Penulis admin - September 18,
2017
MZ. Kayubi (tengah) di
antara para kader GP Ansor NU. Foto:
Warasmedia. Com– Mohammad Zainuddin Kayubi adalah pendiri
Banser (Barisan Ansor Serba-Guna) yang berada di bawah naungan Gerakan Pemuda
Ansor Nahdlatul Ulama (GP Ansor NU). Pegawai Urusan Agama Islam pada Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Blitar ini pernah aktif sebagai politisi Partai NU
di tahun 1950-an dan Sekretaris Pengurus Cabang NU Blitar.
Lahir di Desa Pengkol, Kecamatan Sumoroto, Kabupaten
Ponorogo, Jawa Timur, pada 1 Januari 1926. Ayahnya seorang petani biasa.
Kakeknya dari jalur ayah adalah seorang lurah yang disegani di kampungnya.
Sementara kakek dari jalur ibu pernah menjabat sebagai wedono. Sejak kecil
beliau mengenyam pendidikan di Sekolah Ongko Loro Brotonegaran hingga tamat di
kelas enam pada tahun 1941. Tidak semua anak desa bisa mencapai tingkatan itu.
Sebab pada jaman penjajahan Belanda pendidikan untuk anak pribumi sangat dibatasi.
Di wilayah kecamatan Sumoroto saja, hanya dua anak yang bisa tamat sampai kelas
enam Sekolah Ongko Loro – dan Kayubi adalah salah satunya.
Setelah itu Kayubi nyantri di Pesantren Waung, Baron,
Nganjuk. Enam tahun beliau menimba ilmu di pesantren asuhan Kiai Bonondo, pakde
atau pamannya sendiri. Selama di pesantren, beliau tidak jauh berbeda dengan
santri-santri yang lain – tidak ada keistimewaan untuk keponakan kiai.
Materi pelajaran kesukaannya di pesantren adalah ilmu
nahwu dan ilmu sharaf, dan beberapa ilmu lainnya. Di tahun-tahun terakhir
nyantri di pesantren, seperti halnya anak-anak santri di masa itu, Kayubi ingin
masuk bergabung ke Barisan Hizbullah. Barisan Hizbullah adalah sebuah laskar
rakyat yang dibentuk oleh Masyumi usai Proklamasi Kemerdekaan 1945. Namun orang
tuanya tidak mengizinkan. Tapi semangat beliau tetap menyala untuk masuk
berjuang ke gelanggang perang membela agama dan negara. Patriotismenya tidak
pernah pupus dalam hatinya.
Sepulang dari pesantren beliau langsung mendaftar ke
dalam Barisan Hizbullah di Ponorogo. Hingga sempat maju ke medan perang ketika
Belanda menggelar Agresi Militer pertama di bulan Juli 1947. Tak lama kemudian
dari Hizbullah, beliau bergabung ke dalam tentara reguler, bergabung ke TNI,
setelah adanya perintah peleburan seluruh dewan kelaskaran ke dalam wadah
tentara nasional di tahun 1947.
Ketika Pemberontakan FDR/PKI di Madiun terjadi pada tahun
1948, Kayubi ikut ke dalam kancah perjuangan menumpas aktor-aktor pemberontakan
dan pengkhianatan terhadap NKRI itu. Operasi militer beliau gelar dari Madiun
hingga ke Magetan dan Ponorogo. Demikian pula, ketika Agresi Militer II tentara
Belanda menyerang Republik Indonesia hingga masuk ke kota Madiun, Kayubi juga
ikut dalam perjuangan gerilya melawan pendudukan tentara asing itu.
Usai revolusi kemerdekaan, tahun 1952 Kayubi meninggalkan
dunia militer dan masuk ke dalam jajaran pegawai Departemen Agama. Awalnya
beliau bertugas di Kantor Urusan Agama (KUA) Jenangan, Ponorogo, mengurus
masalah-masalah pernikahan dan cerai. Pada tahun 1953 beliau pindah ke Blitar
bersama keluarganya, karena dipindah-tugaskan ke Bagian Urusan Agama Islam
(Urais) Kantor Departemen Agama Kabupaten Blitar.
Selain sibuk di kantor, Kayubi juga aktif di Kepanduan
Ansor NU dan juga di organisasi NU. Tidak lama kemudian beliau dipercaya
sebagai Ketua Pandu Ansor NU Kabupaten Blitar, merangkap Sekretaris PCNU Blitar
(1953-1955). Ketika Kwartir Nasional Pandu Ansor menggelar kegiatan perkemahan
Jambore Nasional di Jakarta pada tahun 1954, Kayubi memimpin satu rombongan
mengikuti acara itu di daerah Kemayoran.
Kayubi ikut Partai NU yang memisahkan diri dari Masyumi
dan aktif berkampanye dalam Pemilu 1955. Hasilnya, Partai NU menduduki posisi
ketiga secara nasional, dan mengantarkan Kayubi terpilih sebagai salah seorang
anggota DPRD Kotamadya Blitar dari unsur Partai NU. Setelah Dekrit Presiden di
bulan Juli 1959, beliau terpilih kembali sebagai anggota DPRD Kabupaten Blitar
dari unsur Partai NU hingga tahun 1968. Tahun 1968 terpilih sebagai salah
seorang anggota Badan Pemerintah Harian (BPH) Kabupaten Blitar dari unsur
Partai NU. Jabatan itu diembannya hingga tahun 1977.
Di masa-masa ketegangan NU-PKI di Jawa Timur di tahun
1964-1965, Mohammad Zainuddin Kayubi memainkan peranan penting. Pada tahun 1964
beliau terpilih sebagai Ketua Pengurus Cabang GP. Ansor Blitar. Diakui,
masa-masa memimpin Ansor merupakan masa yang sangat berat bagi beliau – apalagi
di daerah yang merupakan basis PKI. Waktu itu Ansor harus berhadapan dengan
pemuda-pemuda PKI dan BTI (Barisan Tani Indonesia).
Disahkannya Undang-undang Pokok Agraria tahun 1960 dan UU Bagi Hasil Pertanian tahun 1960 mendorong pemuda-pemuda PKI yang tergabung dalam BTI melakukan aksi-aksi sepihak menyerobot tanah-tanah masyarakat. Di Jawa Timur, tanah-tanah yang diserobot itu kebanyakan adalah tanah-tanah pesantren atau tanah milik kiai. Slogan BTI saat itu adalah “Serobot dulu, urusan belakangan”.
Akhirnya bentrokan pun tak terelakkan antara kalangan
Ansor dan BTI di desa-desa. Tak terkecuali di desa-desa sekitar Blitar, Kediri,
Tulungagung dan Trenggalek. Tanah-tanah kiai banyak dipatok semena-mena.
Bentrok fisik pun terjadi hampir setiap hari di beberapa tempat.
Usai revolusi kemerdekaan, tahun 1952 Kayubi meninggalkan
dunia militer dan masuk ke dalam jajaran pegawai Departemen Agama. Awalnya
beliau bertugas di Kantor Urusan Agama (KUA) Jenangan, Ponorogo, mengurus
masalah-masalah pernikahan dan cerai. Pada tahun 1953 beliau pindah ke Blitar
bersama keluarganya, karena dipindah-tugaskan ke Bagian Urusan Agama Islam
(Urais) Kantor Departemen Agama Kabupaten Blitar.
Selain sibuk di kantor, Kayubi juga aktif di Kepanduan
Ansor NU dan juga di organisasi NU. Tidak lama kemudian beliau dipercaya
sebagai Ketua Pandu Ansor NU Kabupaten Blitar, merangkap Sekretaris PCNU Blitar
(1953-1955). Ketika Kwartir Nasional Pandu Ansor menggelar kegiatan perkemahan
Jambore Nasional di Jakarta pada tahun 1954, Kayubi memimpin satu rombongan
mengikuti acara itu di daerah Kemayoran.
Kayubi ikut Partai NU yang memisahkan diri dari Masyumi
dan aktif berkampanye dalam Pemilu 1955. Hasilnya, Partai NU menduduki posisi
ketiga secara nasional, dan mengantarkan Kayubi terpilih sebagai salah seorang
anggota DPRD Kotamadya Blitar dari unsur Partai NU. Setelah Dekrit Presiden di
bulan Juli 1959, beliau terpilih kembali sebagai anggota DPRD Kabupaten Blitar
dari unsur Partai NU hingga tahun 1968. Tahun 1968 terpilih sebagai salah
seorang anggota Badan Pemerintah Harian (BPH) Kabupaten Blitar dari unsur
Partai NU. Jabatan itu diembannya hingga tahun 1977.
Di masa-masa ketegangan NU-PKI di Jawa Timur di tahun
1964-1965, Mohammad Zainuddin Kayubi memainkan peranan penting. Pada tahun 1964
beliau terpilih sebagai Ketua Pengurus Cabang GP. Ansor Blitar. Diakui,
masa-masa memimpin Ansor merupakan masa yang sangat berat bagi beliau – apalagi
di daerah yang merupakan basis PKI. Waktu itu Ansor harus berhadapan dengan
pemuda-pemuda PKI dan BTI (Barisan Tani Indonesia).
Disahkannya Undang-undang Pokok Agraria tahun 1960 dan UU
Bagi Hasil Pertanian tahun 1960 mendorong pemuda-pemuda PKI yang tergabung
dalam BTI melakukan aksi-aksi sepihak menyerobot tanah-tanah masyarakat. Di
Jawa Timur, tanah-tanah yang diserobot itu kebanyakan adalah tanah-tanah
pesantren atau tanah milik kiai. Slogan BTI saat itu adalah
“Serobot dulu, urusan belakangan”.
Akhirnya bentrokan pun tak terelakkan antara kalangan
Ansor dan BTI di desa-desa. Tak terkecuali di desa-desa sekitar Blitar, Kediri,
Tulungagung dan Trenggalek. Tanah-tanah kiai banyak dipatok semena-mena.
Bentrok fisik pun terjadi hampir setiap hari di beberapa tempat.
PKI, namun tidak demikian dalam urusan politik. Selama
menjadi anggota DPR-GR Kabupaten Blitar di tahun 1960-an, Kayubi berkawan akrab
dengan para politisi PKI. Salah seorang kawan akrabnya adalah Putmainah (kini
sudah berusia 84 tahun). Politisi perempuan dan anggota Fraksi-PKI di DPR-GR
Kabupaten Blitar ini jarang berbeda pendapat dengan Kayubi.
“Kami sering boncengan motor bersama pas masuk kantor. Pak Kayubi selalu menyapa saya dengan panggilan Mbak Yu,” tutur Putmainah, yang pernah ditahan 10 tahun oleh pemerintah Suharto karena keterlibatannya di PKI, saat ditemui di rumahnya di Desa Pakisrejo, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.
Putmainah adalah putri KH. Mansyur (tokoh Serikat Islam Merah Blitar
dan juga seorang penghafal al-Quran atau hafidz) dan juga cucu KH.
Abdurrahman
(mantan anggota pasukan Pangeran Diponegoro yang hijrah ke Jawa Timur). Itu
sebabnya Kayubi begitu hormat pada Ketua Gerwani Blitar ini. Menurut Putmainah,
setiap ada musyawarah membahas program kerja di DPRG-GR, antara dia dan Kayubi
hampir selalu menemukan suara bulat. Dengan kata lain, komunikasi di antara
mereka bisa berjalan mudah.
Dan itu bukan hanya di dalam gedung parlemen. Dalam
setiap agenda kerja turun ke bawah (turba), mereka selalu berjalan bersama untuk
mencari solusi bersama dalam menghadapi persoalan yang muncul di bawah antara
kader-kader kedua partai ini, seperti soal serobot tanah itu. Soalnya, bagi
Putmainah, PKI-NU sama-sama memiliki spirit yang kurang lebih sama dalam
menolak segala bentuk penjajahan dan penindasan satu manusia atas manusia
lainnya.
Atas prestasinya yang gemilang dalam merintis dan
membentuk Banser, pada tahun 1967 beliau mendapatkan penghargaan Bintang Satya
Lencana Gerakan dari Pimpinan Pusat GP. Ansor. Penghargaan ini hanya
dikhususkan untuk Kayubi, sang jenderal Banser ini. Pada tahun 1978 beliau
pensiun dari kantor Departemen Agama Blitar. Setahun kemudian beliau bersama
keluarga kembali ke tanah kelahirannya di Ponorogo.
Mohammad Zainuddin Kayubi wafat pada hari Rabu 2 Desember
1983 dalam usia 57 tahun dan dimakamkan di Makam Taman Arum Ponorogo.
Rujukan:
·
“MZ. Kayubi: Jenderal Banser yang Terlupakan”.
Majalah Aula (terbitan PWNU Jawa Timur), edisi April 2009.
·
Solichan Arif (wartawan Koran Sindo),
“Putmainah: Sekelumit Cerita tentang Hubungan PKI dengan NU”. Seputra
Indonesia, 30 September 2014.
·
http://news.okezone.com/read/2014/09/30/521/1046083/sekelumit-cerita-tentang-hubungan-pki-dengan-nu
(diakses 29 Juni 2015)
Penulis: Anonim
Sumber Tulisan: Tersebar viral di Grup-Grup WhatsApp
Judul Asli: SOAL G30S/PKI-TENTARA, MARI BELAJAR KE TOKOH BANSER ALMAGHFURLAH MOHAMMAD ZAINUDDIN KAYUBI (1926-1983)
Sumber Tulisan: Tersebar viral di Grup-Grup WhatsApp
Judul Asli: SOAL G30S/PKI-TENTARA, MARI BELAJAR KE TOKOH BANSER ALMAGHFURLAH MOHAMMAD ZAINUDDIN KAYUBI (1926-1983)
0 komentar:
Posting Komentar