By Bourbon Friday, November 1, 2019
Perlakuan keras pemerintah kolonial Belanda yang tidak
membedakan orang Jerman yang tidak tahu politik, atau bahkan anti-Nazi, dengan
pengikut Nazi yang tinggal di Hindia Belanda sendiri bisa di mengerti. Dalam
menjalankan kebijakan luar negerinya, Nazi melakukannya dengan dua cara
yang terpisah tetapi berjalan beriringan.
Di satu sisi melibatkan saluran lazim
dalam diplomasi antarpemerintah yang diwakili oleh kementerian luar negeri dari
masing- masing negara, sementara di sisi lain berpusat di sekeliling kegiatan
propaganda dan subversif di luar negeri yang dilakukan oleh jawatan-jawatan
tidak resmi, seperti berbagai kelompok Nationalsozialistische Deutsche
Arbeiter partei (NSDAP) Hitler yang beroperasi di luar Jerman.
Sekalipun sistem
ini bersifat dualistik dan membingungkan, tujuan dasarnya selalu di arahkan
untuk meningkatkan pengaruh Nasional Sosialisme di seluruh dunia dan untuk
membentuk hegemoni politik dan ekonomi mereka di negara-negara yang
diinginkannya.
Di Asia Pasifik, ada dua aspek penting dari kebijakan
Hitler di kawasan ini, yaitu kebijakan ideologi rasialnya serta penggunaan
berbagai komunitas Jerman yang bermukim di China, Jepang, India, Australia, dan
Hindia Belanda sebagai pion kebijakan Jerman. Menurut perkiraan tidak resmi,
pada dasawarsa 1920-an diperkirakan terdapat sekitar 357.480 orang Jerman dan
keturunan Jerman (Volksdeutsche) yang bermu kim di Asia Pasifik. Pada tahun
1937, para ahli statistik Nazi memperhitungkan bahwa terdapat 14.020 orang
berkebangsaan Jerman yang ber mukim di Timur Jauh (Auslanddeutschen), di mana
2.035 orang di antaranya (14,51 persen) merupakan anggota partai.
Pada tahun 1932, cabang Partai Nazi kedua di Asia Pasifik didirikan di Batavia, Hindia Belanda(Nama Indonesia dulu), mengikuti pendirian Partai Nazi di Hankow, China, pada bulan Februari 1931. Kebanyakan anggotanya terdiri atas para karyawan perusahaanperusahaan Jerman yang berkecimpung dalam pertambangan dan perdagangan timah, bauksit, karet, dan tembakau di Hindia Belanda. Pada bulan Oktober 1933, NSDAP di Batavia berhasil menarik lebih dari 300 orang Jerman (di mana hanya beberapa orang yang merupakan anggota partai) di Hindia Belanda untuk meng ikuti suatu rapat akbar dalam rangka merayakan ulang tahun Presiden Jerman, Paul von Hindenburg
Pada tahun 1932, cabang Partai Nazi kedua di Asia Pasifik didirikan di Batavia, Hindia Belanda(Nama Indonesia dulu), mengikuti pendirian Partai Nazi di Hankow, China, pada bulan Februari 1931. Kebanyakan anggotanya terdiri atas para karyawan perusahaanperusahaan Jerman yang berkecimpung dalam pertambangan dan perdagangan timah, bauksit, karet, dan tembakau di Hindia Belanda. Pada bulan Oktober 1933, NSDAP di Batavia berhasil menarik lebih dari 300 orang Jerman (di mana hanya beberapa orang yang merupakan anggota partai) di Hindia Belanda untuk meng ikuti suatu rapat akbar dalam rangka merayakan ulang tahun Presiden Jerman, Paul von Hindenburg
Pada bulan Januari 1935, NSDAP di Hindia Belanda dengan
bangga mengumumkan bahwa beberapa orang pemimpinnya telah menjadi anggota
komite eksekutif Deutsche Bund (Liga Jerman), organisasi utama Volksdeutsche di
Hindia Belanda. Partai kemudian mulai berusaha menggantikan kegiatan Bund
tersebut yang bersifat demokratis dengan Führerprinzip (prinsip
kepemimpinan) yang otoriter dari NSDAP.
Pada tahun 1936, selain markas besar partai di Batavia,
NSDAP mendiri kan cabang di Makassar, Surabaya, Semarang, Medan, Padang, dan Bandung.
Seperti cabang-cabang Partai Nazi di luar negeri, NSDAP
di Hindia Belanda diawasi oleh AO (Ausland-Organisation, atau Jawatan Luar
Negeri) NSDAP yang berada di bawah pengawasan Rudolf Hess dan Ernst Wilhelm
Bohle. Organisasi ini bertujuan menggunakan cabang-cabangnya di luar negeri,
yang terutama terdiri atas warga negara Jerman, untuk merekrut anggota bagi
NSDAP dan menyebarkan ajaran Hitler meng nai pemerintahan yang otoriter,
anti-semitisme, anti-komunisme, dan anti-liberalisme di kalangan orang-orang
Jerman yang bermukim di luar negeri.
Eksistensi Nazisme di Hindia Belanda sendiri dilaporkan
oleh Hirsch Munz, seorang bekas letnan dalam Royal Australian Naval
Volunteer Reserve. Ia mengumpulkan berbagai foto dan dokumen yang memerinci
berbagai kegiatan Nazi di Hindia pada awal tahun 1930-an, di mana beberapa di
antaranya menunjukkan para pendukung Nazi merayakan ulang tahun Hitler pada
tahun 1935.
Sumber: Nazi di
Indonesia Sebuah Sejarah yang Terlupakan oleh Nino Oktorino
0 komentar:
Posting Komentar