adalah akun-akun
individual dan satu akun media Gelora.co yang memiliki afiliasi terhadap
kelompok Islam dan kelompok-kelompok anti PKI, sebagaimana yang terlihat di
grafik berikut ini
Top Influencers isu Komunis di Twitter, melalui mesin Drone Emprit
Academic
Sedangkan jika dilihat aktor-aktor yang paling
berpengaruh,yang juga dilihat dari kemungkinan jangkauan atau potential
reach yang menggambarkan kemungkinan netizen melihat konten ketika
disebarkan oleh channel-channel media berikut ini.
Top users by impact melalui mesin Drone Emprit Academic
Hal ini menarik, karena data Drone Emprit pada tahun
2017, yang pernah dipresentasikan oleh Ismail Fahmi pasca debat Indonesia
Lawyers Club di TV One juga menunjukkan adanya kelompok komunitas dan
nodes-nodes, dan diantara yang paling besar clusternya adalah TV One News
danPusat Penerangan TNI @Puspen_tni
Data Drone Emprit Studi Kasus dan Demo, IT Camp-Big Data & Data
Mining, Oktober 2017 oleh Ismail Fahmi
Sementara ketika melihat Network Analysis ditahun 2017,
jika dibagi kedalam dua polaritas, antara entitas yang pro dengan isu PKI
(sesuai dengan propaganda pemerintah) dan kontra dengan isu PKI (tidak percaya
dengan propaganda pemerintah), terlihat bagaimana polaritas media-media
mainstream berkumpul di kelompok pro isu -pki karena banyak mengutip
statement-statement petinggi pemerintah dan menggunakan bahasa bombastis
sebagai pemancing / click-bait sebagaimana terlihat di grafik berikut ini
Data Drone Emprit Studi Kasus dan Demo, IT Camp-Big Data & Data
Mining, Oktober 2017 oleh Ismail Fahmi
Di sisi lain, jika melihat bot score di dalam analisis
dan menunjukkan bahwa level bot-score rendah (rank 1) yang menunjukkan bahwa
percakapan yang terjadi hanya melibatkan sedikit proses otomatisasi oleh Bot
dan bahwa percakapan ini sebagian besar adalah percakapan yang tampil secara
organik oleh akun-akun di dalam Twitter
Bot Score melalui mesin Drone Emprit Academic
Drone Emprit Academic juga menunjukkan analisis emosi
yang dituangkan ke dalam tweet, terkait isu PKI. Data menunjukkan bahwa emosi
bahagia lebih banyak dituangkan di dalam tweet, sebelum selanjutnya ketakutan,
keterkejutan, dan kemarahan dari konten-konten tweet tersebut. Konten-konten
bahagia muncul dari misalnya dukungan dan kebahagiaan netizen terhadap seruan
Prabowo yang meminta guru rajin cerita sejarah pemberontakan dan kekejaman PKI
ke siswa di sekolah.
Emotion Analysis isu PKI di Drone Emprit Academic
Kesimpulan
Diskursus mengenai peristiwa 65 masih terus berkembang.
Pasca reformasi, data menunjukkan percakapan di dunia maya dan di sosial media,
terutama Twitter melonjak pesat setelah peristiwa penyerbuan terhadap YLBHI dan
statement presiden Gebuk PKI pada bulan September 2017. Data Drone Emprit
Academic juga menunjukkan bahwa media online nasional seperti Kompas, Tempo,
Viva news, dan detik.com menjadi salah satu top influencer untuk isu ini,
meskipun pada tahun 2017 media ini termasuk ke dalam spektrum yang pro isu PKI
sesuai dengan narasi pemerintah. Data juga menunjukkan bahwa pernyataan dari
aktor-aktor di kalangan militer baik melalui sosial media maupun online masih
memainkan peranan penting dalam pembentukan wacana publik, termasuk pernyataan
Menhan Prabowo tanggal 23 November kemarin yang berbunyi
“Saya harap guru sejarah di sekolah-sekolah menyampaikan
sejarah pemberontakan dan kekejaman PKI yang benar kepada para siswa-siswi,”
Sebagaimana dikutip Kompas.com dengan judul “Menhan Prabowo Minta Pemberontakan PKI Diajarkan di Sekolah”.
Mengingat kontraversi yang ada di balik fakta sejarah
peristiwa 65 versi pemerintah, maka terdapat tantangan nyata bagaimana
kebenaran bisa terungkap dan masyarakat mendapatkan penutup yaitu fakta yang
objektif.
Apakah media online dan media sosial bisa menjadi jawaban
untuk mewujudkan trantitional justice? ataukah media sosial pada akhirnya
hanya akan menjadi alat kekuasaan dan propaganda baru? hal ini patut menjadi
bahan penelitian dan eksplorasi lebih lanjut di masa depan.
A political science
graduate with a passion for innovation- technology that can help people tackle
social challenges and create a better world.
0 komentar:
Posting Komentar