28 Mei 2016
UNTAD: Civitas-Akademika Universitas Tadulango bergambar bersama sebelum pemutaran Film Dokumentasi Sejarah "Pulau Buru Tanah Air Beta" di halaman kampus setempat [Foto: NormaRae]
PALU-Pulau Buru adalah salah satu bagian dari sejarah di masa silam, dimana sampai hari ini belum banyak diketahui oleh generasi muda Bangsa. Pemutaran film "Pulau Buru Tanah Air Beta" yang diselenggarakan oleh BEM Universitas Tadulako, BEM FKIP, Himpunan Mahasiswa Pendidikan Sejarah; mendapat respons positif dan dihadiri lebih dari seratus penonton (28/5). Lokasi pemutaran film di ruang FKIP 07 dimulai jam16.00 wita, dibuka langsung oleh Putra selaku Presiden Mahasiswa UNTAD.
Suasana pemutaran film "Pulau Buru Tanah Air Beta" di kampus Untad [Foto: Norma-Rae]
Pemutaran film berlangsung hampir sejam dan dilanjutkan dengan diskusi terbuka hingga jam 18.00 wita. Diskusi seputar pembelajaran apa yang bisa ditarik dari film dokumenter besutan Rahung Nasution ini. Pemutaran yang berlangsung selama tiga jam berjalan lancar tanpa hambatan ataupun tindakan represif lainnya, mengingat film ini adalah salah satu dari berbagai film sejarah yang mendapat larangan pemutaran. Sebagaimana terjadi di beberapa daerah yang melaksanakan pemutaran film ini.
Menurut Fredy selaku Wakil Presiden Mahasiswa UNTAD, seharusnya setiap orang penting untuk mengenal dan belajar akan kebenaran sejarah. Film yang bertutur soal testimoni sejarah ini termasuk penting untuk di ekspos dan disebar-luaskan, karena mampu membuka cakrawala dan wacana pelurusan sejarah Bangsa Indonesia, terkait Tragedi 65 dan kesudahannya.
DISKUSI: Digelar pula diskusi paska pemutaran film "Pulau Buru Tanah Air Beta" dalam suasana yang bebas dari ancaman represi. Ratusan mahasiswa juga mengikutinya dengan nyaman [Foto: Norma-Rae]
Bagi kami selaku pemuda yang lahir pada era 90-an sampai hari ini masih buta dan sengaja dibodohkan oleh mitos cerita sejarah lewat kurikulum resmi pendidikan. Film ini memberi pelajaran bahwa Pulau Buru adalah tempat dimana kekejaman kemanusian terjadi, harga nyawa manusia seakan murah di saat pemerintahan Orde Baru kala itu. Pelarangan film ini dan upaya-upaya represif yang dilakukan kalangan tertentu di berbagai daerah adalah bukti kongkret "pembungkaman demokrasi" yang diupayakan elit negara untuk memperhambat kesadaran kritis bagi generasi bangsa.
Pemutaran film Pulau Buru Tanah Air Beta adalah capaian kemajuan bagi lembaga internal kampus karena kampus berani membuka kebenaran sejarah yang sampai saat ini masih dibelokkan oleh rejime atau antek-antek Orde Baru yang terus berkuasa sampai hari ini.
Tidak sampai disini saja, pemutaran film adalah upaya kreatif untuk berani menyuarakan kebenaran yang tidak boleh dilarang atau diberhentikan.
Harapannya, ke depan adalah lembaga internal kampus akan terus bersinergi untuk bersama melakukan kerja-kerja progressive pelurusan sejarah, dalam upaya memperoleh kebenaran sejarah agar ke depan kurikulum pendidikan tidak lagi menjadi alat pembodohan.
"Kurikulum pendidikan adalah perangkat untuk mendidik dan mencerdaskan anak-anak bangsa dalam menjaga keutuhan serta kesejahteraan bangsa,’’ ujar Ayu, Dirjen Kementrian Perempuan dan HAM UNTAD.
[Norma Rae | Bem-Untad]
https://www.facebook.com/NORMA-RAE-FMK-PALU-835451453251846/?ref=notif¬if_t=fbpage_fan_invite¬if_id=1464624435470623
0 komentar:
Posting Komentar