Reporter:
Dias Prasongko |
Editor:Kukuh S. Wibowo
Sabtu, 30 September 2017 16:17 WIB
Jakarta - Hasil survei Saiful Mujani Research Consulting (SMRC) mengenai isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) telah dipublikasikan pada Jumat lalu di Kantor SMRC. Hasilnya, mayoritas responden (86 persen) tidak setuju bahwa sekarang sedang terjadi kebangkitan PKI. Warga yang menyatakan setuju bahwa sekarang kebangkitan PKI hanya 12,6 persen.
Adapun yang yakin bahwa kebangkitan PKI telah mengancam negara hanya sekitar 5 persen dari populasi dewasa nasional. Sejalan dengan itu, warga yang setuju dengan opini bahwa Jokowi adalah orang atau terkait dengan PKI hanya 5,1 persen, yang tidak setuju 75,1 persen dan tidak tahu 19,9 persen.
SMRC menyimpulkan bahwa isu PKI erat kaitannya dengan mobilisasi suara dari Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Indikasinya, isu kebangkitan PKI ini lebih banyak muncul dari para pendukung dan pemilih dua partai tersebut yang pada pemilu 2014 mengusung calon presiden Prabowo Subianto.
Direktur Program sekaligus peneliti SMRC Sirojuddin Abbas mengatakan isu kebangkitan PKI merupakan reproduksi isu yang berafiliasi dan terasosiasi dengan elite politik. Menurut dia isu PKI digunakan untuk mendukung tokoh tertentu atau partai politik tertentu. "Jadi (isu kebangkitan PKI) ini bagian dari kontestasi politik," kata Sirojuddin kepada Tempo pada Sabtu, 30 September 2017.
Isu PKI dianggap sebagai isu tahunan tiap akhir September, lebih-lebih menjelang tahun politik 2018-2019. Unjuk rasa atau aksi 299 pada Jumat kemarin, 29 September 2017, meminta kepada Presiden Jokowi agar tegas menolak kebangkitan PKI.
Sirojuddin menilai isu kebangkitan PKI merupakan usaha untuk mencari celah guna mendapatkan kekuasaan. Selain itu juga untuk mendapatkan perhatian dan simpati publik, terutama menjelang tahun politik. "Untuk mendapatkan simpati publik dan ingin menurunkan legitimasi pemerintah saat ini," kata Sirojuddin.
Survei SMRC tentang PKI ini menggunakan model metodologi multistage random sampling. Dalam survei ini ada sejumlah 1057 responden yang digunakan untuk analisa data dengan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen dan menggunakan margin of error sebesar ± 3,1 persen.
Sumber: Tempo.Co
0 komentar:
Posting Komentar