Daunjati jurnalistik on Rabu, 18 Mei 2016 | 08.05.00
Sejumlah mahasiswa dari ISBI Bandung & BEM di luar ISBI Bandung yang terhimpun dalam kegiatan Panggung Seni untuk Demokrasi
sedang menyanyikan lagu Indonesia Raya di depan halaman parkir ISBI Bandung (18/05)
Foto: Dokumentasi BEM ISBI Bandung
Bandung, Daunjati (18/05) Setelah aksi
penyerudukan kampus ISBI Bandung terkait Sekolah Marx yang digelar LPM Daunjati
ISBI Bandung oleh masa Front Pembela Islam pada tanggal 10 Mei lalu, Mahasiswa ISBI
Bandung dan sejumlah elemen masyarakat menggelar aksi simpatik dengan tajuk “Panggung
Seni untuk Demokrasi”. Sebelumnya dijadwalkan ormas FPI kembali mendatangi ISBI
Bandung untuk membubarkan materi terakhir dengan tajuk “Penciptaan Teater Berdasarkan
Pemikiran Karl Marx” dengan pembicara Benny Yohanes.
Sejumlah mahasiswa
dari Universitas Bandung Raya, Universitas Langlangbuana, UIN Bandung, STT
Tekstil, Sekolah Tinggi Ilmu Musik Bandung, LPKIA dan UNJANI juga mengikuti
acara tersebut. Acara seni digelar sejak pukul 9 pagi hingga 4 sore berisi
pernyataan sikap mahasiswa, pembacaan puisi, monolog, musik dan sumpah mahasiswa Indonesia.
Sejak pukul 8 pagi
sejumlah anggota ormas mulai menyatroni kampus di sekitaran jalan Buah Batu dan
Jalan Cijagra. Nampak pula beberapa anggota kepolisian. Pada pukul 12 siang, puluhan
anggota ormas terlihat berkumpul di halaman
polsek Lengkong yang hanya berjarak kurang lebih 100 meter dari kampus ISBI
Bandung. Merespon kejadian tersebut di
gerbang utama kampus.
Selain digelar di
dalam gedung Patanjala acara kesenian digelar di parkiran gedung Sunan Ambu. Sejumlah
mahasiswa berorasi menyatakan penolakan dan menyanyikan lagu halo-halo bandung
disusul dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya di depan tiang bendera.
Hingga pukul 2 siang,
massa Ormas yang berkumpul mulai
meninggalkan polsek lengkong menaiki mobil bak terbuka, di depan kampus
beberapa di antara mereka mengacungkan jari tengah. Mereka pergi ke arah timur
jalan Buah Batu menuju komplek Batununggal.
Foto: Dokumentasi BEM ISBI Bandung |
Materi terakhir
Sekolah Marx sendiri batal digelar, pemateri sekaligus Wakil Rektor 1 bagian
kemahasiswaan dan akademik menolak melanjutkan kelas dengan alasan kondisi yang tidak kondusif,
sambil tetap membenarkan niatan baik mahasiswa dia juga menyayangkan sejumlah
pihak eksternal yang mengkreasi keadaan sedemikian rupa. Dia berjanji akan
membuat pernyataan tertulis yang akan diserahkan pada pihak birokrat,
kepolisian dan FPI.
Ketua LPM Daunjati Mohamad
Chandra Irfan menyatakan kekecewaannya terhadap Benny Yohanes, terutama karena
berbagai elemen masyarakat yang mendukung untuk melanjutkan kelas tersebut.
Bagi Chandra melanjutkan kegiatan kelas adalah penanda penting untuk kemenangan
Demokrasi. Semalam sebelumnya hingga tengah malam Chandra, Gunara (Presiden BEM
ISBI Bandung) dan Benjon saling bersilang pendapat tentang pelaksanaan “Panggung
Seni untuk Demokrasi”, awalnya rektorat tidak mengijinkan adanya mobilisasi
massa, tapi mahasiswa tetap bersikukuh.
Benny Yohanes juga menyatakan
Pemikiran Karl Marx tentang Teater akan diintegrasikan dalam mata kuliah formal
“Estetika Seni”. Mohamad Chandra Irfan berharap pemikiran Karl Marx tentang
penciptaan teater bisa tetap diakses oleh masyarakat luas karena pemikiran Marx
telah menginspirasi lahirnya gagasan-gagasan teater revolusioner yang
menginspirasi untuk kehidupan faktual seperti yang telah dilakukan oleh Bertold
Brecht, Augusto Boal, dan bahkan Arifin C Noer, pungkasnya.
0 komentar:
Posting Komentar