Kepada Kawan-Kawan KMNU, PMII, dan Yang Lainnya...
Kredit Foto: Aksi Menolak Seminar Pengungkapan Sejarah 65 -yang diplesetkan dan diviralkan sebagai Seminar Pembela PKI- di LBH Jakarta (16/9)
Sewaktu Gus Dur menjadi presiden, ia berusaha menghapuskan TAP MPRS No. XXV/1966, yang melarang Marxisme-Leninisme. Alasannya jelas, bagi Gus Dur ini bertentangan dengan demokrasi yang juga dilindungi oleh UU Negara.
Dalam acara Kick Andy, Gus Dur mengatakan "Orang-orang punya hak untuk berpikir dan hak hidup; seperti halnya orang-orang komunis". Kemudian ia berkata, "Gak usah takut sama komunis, ngapain takut, lah mereka sama-sama manusia seperti kita". Kawan-kawan KMNU dan PMII bisa cek di You Tube untuk hal ini.
Bahkan Gus Dur pun meminta maaf kepada para korban kekerasan GS30 yang dilakukan oleh Orde Baru seperti kepada sastrawan besar Indonesia, Pramoedya Ananta Toer. Dalam buku biografi Gus Dur, Greg Barton menjelaskan bahwa di waktu SMP, Gus Dur telah selesai membaca buku-buku Marxisme seperti Marx, Engels, Lenin, dan lainnya.
Hingga saat Gus Dur pertama kali menjadi presiden, ia mempersilahkan siapa saja untuk datang ke istana negara tempat ia berada hanya untuk sekedar berdiskusi atau silahturahim. Dari berbaga latar belakang sosial, seperti para mantan tapol yang diperlakukan sewenang-wenang karena dituduh komunis pada masa pemerintahan Orde Baru. Ini dijelaskan dengan sangat baik dan indah oleh Greg Barton dalam bukunya, Biografi Gus Dur. Hal inilah yang dimaksud sebagai praktik berdemokrasi dengan benar. Gus Dur telah memberikan contoh yang baik pada kita.
Maka untuk kawan-kawan NU dan yang lainnya. Saya berpesan, jangan mudah terprovokasi, dibohongin oleh ormas atau siapapun yang menebar kebencian dan permusuhan. Kawan-kawan harus sering tabayyun, harus kritis, biar gak salah langkah, gak salah kaprah. Akhir-akhir ini sering terjadi perseteruan dan perkelahian akibat kurangnya pemahaman masyarakat kita, ditambah lagi bertebarannya hoax.
Kembali munculnya wacana anti-komunis yang semakin santer. Kawan-kawan KMNU dan yang lainnya harus hati-hati, jangan gampang terprovokasi. Saya pun punya banyak kawan-kawan yang sering dianggal komunis. Padahal komunis itu sudah tidak ada sejak runtuhnya tembok Berlin dan kegagalan Uni Soviet. Di Indonesia sendiri sejak terjadi genosida oleh pemerintah Orde Baru.
Kawan-kawan saya itu yang mengadopsi pemikiran-pemikiran Marxisme, seperti juga para founding father kita seperti Tjokroaminoto, Haji Misbach, Soekarno, Hatt, Sjahrir, Tan Malaka, dan lainnya, yang nyantanya pada baik-baik aja, solid, dan penuh simpatik. Saya suka ngobrol, bahkan terkadang sampai mondok bareng sama beberapa kawan komunis (?) atau tepatnya yang mengadopsi pemikiran Marxis ini. Meski harus diakui ada juga kekurangan dalam hal pemikiran atau sikap mereka. Namanya juga manusia, gak ada yang sempurna toh?
Seperti kata Gus Dur, jadi tidak usah takut sama komunis, ngapain ditakutin, lah mereka juga sama-sama manusia seperti kita. Kalau takut berarti tuhannya wong komunis. Kawan-kawan yang baik ini pasti nggak mau disebut murtad secara gak langsung?
Mereka, orang-orang selalu dicap komunis, sebenarnya punya tujuan yang baik, hanya saja landasannya berbeda dengan kita. Sekali lagi, jangan pernah membenci apapun atau siapapun sebelum kawan-kawan tahu kejelasannya, tahu yang sebenernya. Contohlah para sesepuh kita di NU atau yang lainnya, dari Mbah Wahab, Gus Dur, Gus Mus, Gus Fayyadl sampai Mba Alisa Wahid dan Mba Kalis. Mereka sangat rendah hati, cerdas, kritis, dan toleran. Sekali lagi jangan mudah terprovokasi. Harus sering tabayyun, harus sabar, dan hati-hati. Kawan-kawan KMNU dan lainnya harus tetep waras, biar bisa terus membenahi dan menjaga laju demokrasi di negara ini.
___
dituturkan oleh Yunantyo AS
0 komentar:
Posting Komentar