27 Mei 2016 | 10:27
Panggung Rakyat untuk mengenai kerusuhan Mei 1998 di Solo,
Jawa Tengah, Kamis (26/5/2016) malam, dibubarkan oleh sekelompok massa
ormas reaksioner yang menggunakan simbol-simbol keagamaan.
Kegiatan yang diselenggarakan atas kerjasama Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) dan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) sejak awal sudah mendapat intimasi sejumlah pihak.
“Sejak awal Polisi tidak setuju acara ini diselenggarakan. Mereka mempermasalahkan surat izin dan susunan acara,” kata Muhamad Ridwan, seorang aktivis LMND kota Solo.
Meski begitu, kata Ridwan, panitia tetap menyelenggarakan acara di Gedung Daya Djoeang 45 Solo. Acara panggung rakyat ini berisi lagu-lagu perjuangan, musikalisasi puisi, dan orasi-orasi.
“Ketika acara dimulai, polisi terus mengintimidasi panitia. Bahkan mereka mematikan pengeras suara. Tetapi kita tetap lanjut dengan lagu-lagu perjuangan dan musikalisasi puisi,” ujar Ridwan.
Tak berselang lama, sekitar pukul 21.40 WIB, sekelompok massa yang mengaku Laskar Islam mendatangi acara. Tak hanya itu, mereka berteriak-teriak “PKI” dan “Allahu Akbar”.
Kedatangan ormas reaksioner itu langsung menciptakan ketegangan. Sempat terjadi adu mulut antara massa Ormas dengan panitia dan peserta acara Panggung Rakyat.
Akhirnya, karena situasi yang tidak kondusif, acara Panggung Rakyat ini ditutup dengan pembacaan Sumpah Mahasiswa Indonesia.
Ridwan menyesalkan tindakan kepolisian dan ormas yang membubarkan acara panggung rakyat tersebut. Padahal, kata dia, panggung rakyat ini murni kegiatan seni untuk mengenang tragedi kerusuhan Mei 1998 di Solo.
Selain panggung rakyat, peringatan Kerusuhan Mei 1998 di Solo juga diisi dengan City Tour ke tempat-tempat yang terkait dengan peristiwa tersebut.
Mahesa Danu
http://www.berdikarionline.com/ormas-reaksioner-bubarkan-panggung-rakyat-mengenang-tragedi-1998-di-solo/
0 komentar:
Posting Komentar