Senin, 23 November 2015 | 12:30 WIB | Oleh : Harry Siswoyo
Ada pihak yang sengaja ingin berlindung dari tragedi 1965
Korban kekerasan 1965/1966 melakukan aksi unjuk rasa di kantor Komnas HAM, Jakarta, Selasa (17/01/2012). (VIVAnews/Anhar Rizki Affandi)
VIVA.co.id - Ketakutan publik soal komunisme di Indonesia masih mengakar kuat. Hingga kini sejumlah hal yang berkaitan dengan sejarah kelam tahun 1965 menjadi 'hantu' menakutkan.
Baru-baru ini, di Salatiga Jawa Tengah. Sebuah karya jurnalistik mahasiswa dalam sebuah majalah bernama Lentera diberangus paksa oleh kepolisian dan kampus.
Masalahnya cuma satu, tiras majalah tersebut menuliskan 'Salatiga Kota Merah'. Alhasil, tulisan yang menampilkan sisi lain di balik peristiwa 1965 yang berkaitan dengan Partai Komunis Indonesia tersebut, dicap sebagai 'berbahaya'.
Baru-baru ini, di Salatiga Jawa Tengah. Sebuah karya jurnalistik mahasiswa dalam sebuah majalah bernama Lentera diberangus paksa oleh kepolisian dan kampus.
Masalahnya cuma satu, tiras majalah tersebut menuliskan 'Salatiga Kota Merah'. Alhasil, tulisan yang menampilkan sisi lain di balik peristiwa 1965 yang berkaitan dengan Partai Komunis Indonesia tersebut, dicap sebagai 'berbahaya'.
Kejadian ini bukanlah kali pertama. Tak jelas kenapa phobia 'hantu merah' ini hendak dipertahankan sekian lama. Reproduksi ketakutan akan logo, simbol atau apapun yang berkaitan dengan tragedi 1965 ini pun selalu direkayasa ulang di setiap generasi.
Hingga kini, misteri di balik kisah sesungguhnya tragedi 1965 tersebut masih buram. Lantas benarkah ada yang sengaja mempertahankan 'keburaman' kisah ini di tengah rakyat Indonesia?
Simak catatan lengkapnya di Berburu 'Hantu Merah'. Lalu telusuri juga perjuangan sejumlah korban di Mencari Keadilan di Den Haag. Lihat juga bagaimana Indonesia menangani tragedi 1965 ini dalam bentuk kebijakan di Mengungkap Peristiwa 1965.
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/702708-mengapa-tragedi-1965-diburamkan
0 komentar:
Posting Komentar