Selasa, 17 Mei 2016 | 21:10 WIB
Aliansi Aktivis
Literasi memberikan pernyataan sikap bersama Stop pemberangusan buku, di
Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 13 Mei 2016. Kegiatan razia buku
tersebut dilakukan pemerintah untuk mencegah kebangkitan komunisme dan
Partai Komunis Indonesia (PKI). TEMPO/Imam Sukamto
Menurut dia, pemerintah tampak konyol saat berusaha memberangus pikiran kiri atau komunisme di Indonesia. Karena pada dasarnya, ideologi tersebut telah tersebar secara viral di dunia maya. Rocky menyebut pemerintah saat ini norak.
Dia justru mempertanyakan bagaimana cara pemerintah memberangus logo, gambar, buku, dan berbagai atribut komunisme yang telah ada di Internet. "Ini negara yang anti-pikiran, sehingga jalan pikiran yang dianggap berbahaya diberangus," ucapnya.
Menurut Rocky, tidak ada satu pikiran atau paham yang berbahaya di dunia. Justru, yang berbahaya adalah gerakan politik dari suatu paham tersebut. Dia menyarankan agar pemerintah bersikap demokratis dengan menggunakan metode dialogis.
Artinya, jika pemerintah tidak sepakat dengan paham komunisme, harus dibantah dengan cara membuat rumusan tesis dan antitesis. Karena komunisme adalah susunan pemikiran dengan berbagai rumusan termasuk teori matematika.
Selain itu, Rocky menuding penegak hukum di Indonesia hanya mencari sensasi. Penegak hukum, baik polisi dan TNI, dianggap ketagihan terhadap aksi intelijen dengan cara memberangus buku dan atribut komunisme. Pemberangusan buku, kata dia, sebagai bentuk anti-peradaban.
Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti bahkan menginstruksikan untuk terus merazia buku berpaham kiri di Indonesia. Kata Badrodin, TNI juga memiliki kewenangan yang sama untuk menangkal bergolaknya komunisme. Badrodin juga telah memerintahkan bawahannya untuk gencar merazia buku di Indonesia.
AVIT HIDAYAT
https://nasional.tempo.co/read/news/2016/05/17/078771798/rocky-gerung-berangus-buku-kiri-cermin-rezim-norak
0 komentar:
Posting Komentar