Senin, 4 September 2017 |
13:12 WIB
Kawasan wisata Plantungan
yang dulu jadi kamp penjara wanita serta bekas rumah sakit lepra di Kabupaten
Kendal, Jawa Tengah.
VIVA.co.id - Nama Plantungan memang tak setenar
Pulau Buru yang menjadi tempat pembuangan para tahanan politik dengan cap
Partai Komunis Indonesia. Namun kamp penjara yang terletak di Kabupaten Kendal,
Jawa Tengah, itu menjadi saksi kisah tragis perempuan Indonesia saat itu.
VIVA.co.id berkesempatan melihat kembali kawasan
yang menyisakan cerita kelam masa lalu itu. Nyaris tak ada bangunan tersisa di
bekas kurungan wanita serta rumah sakit lepra terbesar Indonesia masa kolonial
Belanda itu.
Sejak tahun 2000, Plantungan resmi dibuka menjadi objek
wisata oleh pemerintah setempat. Kawasan yang dulunya berada di Kabupaten
Kendal itu kini masuk wilayah Kabupaten Batang, tepatnya masuk Desa
Pesanggrahan, Kecamatan Bawang. Perubahan kawasan setelah bencana banjir
bandang yang memisahkan kawasan perbatasan itu di tahun 1991.
Untuk masuk kawasan itu, ada dua alternatif jalan, yakni
via Kecamatan Plantungan tepatnya melewati pertigaan kantor polisi Plantungan.
Pengunjung lalu harus menuruni jalan yang cukup terjal
hingga sampai lokasi parkir di kompleks Lembaga Pemasyarakatan Kepemudaan
Plantungan. Setelah itu, pengunjung harus berjalan sekitar seratus meter
melewati jembatan gantung Sungai Lampir. Baru setelahnya akan sampai di objek
wisata dengan sebuah gardu loket masuk dengan tiket Rp3.000 per orang.
FOTO: Kawasan wisata
Plantungan yang dulu jadi kamp penjara wanita serta bekas rumah sakit lepra di
Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. (VIVA.co.id/Dwi Royanto)
Alternatif kedua, pengunjung bisa masuk via Dusun
Sanggrahan, Sangubanyu, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang. Lokasi kampung
berada persis di atas objek wisata dan pengunjung bisa menuruni jalan setapak
menuju loket utama.
Memasuki kawasan ini, hawa udara pegunungan terasa.
Pemandangan nan asri juga menjadi eksotisme tersendiri berada di destinasi alam
yang kini populer itu. Anda akan disambut beberapa kandang binatang, seperti
kera, landak, kijang serta hewan lain. Hewan-hewan itu menjadi kebun binatang
mini.
Di seberang kandang-kandang itu berdiri beberapa bangunan
permanen untuk lokasi pemandian air panas. Letaknya bahkan sangat dekat dengan
sungai serta batu-batuan besar sisa banjir puluhan tahun silam. Ada juga
deretan warung, bangunan musala, serta kolam renang yang ramai dengan
pengunjung, khususnya anak-anak.
Sepintas, orang tak menyangka jika dulunya kawasan itu
menjadi saksi tragis sejarah masa lampau. VIVA.co.id pun mencoba
mengulik cerita sejarah tempat itu dari penjaga tiket dan warga sekitar.
Sukiswandi salah satunya. Pria asli kampung Pesanggrahan
itu mengaku menjadi saksi betapa kawasan itu terus berubah dari waktu ke waktu.
Mulai bangunan bekas rumah sakit lepra peninggalan Belanda hingga saat aktif difungsikan
sebagai kurungan tahanan politik wanita korban tragedi 1965.
"Yang paling saya ingat adalah klinik tahanan wanita. Puing-puing klinik penjara itu masih tersisa di dekat loket tiket masuk," kata Sukiswandu ditemui VIVA.co.id pada Senin, 4 September 2017.
Puing yang dimaksud adalah tiga bangunan pondasi klinik.
Menurutnya, pada tahun 1971 hingga 1979 klinik itu menyimpan kenangan yang tak
terlupakan. Sebagai warga asli kampung Pesanggrahan, Sukiswandi mengingat betul
orang-orang yang bekerja di klinik bekas bangunan rumah sakit lepra itu. Pun
sekitar 800 tahanan wanita yang kerap berobat di sana.
"Saya masih bujang waktu itu. Kebetulan orang kampung sini boleh untuk berobat di klinik penjara. Dulu pegawai serta tahanan wanitanya cantik-cantik. Kita yang masih bujang kerap pura-pura sakit untuk bisa diobati di klinik itu," ujar kakek dengan satu cucu itu.
Meski jadi primadona, Sukiswandi dan pemuda desa
seusianya kala itu tak pernah sekalipun masuk kawasan kamp penjara. Selain
penjagaan yang ketat oleh oknum tentara, kawasan penjara sengaja diberi kawat
berduri yang tertutup rapat. Sukiswandi bahkan tak mengetahui pasti bagaimana
kehidupan para tapol yang menghuni penjara Plantungan.
FOTO: Kawasan wisata Plantungan yang dulu jadi kamp
penjara wanita serta bekas rumah sakit lepra di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
(VIVA.co.id/Dwi Royanto)
Di tahun 1979, seingat Sukiswandi, operasional kamp
tahanan perempuan itu berakhir. Ratusan perempuan yang menghuni kawasan itu
berangsur dipindahkan di beberapa tahanan di Indonesia.
"Bangunan penjara akhirnya dibongkar total oleh pemerintah. Saat ini yang tersisa, ya, bangunan yang kini masih difungsikan jadi penjara di seberang sungai," ujar pria 67 tahun itu.
Namun hingga kini, menurut Sukiswandi, beberapa perempuan
yang pernah menghuni kamp itu terkadang masih ada yang berkunjung ke
Plantungan. Tujuan mereka untuk napak tilas kenangan tragis yang dialaminya
selama ditahan beberapa tahun di kawasan itu.
Rumah sakit lepra
Jauh sebelum jadi kamp penjara wanita, bangunan di
Plantungan adalah rumah sakit lepra. Berbagai sumber menyebut rumah sakit
isolasi penderita lepra itu dibangun Belanda pada 1870 dan menjadi rumah sakit
lepra terbesar di Indonesia.
Meski tak merasakan masa-masa aktif bangunan itu,
Sukiswandi masih hafal cerita kejayaan rumah sakit itu dari mendiang ayahnya,
Sunarto. Kebetulan Sunarto dahulunya menjadi salah satu perawat rumah sakit
khusus penderita lepra zaman Belanda itu.
"Kata bapak saya, kenapa rumah sakit lepra dibangun di Plantungan karena di sini ada air panas alami yang bisa dibuat terapi. Makanya, kini air panas jadi destinasi wisata di sini," katanya.
Singkat cerita, rumah sakit itu berhenti beroperasi di
tahun 1960 dan seluruh pasien dipindahkan di lokasi baru, yakni di Semarang dan
Jepara. Baru akhirnya bangunan itu difungsikan sebagai kamp tahanan khusus
perempuan yang dianggap berafiliasi terhadap partai terlarang PKI. (ms)
0 komentar:
Posting Komentar