Callistasia Wijaya - Wartawan
BBC News Indonesia - 23 Oktober 2019
Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, resmi diumumkan sebagai
Menteri Pertahanan oleh Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Rabu
(23/10). ANTARA/PRASETYO UTOMO
Pandangan Prabowo Subianto mengenai anggaran pertahanan
yang diungkapkannya pada masa kampanye pilpres lalu cenderung 'tidak nyambung'
dan 'bahaya', menurut pengamat militer.
Muhamad Haripin, pengamat militer Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) merujuk pada ucapan Prabowo Subianto saat debat
Pilpres 2019 mengenai anggaran pertahanan Indonesia yang dinilainya kecil dan
kekuatan pertahanan yang disebutnya lemah.
Dalam debat tanggal 30 Maret 2019 itu, Prabowo dengan
berapi-api menegaskan pentingnya meningkatkan anggaran pertahanan Indonesia.
"Saya menilai pertahanan Indonesia lemah karena kita tidak punya uang."
Jokowi menjawab, "Anggaran pertahanan kita 107 triliun rupiah. Itu merupakan anggaran kedua terbesar di Indonesia."
Prabowo mendebat, "Maaf Pak Jokowi, mungkin Pak Jokowi mendapat briefing-briefing yang kurang tepat. 107 triliun itu 5% dari APBN kita, padahal anggaran pertahanan Singapura itu 30% dari anggaran mereka."
"Saya pengalaman di tentara, budaya ABS (Asal Bapak Senang). Kalau ketemu Panglima, siap Pak, aman Pak, terkendali, Pak. Tidak benar itu, Pak. Ini budaya Indonesia, asal bapak senang."
Dalam debat Pilpres 2019, Prabowo mengatakan pertahanan Indonesia
lemah. DZIKI OKTOMAULIYADI/ANTARA
"Kalau mau damai, bersiaplah untuk perang," demikian Prabowo Subianto dalam debat tersebut. Saat itu debat mengenai anggaran pertahanan negara menjadi salah satu sorotan publik.
Calon wakil presiden Prabowo saat itu, Sandiaga Uno,
bahkan menyebut jika terpilih, ia dan Prabowo akan menyisihkan 1,5 persen dari
PDB untuk anggaran pertahanan.
Muhamad Haripin mengatakan anggaran pertahanan yang di
bawah PDB, tidak berarti kecil. Setiap tahun anggaran Kementerian Pertahanan
selalu meningkat.
Tahun depan, pemerintah menganggarkan sekitar Rp 127,4
triliun untuk Kementerian Pertahanan, atau meningkat hampir sekitar Rp20
triliun dari tahun sebelumnya, menjadikan kementerian ini sebagai penerima
anggaran terbanyak dibandingkan kementerian lainnya.
Menurut Haripin, masalah pertahanan di Indonesia,
bukanlah masalah banyaknya anggaran, tapi alokasi anggaran.
Sekitar 70% anggaran pertahanan, kata Haripin, digunakan
untuk belanja pegawai, alih-alih untuk pengembangan teknologi pertahanan dan
belanja modal alutsista.
"Bercermin dari omongan Prabowo, saya sangsi Prabowo mengerti soal itu (anggaran pertahanan) atau dia pura-pura nggak ngerti?" kata Haripin.
"Kalau kita jadikan pegangan, pandangan-pandangan (Prabowo) selama kampanye 2014 dan 2019 (tentang pertahanan), itu nggak nyambung dan malah jadi bahaya," katanya.
Prabowo dipanggil oleh Presiden Joko Widodo pada Senin (21/10) dan
diminta membantu kabinetnya. ANTARA FOTO
Ia pun mengkhawatirkan mekanisme pengawasan penggunaan
anggaran tersebut jika anggaran tersebut dinaikkan.
Haripin mengatakan keputusan Jokowi memutuskan untuk
memilih Prabowo sebagai menteri pertahanan terlihat sebagai pertimbangan
politik semata.
"Itu agak disayangkan, kok kelihatannya pertimbangan politik jadi panglima betul, dibandingkan keamanan nasional dan demokrasi secara umum?" ujarnya.
BBC NEWS INDONESIA
Meski begitu, Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono
mengatakan Prabowo akan melihat kondisi perekonomian Indonesia sebelum
memutuskan untuk menaikkan anggaran pertahanan.
"Semua bergantung pada keamanan ekonomi 2020, apakah sektor penerimaan negara mampu meningkatkan anggaran pertahanan dan keamanan. Semua belum bisa diprediksi," katanya.
Siapa yang pantas jadi menhan?
Menurut Arief, Prabowo dipilih oleh Jokowi karena
kompetensinya di bidang pertahanan. Prabowo pun, ujarnya, bersedia mengabdi
bagi negara.
Prabowo dan pasangannya dalam pemilihan presiden lalu, Sandiaga Uno,
turut menghadiri pelantikan presiden dan wakil presiden baru. ANTARA FOTO
"(Prabowo bersedia) demi bangsa, apalagi menhan itu jabatan sangat vital. Jantungnya negara itu kan pertahanan dan keamanan," ujarnya.
UUD 1945 mengatur bahwa jika presiden dan wakil presiden
mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya,
pelaksanaan tugas kepresidenan adalah menteri luar negeri, menteri dalam negeri
dan menteri pertahanan secara bersama-sama.
Ketiga menteri itu disebut sebagai
"Triumvirat".
Meski begitu, pengamat militer LIPI Muhamad Haripin
mengatakan posisi menteri pertahanan seharusnya merupakan simbol kontrol sipil
atas militer.
Menteri itu, ujar Haripin, memegang fungsi sebagai
pemberi pedoman arah pertahanan negara untuk dijalankan oleh Panglima TNI dan
Kapolri.
Menurut Haripin, idealnya, presiden memilih menteri pertahanan dari
pihak sipil. ANTARA FOTO
Menurut Haripin, idealnya, presiden memilih menteri
pertahanan dari pihak sipil.
"(Militer) perlu pengawasan, pekerjaan mereka mesti di-'kerangkeng' dalam kerangka demokrasi," ujarnya.
Pada era Orde Baru, jabatan menteri pertahanan dipegang
oleh petinggi militer, yang saat itu merangkap jabatan sebagai Panglima
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
Tradisi itu diubah oleh presiden keempat Indonesia, Abdurrahman
Wahid, yang kemudian memilih menteri dari kalangan sipil, yaitu Juwono
Sudarsono.
Sejak era reformasi hingga sekarang, sejumlah menteri
pertahanan berasal dari kalangan sipil, seperti Mahfud M.D., Matori Abdul
Djalil, dan Purnomo Yusgiantoro.
Ada tiga orang menteri yang memiliki latar belakang
militer, yakni Wiranto (masa pemerintahan B.J. Habibie), Agum Gumelar (masa
pemerintahan Abdurrahman Wahid), dan Ryamizard Ryacudu (masa pemerintahan
Jokowi).
Ia lanjut mengkritik kinerja menteri pertahanan di
periode pertama Jokowi, Ryamizard Ryacudu, yang menurutnya memiliki program
'ajaib' seperti '100 juta kader bela negara', atau pelatihan masyarakat menjadi
milisi.
"Saya pikir latar belakang kemiliteran Ryamizard memengaruhi preferensinya atas kebijakan model padat karya. Ia beralasan kementerian pertahanan punya tanggung jawab untuk pembinaan kekuatan Komponen Pendukung (Komduk) dan Komponen Cadangan (Komcad) yang diterjemahkan ke bela negara itu," ujarnya.
Joko Widodo bertemu dengan Prabowo Subianto di stasiun MRT Lebak Bulus.
BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN
Sementara itu, politikus PDI-P Andreas Pareira mengatakan
pemilihan menteri adalah hak prerogatif presiden.
Ia mengatakan kemungkinan bergabungnya Prabowo dengan
koalisi pemerintahan sudah diawali dengan komunikasi antara Jokowi dan Prabowo
untuk meredakan situasi di masyarakat, yang memanas pasca Pilpres.
"Ini "harga" yang harus dibayar untuk kita bisa bergabung, bekerja sama," ujarnya.
Bagaimana dengan larangan Prabowo masuk AS?
Sebelumnya, Prabowo Subianto pernah
ditolak masuk Amerika pada Maret 2014 ketika hendak menghadiri wisuda putranya.
Amerika memasukkannya dalam daftar hitam karena menilai
Prabowo punya latar belakang pelanggaran HAM.
Di Timor Timur, Prabowo tercatat pernah menjadi komandan
salah satu grup yang bertugas pada 1978-1979.
Sementara sebagai komandan jenderal Kopassus, Prabowo menjabatnya
ketika di ujung kekuasasan Soeharto yang banyak dituding terlibat penculikan
aktivis.
'Lobi-lobi antara Jokowi dan Prabowo telah berlangsung dalam
pertemuan-pertemuan yang dilakukan keduanya.' BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN
Pengamat militer LIPI Muhamad Haripin mengatakan dia
tidak melihat larangan masuk AS bagi Prabowo akan mengganggu kerja sama
Indonesia dengan negara lain di bidang pertahanan.
Wiranto, yang juga disebut terlibat dalam kasus
pelanggaran HAM, misalnya, kata Haripin, tidak menerima protes dari
negara-negara lain saat ia menjabat sebagai Menkopolhukam di periode pertama
pemerintahan Jokowi.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono
mengatakan yakin bahwa kini kebijakan luar negeri Amerika Serikat sudah lebih
terbuka.
Amerika Setikat memasukkan Prabowo dalam daftar hitam karena menilai
Prabowo punya latar belakang pelanggaran HAM. GETTY IMAGES
Jika Prabowo dilantik sebagai menteri pertahanan, Arief
Poyuono optimistis pemerintahan AS akan mengakhiri larangan itu.
Pihaknya pun, kata Arief, akan melakukan lobi ke Kongres
AS jika diperlukan untuk meminta penghapusan larangan itu.
Di sisi lain, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak
Kekerasan (Kontras) memandang masuknya Prabowo ke kabinet adalah kemunduran
demokrasi.
"Itu menujukkan pemilihan kabinet tidak diikuti pertimbangan mengenai HAM," ujar Kepala Riset Penelitian Kontras Rivanlee Anandar.
Ia mengatakan penunjukkan Prabowo sebagai menteri bisa
memperburuk keadaan penegakkan HAM karena posisinya yang strategis dengan TNI.
"Tanpa Prabowo saja kami sudah sangsi (masalah pelanggaran HAM akan selesai), apalagi dengan Prabowo," pungkasnya.
0 komentar:
Posting Komentar