Didi Suprijadi*
PGRI Non Vaksentral adalah PGRI yang beranggotakan guru
guru yang berafiliasi ke PKI, dipimpin oleh guru guru yang berafiliasi politik
ke Pemerintah dalam hal ini Presiden Soekarno yang saat itu ditopang oleh PKI.
KAGI Kesatuan Aksi Guru Indonesia adalah kesatuan aksi
yang dibentuk oleh guru guru, yang berafiliasi ke paham Nasionalis dan
berazaskan Pancasila, KAGI dipimpin oleh salah satu Ketua PB PGRI yang ditopang
oleh Tentara Angkatan Darat.
Awal perseteruan PKI dengan PGRI terasa saat Kongres IX
(31 Oktober – 4 November 1959) di Surabaya.infiltrasi PKI kedalam tubuh PGRI
benar terasa,dan lebih jelas lagi dalam kongres X di Jakarta (November 1962).
Di era Demokrasi Liberal antara tahun 1959 – 1965 ini
biasa dikenal dengan prinsip “siapa kawan – siapa lawan”. Kiranya prinsip
“siapa kawan siapa lawan” berlaku pula dalam tubuh PGRI.”kawan”adalah semua
golongan pancasilais anti PKI yang Dalam Pendidikan mengamankan Pancasila,dan
“Lawan”adalah PKI yang berusaha memaksakan pendidikan.”pancacinta”dan
“pancatinggi”.
Di era ini kelompok yang dianggap lawan oleh PKI,hanya
ada tiga kemungkinannya, di susupi,di pecah dua atau dibubarkan. PGRI oleh PKI
berhasil dipecah dua, PGRI Kongres dan PGRI Non Vaksentral, Kemudian semua kita
tahu kekuatan Pancasilais di PGRI masih lebih kuat dan mampu bertahan
menghadapi tantangan tersebut.
Puncak dari perseteruan adalah ketika Kongres X PGRI
dilangsungkan di Jakarta pada November 1962. Dengan semangat Manifesto Politik
1959, guru-guru yang disokong PKI melakukan “pembangkangan” di tubuh PGRI di
dalam kongres.
Setelah PKI di wakili oleh guru yang ber orentasi
ideology komunis tak mampu lagi melakukan taktik penyusupan terhadap PGRI, maka
mereka mengubah siasat dengan melakukan usaha terang terangan untuk memisahkan
dari PGRI.
Guru-guru itu melakukan eksodus besar-besaran dan membuat
wadah tandingan PGRI Non-Vaksentral (PGRI NV) pada Juni 1964. PGRI Non
Vaksentral dipimpin oleh guru guru yang berafiliasi politik ke Pemerintah dalam
hal ini Presiden Soekarno yang saat itu ditopang oleh PKI.
Sedangkan PGRI hasil kongres di pimpin oleh M E Subiadinata
menamakan dirinya PGRI kongres dan berafiliasi ke TNI angkatan darat yang
ditopang kelompok Nasionalis.
KAGI (Kesatuan Aksi Guru indonesia)
PGRI bersama-sama dengan guru NU, Ikatan Guru Muammadiyah, Ikatan Guru PSII (Serikat Islam Indonesia), Ikatan Guru Marhaenis (PNI Osausep), Persatuan Guru Kristen Indonesia, Ikatan Guru Katolik, Persatun Guru Islam Indonesia dan Persatuan Guru PERTI membentuk KAGI (Kesatuan Aksi Guru Indonesia).
KAGI dipimpin pertama kali oleh Drs. M. Rusli Yunus, salah
seorang angguta PB PGRI, Selanjutnya KAGI terbentuk pula diberbagai provinsi.
Tiga tugas utama KAGI yaitu: Pertama, Membersihkan dunia
pendidikan Indonesia dari urusan-urusan PKI dan Orde lama PGRI non Vaksentral,
serikat sekerja pendidikan dan PETI (Persatun Guru Tekhnik Indonesia).
Kedua, Menyatukan guru didalam satu wadah organisasi guru
yaitu PGRI.
Ketiga, Memperjuangkan agar PGRI menjadi organisasi guru
unitaristik, independen dan non partai politik. Kelak dikemudian hari KAGI
dijadikan musuh abadi oleh PKI, karena KAGI lah yang bergerak langsung menggayang
dan menumpas PKI sampai akar-akarnya.
PGRI NV versus
KAGI
Pergolakan keras ini menyeret PGRI Non Vaksenral ke dalam
avonturisme politik baru yang selama ini samar-samar diakui.
PGRI Non-Vaksentral membawa guru bermain dalam politik
praktis dengan mendukung Pemerintahan Soekarno yang didukung oleh PKI, justru
awal dari hancurnya organisasi guru PGRI.
PGRI yang dibelakangnya ada Tentara, kemudian keluar
sebagai pemenang dalam perebutan pengaruh politik berdarah di tahun 1965
melawan PGRI Non Vaksentral.
PGRI kongres dibantu dengan KAGI sepanjang 1966-1967
melakukan upaya pembersihan dan pengganyangan guru guru PGRI Non Vaksentral
yang menjadi musuh dalam sejarah guru di Indonesia.
100 000 guru tewas dan hilang serta ribuan guru lainnya
dipecat kehilangan jabatan sebagai guru. Tragedi kemanusian terhadap guru ini
merupakan sejarah kelam bagi dunia guru dan pendidikan di Indonesia.
KAGI dan PGRI Kongres lah yang menekan terus untuk tidak
munculnya paham Komunis di Indonesia, Sejarah mencatat PGRI hasil Kongres
pimpinan ME Subiadinata bersama ABRI dan Orde Baru merupakan komponen utama
dalam pemberantasan PKI di Indonesia.
Kelak dikemudian hari anak cucu keturunan PKI mempunyai
perhatian tersendiri kepada PGRI ,ABRI dan Orde Baru.Untuk itu perlu
kewaspadaan kita semua, anak turunan anggauta PGRI non Vaksentral dan
simpatisan PKI tidak akan diam untuk melihat kejayaan PGRI.
PGRI kongres wajib meberlakukan AD ART secara benar dan
konsekwen agar penyusup dan penumpang gelap tidak bisa masuk kedalam tataran
pengurus, baik dari ranting sampai pengurus besar.
PGRI wajib dipimpin oleh orang yang berpaham kolektif
kolegial bukan pemimpin yang otoriter dan mau menang sendiri. PGRI tetap pada
jatidirinya sebagai organisasi perjuangan, profesi dan serikat pekerja.
PGRI tetap bersifat sebagai organisasi guru yang
Independent, Unitaristik dan non Partai politik. Waspada..
Jakarta,29 Januari 2019
*Didi Suprijadi, Ketua MN KSPI
0 komentar:
Posting Komentar