Surat: Dewi Kartika*
Kalau diskusi di LBH Jakarta saja, bertempat di Gedung YLBHI yang sohor itu bisa dibubarkan paksa, spanduk-spanduk bisa dicopot paksa oleh polisi, tanpa bisa dicegah oleh tangan-tangan kekuasaan. Apakah yang masih bisa diharapkan?
Padahal, para pembicara diskusi ini selain orang-orang sepuh yang berjalan pun susah, ada juga orang-orang terpelajar. Ada sejarawan, aktivis, beberapa diantaranya saya mengenalnya sebagai orang-orang yang dekat dengan dan berkawan dengan tokoh-tokoh kekuasaan. Akan tetapi tak ada yang bisa mencegah pembubaran ini.
Gedung YLBHI ini bertempat di Menteng, Jakarta Pusat. Para pembicara dan orang-orang yang duduk di situ juga kawan yang biasa mengadvokasi orang lain. Dibubarkan.
Saya jadi bertanya-tanya apakah ada harapan untuk teman-teman kota petani, nelayan, perempuan, mahasiswa dan masyarakat adat mendapatkan perlindungan dari aktivitas advokasi mereka di lapangan.
Setahu saya, di zaman Orde Baru saja, Partai Rakyat Demokratik bisa dideklarasikan di gedung ini oleh para aktivis. Zaman dimana militer begitu angkuh. Lewat di depan kantor mereka saja, jika sepeda atau motormu terlalu cepat bisa dihukum push up setelah kena tempeleng.
Bukankah ini tahun 2017? Jika diskusi saja tak bisa. Apakah bisa hal-hal yang lain dapat diluruskan, seperti reforma agraria, penyelesaian konflik agraria, reklamasi, kendeng. Ataukah memang tak ada beda sama sekali?
Kita memang tak bisa berharap selain kepada gerakan sosial dan kawan-kawan seperjuangan kita yang tak pernah lelah meluruskan dan menegakkan kemanusiaan di tanah air ini.
Tirani Pasti Mati!
Dubai, 16 September 2017
*Dewi Kartika, Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria
0 komentar:
Posting Komentar