YPKP 65-66 Kebumen
WeBlog Dokumentatif Terkait Genosida 1965-66 Indonesia
Home
Berita
Nasional
Daerah
Hukum
Politik
Artikel
Opini
Interview
Editorial
Galeri
Photo
Video
Uncategorized
Sabtu, 30 September 2017
Tragedi 1965 Dan Derita Penganut Agama Asli Nusantara
21.23
Anti Orba
,
Article
,
hoax ala orba
,
Kliping #65
,
Persekusi
,
Sejarah
,
Tragedi
No comments
Penulis
Hiski Darmayana
-
September 30, 2017
Prahara politik Gerakan Satu Oktober (Gestok) 1965 melahirkan sangat banyak korban. Masyarakat adat yang menganut agama asli nusantara adalah salah satunya.
Sebenarnya, para penganut agama asli nusantara sudah terancam sejak Penetapan Presiden (PNPS) Nomor 1 tahun 1965 terbit. Berdasarkan peraturan itu, negara mengakui agama yang dianut penduduk Indonesia hanya enam agama, yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.
PNPS itu sendiri diterbitkan Presiden Soekarno atas permohonan kalangan Islam yang ‘gerah’ dengan agama asli nusantara, atau yang juga sering disebut aliran kepercayaan. Selain dianggap bisa menodai agama yang ada di Indonesia, khususnya Islam, para penganut agama asli nusantara juga dianggap basis massa Partai Komunis Indonesia (PKI). Maklum, kala itu pertentangan ideologis antara PKI dengan kalangan Islam sedang sengit-sengitnya.
Maka, mereka pun meminta Presiden Soekarno untuk menindak agama-agama asli nusantara agar tak ‘menodai’ Islam. Soekarno pun menerbitkan PNPS tersebut di awal tahun 1965. Demikianlah terungkap dalam laporan Human Rights Watch berjudul “Atas Nama Agama” yang terbit pada 2013.
Terbitnya PNPS itu tentu meresahkan para penganut agama asli nusantara. Sebab, apabila mereka tidak meninggalkan agama leluhur mereka dan memilih salah satu dari agama yang diakui negara, mereka pastinya akan dituding menodai agama.
Keresahan itu benar-benar berbuah jadi ketakutan dan penderitaan setelah peristiwa Gestok meletus. PKI, yang menjadi ‘tersangka’ peristiwa itu diganyang di berbagai tempat. Para tokoh dan simpatisan PKI dipenjarakan, disiksa, dan dibantai oleh militer dan massa.
Masyarakat penganut agama asli pun terkena getahnya. Mereka turut jadi sasaran amuk massa anti komunis. Mereka dianggap pendukung PKI. Tudingan ini muncul karena mereka dianggap tak beragama, lantaran agama mereka tak diakui negara.
Dan tak beragama (menurut versi negara), sama dengan komunis. Begitulah kira-kira pemikiran massa anti komunis itu.
Apa yang dialami masyarakat adat Tengger di Jawa Timur adalah salah satu contoh betapa tragedi Gestok sangat menyengsarakan para penganut agama asli nusantara. Sebagaimana dilansir Robert Hefner, antropolog dari Boston University, dalam karyanya yang berjudul “Geger Tengger: Perubahan Sosial dan Perkelahian Politik”, pembantaian terjadi pada orang-orang Tengger yang menganut Agomo Budo Tengger.
Stigma pendukung PKI dan tak beragama membuat mereka menjadi sasaran massa anti PKI, yang kebanyakan berasal dari kalangan Islam. Identitas budaya sebagai orang Tengger pun menjadi sama dengan stigma ‘antek PKI’.
Situasi tersebut membuat mereka terpaksa menyelamatkan diri dengan memeluk salah satu agama yang diakui negara. Akhirnya, pada 1973 orang-orang Tengger secara resmi memeluk Agama Hindu.
Masyarakat Tengger bukan satu-satunya masyarakat agama asli nusantara yang harus menjadi korban tragedi 1965. Ancaman pembantaian, stigmatisasi dan pindah agama secara terpaksa juga dialami ribuan warga penganut agama asli nusantara lainnya.
Masyarakat Sunda Wiwitan di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat adalah contoh lainnya. Dewi Kanti, salah satu tokoh masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur mengatakan peralihan ke agama resmi yang diakui pemerintah dilakukan para penganut Sunda Wiwitan guna menghindar dari ancaman pemenjaraan dan pembantaian. Pembantaian terhadap para penganut agama asli nusantara di Jawa Tengah dan Jawa Tiimur sangat menakutkan warga Sunda Wiwitan pasca Gestok 1965.
Guna bertahan hidup, sekitar 10 ribu penganut Sunda Wiwitan Jawa Barat pun beralih memeluk agama resmi. Sebagian besar masuk Katolik dan Kristen.
Namun karena perpindahan agama ini mereka lakukan secara terpaksa, hati nurani warga Sunda Wiwitan tetap meyakini agama leluhur mereka.
Oleh sebab itu, pada tahun 1981, warga Sunda Wiwitan Cigugur keluar dari Katolik dan membentuk Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang (PACKU).
Hal serupa terjadi juga pada masyarakat adat penganut Tolotang di Sulawesi Selatan. Pasca Gestok 1965, kaum tolotang juga dituduh sebagai tak beragama dan pendukung PKI.
Sebuah artikel yang dipublikasikan Desantara Foundation yang berjudul “Biarkanlah Kami Melaksanakan Apa yang Kami Yakini” mengungkapkan betapa komunitas Tolotang diperangi oleh sebagian kalangan Islam dan militer dalam operasi yang dinamakan “Operasi Mappakainge”. Operasi ini bertujuan ‘membawa’ warga Tolotang ke dalam Islam. Banyak warga Tolotang yang ditangkap militer dan dibawa ke Kodam untuk dipaksa mengaku PKI atau melepas agama leluhurnya.
Pemerintah pun memaksa masyarakat adat Tolotang memilih salah satu agama yang diakui negara. Aturan pemerintah itu dikenal dengan istilah “Panca-Tunggal”.
Akhirnya, melalui Surat Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Beragama Hindu Bali/Buddha Departemen Agama No. 6 Tahun 1966, Tolotang dinyatakan sebagai bagian agama Hindu. Dan, lagi-lagi karena terpaksa, banyak warga Tolotang yang mengikuti keputusan ini guna menghindari derita akibat kekerasan dan stigmatisasi.
Jadi, masyarakat adat penganut agama asli nusantara juga merupakan korban keganasan tragedi 1965 akibat dituding komunis. Padahal, mereka bukan atheis. Mereka beragama, dan dalam agama mereka juga ada konsepsi ketuhanan.
Tapi sayangnya, negara tak mengakui agama mereka. Hal itu membuat seluruh warga penganut agama asli tak beda dengan komunis : tak beragama.
Kekerasan dan stigma pun membuat mereka mengingkari hati nurani. Mereka terpaksa melepas agama leluhur yang mereka imani, dan memeluk agama yang tidak mereka yakini. Mereka dipaksa membohongi hati nurani demi bertahan hidup. Dan hal tersebut masih terasa hingga kini.
Sumber:
JabarKahiji.Id
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
0 komentar:
Posting Komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Social Profiles
Popular
Tags
Blog Archives
Mengenai Saya
YPKP 65 Kebumen
Lihat profil lengkapku
Entri Populer
Program Re-Ra (Rekonstruksi & Rasionalisasi) TNI Kabinet Hatta
25 Desember 2015 Sebelum diadakannya program “reorganisasi dan rasionalisasi” (Re-ra) oleh Perdana Menteri Hatta,...
Tragedi 1965 dan Peristiwa Madiun 1948
Oleh: Yunantyo Adi Pengantar Redaksi: Wacana rekonsiliasi dalam Simposium Nasional "Bedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan...
Pembrontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun, 18 September 1948
18 September 2015 illustrasi: Gambar ini adalah kekerasan yang terjadi di Vietnam, yang penah dimanipulasi untuk melegitimasi k...
Siapakah Letkol Untung ?
Friday, December 12, 2014 S oeharto- U ntung: Hubungan spesial [jitunews] Siapakah Letkol U ntung dan apa hubunganya dengan peristi...
Siapakah Letkol Untung Itu ? Sejauh Mana Keterlibatannya dalam Gerakan G-30-S
Kamis, 22 April 2010 Letkol Untung [Foto : Kaskus ] Tahun 1960-an dunia diwarnai dengan ketegan...
Tjilik Riwut Tokoh Intelijen Pembubaran RIS di Kalimantan
June 19, 2017 Tjilik Riwut nomor tiga dari kanan tanpa topi / ist SHNet, PALANGKA RAYA – Tjilik Riwut, Gubernur Kalimantan Tengah, 1...
Sejarah Kelam G30S 1965 di Bali
Senin, 10 September 2018 | 10:30 WITA 1. Siswa SMP Sudah Ikut Berpolitik di GSNI atau IPPI Gerakan 30 September 1965 atau dike...
Max Lane: Pram Sejarawan Terbaik Indonesia
Tuesday, 25 December 2012 PENERJEMAH enam karya Pramoedya Ananta Toer asal Australia, Max Lane, menjadi dosen tamu selama lima perte...
"MESUJI BERDARAH " PEMBANTAYAN SADIS YANG MENEWAS KAN "SATU KAMPUNG" INI LAH KRONOLoGIS NYA..!!!
16 Nov 2011 illustrasi: Korban pembantaian politik di Filipina Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) memaparkan penyebabnya insiden pemba...
Pemerintah Bahas RUU Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
Kamis, 12 Maret 2020 RUU KKR sebagai payung hukum untuk menyelesaikan pelanggaran HAM berat pada masa lalu melalui jalur nonyudisial. ...
Diberdayakan oleh
Blogger
.
Categories
Kliping #65
Tragedi
Anti Orba
Sejarah
News
Article
Kliping
Impunity
Kisah
Militerism
IPT65
PKI
Genosida 65
Documentary
Sejarah #Gerwani
hoax ala orba
Persekusi
Mass-Graves
Press-Release
Statement
Kejahatan HAM
Komnas HAM
Stigma PKI
Internasional
Materi
Surat
Buku
G30S
Lekra
Film
Sastra
Interview
arsip rahasia
Pembantaian Massal
Kejakgung
YPKP 65
Kamisan
KontraS
Konspirasi
Pramoedya Ananta Toer
Pulau Buru
Jokowi
BTI
Bedjo Untung
Genosida Politik
Pemuda Rakyat
Genosida
Rekonsiliasi
CIA
PKI 1948
KKR
IPT'65
Amnesty International
Aceh
DN Aidit
Konflik Agraria
Plantungan
investigasi
Dialita
LBH
Tjakrabirawa
Menko Polhukam
Simposium
Orba Soeharto
PBB
Tokoh
Testimoni
Baperki
DKN
Purwodadi
Cilacap
Eksil
Kanigoro
Tan Malaka
Bali
Foto
Muhidin M Dahlan
Seni Rupa
Gusdurian
Moncongloe
Tumiso
Jeju
Musik
Pendidikan
SOBSI
HRWG
Hersri Setiawan
Koesalah S Toer
NTT
Oey Hay Djoen
Trikoyo Ramidjo
Genjer-genjer
Harsutejo
Holocaust
Kalimantan
Karl Marx
Memorialisasi
Soemarsono
Tapol Yogya
HAM
Hendra Gunawan
Heru Atmojo
Luweng
Mia Bustam
Putmu'inah
SKP-HAM
Sudarno
Arsip
Gandrung
Keppres 28/1975
Keppres 28/2975
LPSK
Lubang Buaya
Obituari
Sexual Violence
Sulami
Supersemar
Tapol
Tapol Bali
Wonogiri
Ahmad Tohari
Asset
Brebes
Haji Misbach
Insureksi
JC Princen
Jess Melvin
Munir
Museum
Operasi Trisula
Papua
Purbalingga
Purwokerto
Red Drive Proposal
Tapol Jakarta
Tapol Jawa Timur
Banten
Banyuwangi
Basoeki Abdullah
Blitar
CHTH
Demonisasi
English
JPIT
Kebumen
Klaten
Lengger
Magetan
Nasionalisasi
Nazi
Novel
Nyoto
Poncke Princen
Putu Oka Sukanta
Referensi
Sarbupri
Sei Ular
Svetlana
Tapol Ambarawa
Tapol Jawa Tengah
Tapol Kalimantan Timur
Teater
ipt 65
komune paris
Aris Panji
Biennale
Blitar Selatan
Cerpen
Communist Manifesto
Data Virtual
Digul
Gubernur Sutedja
Hilmar Farid
KSP
Kuli Kontrak
Kulo Kontrak
MK
Made Supriatma
Mark Curtis
Mars Nursmono
Mattew Woolgar
Nasakom
Nusakambangan
Nyai Ontosoroh
Oei Hiem Hwie
PGRI Non Vaksentral
PKI 1026
Perampasan Asset
Petrus
Riset
Semaun
Sragen
Sudisman
Sudjojono
TMP Kalibata
Tangerang
Tapol Gunung Kidul
Tapol Jawa Barat
Tapol Lampung
Tapol Palu
Tapol Purworejo
Tom Udall
Tritura
Umi Sardjono
Vanessa Hearman
emko Polhukam
enosida 65
Arsip Blog
►
2020
(31)
►
Maret
(4)
►
Februari
(22)
►
Januari
(5)
►
2019
(404)
►
Desember
(46)
►
November
(44)
►
Oktober
(64)
►
September
(34)
►
Agustus
(35)
►
Juli
(16)
►
Juni
(12)
►
Mei
(33)
►
April
(32)
►
Maret
(35)
►
Februari
(20)
►
Januari
(33)
►
2018
(628)
►
Desember
(27)
►
November
(26)
►
Oktober
(82)
►
September
(65)
►
Agustus
(32)
►
Juli
(39)
►
Juni
(78)
►
Mei
(53)
►
April
(60)
►
Maret
(50)
►
Februari
(76)
►
Januari
(40)
▼
2017
(745)
►
Desember
(42)
►
November
(50)
►
Oktober
(153)
▼
September
(179)
Review 'Pengkhianatan G30S/PKI' dari Orang Yang Be...
Gestapu Menghapus Satu Generasi Intelektual Indonesia
Lima Versi Pelaku Peristiwa G30S
Tragedi 1965 Dan Derita Penganut Agama Asli Nusantara
Memasung Kaki Banteng
Peristiwa G30S 1965, penumpasan PKI, dan hari-hari...
Slamet “Menur” dan ANGKLUNG SOREN: Perjuangan peny...
Membedah Film 'Pengkhianatan G30S/PKI'
10+1 Catatan konflik budaya di sekitar 1965
Setelah Melintasi Abad 19 dan 20, Apa Lagi dari Ko...
Peneliti SMRC: Isu Kebangkitan PKI Bagian dari Kon...
Pátria, Sebuah Ironi Sejarah
Kisah di Balik NU Menerima NASAKOM
Banjir Darah Pasca-G30S/PKI Dimulai Setelah Ormas ...
Mengapa PKI Punya Banyak Massa Sebelum 1965, Penel...
5 Fakta Isu Kebangkitan PKI Menurut Survei SMRC, S...
Sebelum PKI Berdiri: Lingkaran Kaum Sosialis di Su...
"Komunisme Gaya Baru" ala Kerala
Brigjen Katamso, Korban Tragedi 1965 di Yogyakarta
Kekerasan dan Konstruksi Keagamaan Pasca-Peristiwa...
Cara Gatot Nurmantyo Cari Panggung Sebelum Pensiun
NU-PKI dalam Konflik Agraria
Jokowi Tegaskan Bukan PKI yang Mengancam Pancasila...
Siapa pihak di balik isu kebangkitan PKI?
SMRC: Isu Kebangkitan PKI Dimobilisasi Kekuatan Po...
SMRC: Isu PKI Dimobilisasi Kekuatan Tertentu, Teru...
Mayoritas Orang Tidak Percaya PKI Bangkit
Derita eks-tapol korban salah tangkap tragedi 1965
Menelusuri Riwayat Partai Komunis Indonesia di Kalsel
Isu Senjata untuk Kudeta
Agus Widjojo: "Generasi Muda Punya Independensi Me...
Rekonsiliasi 1965, Belajar dari Gus Dur
G30S dalam Pers Belanda
Goenawan Mohamad: Kalau Mau Bilang PKI Ada, Buktikan!
DPR Kritik Komnas HAM seperti Kuburan
Goenawan Mohamad: Isu Kebangkitan PKI itu Konyol
Ricuh Komunisme di KAA Bandung
Jika Upaya CIA Mendorong G30S Urung Terjadi, Milit...
Inggris juga Tunggangi G30S untuk Gulingkan Sukarno
Demi rekonsiliasi, memahami sejarah tragedi 1965 h...
Soepardjo, Jenderal Angkatan Darat dalam G30S
MENDUKUNG PROPAGANDA ORDE BARU, TV ONE MEMANG BEDA
G30S/PKI 1965; Apa Efeknya Bagi Tionghoa di Indone...
Mendikbud Larang Siswa SD-SMP Nonton Film G30S PKI
Upaya Dialita merawat ingatan dan menggerus trauma
tvOne, Drama Turki dan PKI
Baperki, Komunitas Tionghoa, dan G30S di Kota Medan
Sejarah Kelam Pembantaian G-30 S PKI di Indonesia
Drama 1965 di Atas Panggung Asia
Mayjen Soeprapto, Akhir Tragis Perjalanan Sang Sur...
Tangkap 1 Ekor PKI Saja Tidak Mampu, Kok Bisa Bila...
Apakah Benar Marxisme Anti Agama?
Senjata dalam Prahara 1965
Ketiadaan Ruang Bagi Gerakan Kiri
Ini Kisah PKI Menyerang Pondok Gontor Ponorogo 1948
Begini Pengakuan Tan Po Goan, Sosok Pengacara Anti...
Kelakuan ‘Kids Jaman Now’ Disuruh Nonton Film G30S...
Film dan Sejarah
Awal Masuk dan Akhir Partai Komunis Indonesia di S...
Tentang Kebangkitan PKI
Misteri Kelam Penumpasan PKI di Palembang. Ternyat...
Jokowi Dinilai Pintar Sikapi Panglima TNI Soal Fil...
Tokoh Ulama: Isu Kebangkitan PKI 'Digoreng' oleh A...
Perlawanan Terakhir PKI dari Ujung Jawa Blitar Sel...
UPR Dewan HAM PBB, Kontras: Pemerintah Cari Aman
Pandangan Hanung Bramantyo Soal Pemutaran Kembali ...
Panglima TNI Akui Perlu Riset Mendalam untuk Film ...
Perlukah Meluruskan Sejarah Tragedi 1965?
Film G30S PKI: Di depan Panglima, Bekas Kasau Mint...
Perlawanan Terakhir PKI dari Ujung Jawa Blitar Sel...
Pelanggaran HAM Masa Lalu, Alasan Wiranto Pesimistis
Try Sutrisno Minta TNI Tolak Anak-Cucu Eks PKI Jad...
Tujuh Pahlawan Revolusi | S. Parman, Korban G30S y...
Polri Tegaskan Kasus Pengepungan LBH Dipicu Inform...
Durasi Film G30S Dipangkas, Panglima TNI Tandaskan...
LBH Muslim Thailand Angkat Bicara Soal Pengepungan...
Masyarakat Respons Positif Kampanye Perbaiki Kanto...
Chaos Untuk Coup?
Anda Tau Sejarah PKI di Aceh? Ini Kisahnya
Kecam Aksi Penyerangan YLBHI, Jaringan Gusdurian j...
Si Kunyuk di Balik Isu PKI, Membongkar Alasan dan ...
Polisi Cari Penyebar Hoaks Berbuntut Rusuh di YLBHI
Palu Arit dan Baju Hijau
Eks Gitaris Banda Neira Galang Donasi untuk Perbai...
Mengenang G30S: Inilah Hasil Otopsi Lengkap 7 Perw...
Kontras Pesimistis Jaksa Agung Punya Komitmen Sele...
Gus Dur, Demokrasi, dan Paranoia Hantu PKI
Panglima TNI Diminta Putar juga Film 'Jagal' dan '...
Demonisasi Komunisme di Indonesia
Amuk Massa, Genjer-Genjer dan Trauma Kebangkitan PKI
Kolonel Sugijono, Pahlawan Revolusi dari Yogyakarta
Enam Pola Pelanggaran HAM di Indonesia yang Selalu...
"Genjer-Genjer" yang Terus Ditakuti
Polisi Akan Usut Penyelenggara Seminar Sejarah 196...
Film G 30 S PKI versi Milenial, Ini Pendapat Dirje...
Pidato Pelengkap Nawaksara Presiden Sukarno tentan...
Membicarakan 1965: Kita Sudah Pernah Cukup Maju
Hoax PKI, Penyerbuan, dan Kericuhan Senin Dini Har...
Rapat Sebelum Menyerbu Gedung YLBHI
5 Jam Terjebak Pengepungan Gedung YLBHI
►
Agustus
(32)
►
Juli
(42)
►
Juni
(30)
►
Mei
(53)
►
April
(30)
►
Maret
(46)
►
Februari
(40)
►
Januari
(48)
►
2016
(1284)
►
Desember
(26)
►
November
(24)
►
Oktober
(85)
►
September
(83)
►
Agustus
(51)
►
Juli
(138)
►
Juni
(164)
►
Mei
(346)
►
April
(244)
►
Maret
(76)
►
Februari
(25)
►
Januari
(22)
►
2015
(438)
►
Desember
(32)
►
November
(85)
►
Oktober
(116)
►
September
(98)
►
Agustus
(24)
►
Juli
(10)
►
Juni
(21)
►
Mei
(9)
►
April
(11)
►
Maret
(19)
►
Februari
(9)
►
Januari
(4)
►
2014
(94)
►
Desember
(7)
►
November
(4)
►
Oktober
(16)
►
September
(15)
►
Juli
(10)
►
Juni
(7)
►
Mei
(2)
►
April
(18)
►
Maret
(3)
►
Februari
(6)
►
Januari
(6)
►
2013
(113)
►
Desember
(8)
►
November
(7)
►
Oktober
(19)
►
September
(20)
►
Agustus
(6)
►
Juli
(13)
►
Juni
(11)
►
Mei
(15)
►
April
(6)
►
Maret
(2)
►
Februari
(5)
►
Januari
(1)
►
2012
(85)
►
Desember
(6)
►
November
(8)
►
Oktober
(16)
►
September
(21)
►
Agustus
(3)
►
Juli
(10)
►
Juni
(1)
►
Mei
(3)
►
April
(5)
►
Februari
(6)
►
Januari
(6)
►
2011
(71)
►
Desember
(2)
►
November
(5)
►
Oktober
(16)
►
September
(9)
►
Agustus
(11)
►
Juli
(2)
►
Juni
(1)
►
April
(10)
►
Maret
(3)
►
Februari
(2)
►
Januari
(10)
►
2010
(65)
►
Desember
(6)
►
November
(1)
►
Oktober
(11)
►
September
(26)
►
Agustus
(8)
►
Juni
(4)
►
Mei
(2)
►
April
(1)
►
Februari
(1)
►
Januari
(5)
►
2009
(30)
►
Desember
(2)
►
November
(1)
►
Oktober
(8)
►
September
(3)
►
Agustus
(5)
►
Juli
(4)
►
April
(1)
►
Maret
(1)
►
Februari
(4)
►
Januari
(1)
►
2008
(23)
►
Desember
(1)
►
November
(6)
►
Oktober
(4)
►
September
(1)
►
Juni
(1)
►
Mei
(2)
►
April
(2)
►
Maret
(3)
►
Februari
(2)
►
Januari
(1)
►
2007
(24)
►
Desember
(1)
►
November
(2)
►
Oktober
(5)
►
September
(12)
►
Agustus
(1)
►
Juli
(1)
►
April
(1)
►
Februari
(1)
►
2006
(3)
►
Desember
(1)
►
November
(2)
►
2005
(3)
►
Oktober
(1)
►
September
(1)
►
April
(1)
►
2004
(2)
►
Oktober
(1)
►
September
(1)
►
2003
(6)
►
Oktober
(1)
►
September
(3)
►
Juli
(1)
►
Juni
(1)
►
2002
(2)
►
Juli
(2)
►
2001
(4)
►
November
(1)
►
Oktober
(1)
►
Juli
(1)
►
Mei
(1)
►
2000
(5)
►
Oktober
(1)
►
September
(2)
►
Juli
(2)
►
1999
(1)
►
Juli
(1)
►
1998
(2)
►
Desember
(1)
►
Oktober
(1)
►
1996
(1)
►
Oktober
(1)
►
1981
(1)
►
Juli
(1)
Recent Posts
Recent Posts Widget
Your browser does not support JavaScript!
0 komentar:
Posting Komentar