Oleh: Roy Murtadho
ilustrasi: doc. Tribrata
Sampai hari ini semua program pengentasan kemiskinan yang digarap banyak aktivis yang mendapatkan dana besar dari program negara yang didapat dari Bank Dunia, tak kunjung bisa/terbukti bisa membantu mereka. Program pengentasan kemiskinan selama ini hanya mengentaskan kemiskinan pendampingnya. bukan yang didampingi. Karena buktinya sebagian besar masyarakat masih tetap miskin atau malah tambah miskin. (kita bisa berdebat teori dan data soal ini, tapi tidak untuk status ini).
Saya, istri, anak-anak, terenyuh dan sedih sekali dengan kondisi ini. bagaimana bisa saya hidup tenang di tengah lingkungan yang penuh dengan kemalangan dan ketidakberdayaan. Beberapa tetangga saya tiap minggu datang ke rumah untuk mengambil minyak goreng sisa-sia istri saya menggoreng untuk dipakai kembali oleh mereka, karena saking tidak berdayanya. Ada juga yang maag kronis karena tidak bisa makan secara rutin karena tiada yang bisa dipakai makan.
Ternyata pagi ini saya dikagetkan dengan viralnya statemen beberapa tokoh agama yang menganggap para petani, dan buruh-buruh, sebagai ateis dan tanda kebangkitan komunis hanya karena ada aktivis yang memakai lambang palu arit di acara May Day, atau hanya karena ada diskursus pembebasan yang tengah mengemuka, hanya karena ada Simposium 65 yang diinisiasi oleh negara dan hanya-hanya yang lainnya.
Bahkan di salah satu meme yang beredar ada beberapa tokoh ormas moderat yang saya anggap welas asih, karena seringnya mendemonstrasikan Islam ramah dan Islam yang menjadi jalan selamat. tapi kenapa belakangan ikut-ikutan menjadi penyebar teror. Menuduh perjuangan para petani sebagai PKI. Bukankah Islam menganjurkan agar bisa membantu mereka yang tidak berdaya? bahkan, kalau tidak bisa membantu jangan melukai mereka. Inikan ajaran Islam itu yang saya pahami dari para guru, kiai, dan ayah saya? apakah ini sudah keliru semua? dan semua tahu, semua program-program pengentasan kemiskinan yang selama ini kita agung-agungkan tidak terbukti mengentaskan apa-apa.
Mari kita, saudara sesama muslim, bicara terbuka dan berani mengajukan kritik pada diri sendiri. bahwa kita belum banyak menyumbang perubahan. Mari kita bergotong royong, bahu membahu untuk menyelesaikannya. Ini bukan ajang untuk saling pamer siapa yang paling paham teori sosial tertentu dan paling saleh Islam nya. tidak. Soal ini biar Allah saja yang menjadi saksinya. Kalau tak ingin Komunis itu yang membela umat, kenapa kita tak buru-buru mengulurkan tangan kita untuk saudara-saudara kita? ini hanya soal komitmen dan kejujuran hati saja. Atau kalau saya boleh bertanya: sesungguhnya ada project apa dibalik ini semua? kalau tidak ada project dan tidak ada ajang penyelamatan/pencarian posisi/jabatan. kemudian apa yang dipersoalkan? kenapa semua jadi meradang. Mari kita uji bersama komitmen toleransi dan welas asih kita, dihadapan air mata umat yang kita belum bisa membantunya.
Saya sedang mengajak teman-teman santri mengumpulkan cerita-cerita perjuangan kiai-kiai membela kaum papa, saudara seiman kita, yang insyallah akan kita terbitkan menjadi buku saku yang nanti bisa menjadi bahan cerita di TPQ-TPQ dan Madrasah-Madrasah Diniyah di desa-desa. Agar generasi Islam kita tak kehilangan cerita dan teladan perjuangan pada rakyat dan kaum papa. Minimal mereka tahu bahwa guru-guru mereka, kiai-kiai di kampung-kampung jaman dahulu adalah pengamal tarekat yang gigih dan hidup bersama umatnya. dan juga agar kita ini tidak gampang marah dan takut dengan rakyat. Bukankah tiap gerakan rakyat--yang baik--, perjuangan menegakkan keadilan merupakan ajaran islam itu sendiri?
Saya tak tahu harus mengadu ke siapa lagi. tapi yang jelas, bagi saya. Entah bagi anda. sekali lagi bagi saya: "Islam tidak hanya bersolidaritas pada yang sudah mati saja. Tapi juga bersolidaritas pada yang masih hidup, yang menanggung derita."
Semoga Allah melapangkan hati kita, membimbing jiwa kita, menjadi manusia welas asih dan tidak berdaya melihat saudaranya yang tidak berdaya, dan ingin menanggungnya bersama. dan semoga Allah menghukum kita, termasuk saya sendiri, jika ingkar pada ajaran-ajaranya. Di hadapan peradilan agung kelak nanti di akhirat semuanya akan dipertanggungjawabkan.
Demi Allah saya tak ingin menyinggung siapa-siapa. tapi temanilah saudara-saudara kita. Sebagaimana Nabi dulu, yang hidupnya tak jauh beda dengan umatnya. Shollu alannabi Muhammad....
https://www.facebook.com/roy.murtadho/posts/1009558429079901
0 komentar:
Posting Komentar