Kamis, 26 Mei 2016 | 02:47 WIB
Polisi berjaga saat massa Front Pancasila melakukan aksi demo menolak
diselenggarakan Simposium Membedah Tragedi 1965 di Jakarta, 18 April
2016. Front Pancasila menilai simposium dilaksanakan dengan tujuan
mendapatkan legitimasi bahwa PKI adalah sebagai korban pelanggaran HAM.
TEMPO/Subekti
“Pasukan saya sudah siap di Pangandaran, awasi. Nanti tanggal 5 Juni di Solo ada apel akbar. Ada 200 ribuan (anggota organisasi masyarakat) tampil melawan PKI,” kata Kivlan dalam satu diskusi yang diadakan Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan TNI Polri (FKPPI) di Kebon Sirih, Jakarta, Rabu, 25 Mei 2016.
Kivlan mengajak FKPPI, Front Pancasila, dan forum masyarakat lain bergabung dalam gerakan bela negara. Di Jakarta, pasukan itu pun disebut akan melakukan longmars dari Masjid Al Azhar, Blok M, menuju gedung Dewan Perwakilan Rakyat pada 3 Juni nanti.
“Jangan terulang seperti dulu. Kita didahului, dipukul, dibacok. Kalau mereka (PKI) bangkit, perang saudara pasti terjadi,” katanya.
Menurut mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat itu, komunis masih eksis di Indonesia dengan gaya baru. Dia mengatakan antek PKI sudah menyusup di kalangan masyarakat, bahkan pemerintah. “Tak cuma kaus-kaus, di Sukabumi bahkan ada yang pasang atribut PKI di halte bus. Di Jember dan daerah lain juga (ditemukan atribut berlambang palu arit),” ujarnya.
Kivlan menilai tak perlu ada permintaan maaf dari negara atas korban yang terbunuh karena perburuan simpatisan PKI di masa lalu. Perburuan itu menurut dia wajar, karena PKI sudah melakukan pembunuhan berencana terhadap orang-orang yang menentang perkembangan komunis di Indonesia, seperti para Pahlawan Revolusi dan sejumlah ulama. “Kita dibunuh, kita lawan. Kita membunuh, negara disuruh minta maaf, tidak bisa,” katanya.
YOHANES PASKALIS
https://m.tempo.co/read/news/2016/05/26/078774116/pasukan-anti-pki-apel-akbar-di-jakarta-dan-solo-bulan-depan
0 komentar:
Posting Komentar