Foto: Rahung Nasution
YOGYAKARTA-Polisi bekerjasama dengan FKPPI menyerang pemutaran film "Pulau Buru Tanah Air Beta" yg diselenggarakan oleh Aji Yogyakarta. Pemutaran film tersebut diselenggarakan kemarin Selasa, 3 Mei 2016 dalam rangka Hari Kebebasan Pers Sedunia.
Beberapa minggu ini terjadi berturut2 upaya penyerangan dan intimidasi. Sebelumnya saat diskusi Simposium 65 yg diselenggarakan MAP Corner kemudian pemutaran film "Pulau Buru..." yg diselenggarakan oleh Dema Justicia UGM.
Dalam waktu ke waktu kita akan dengar pernyataan seperti yg dilontarkan President Jokowi atau Kapolda DIY, bahwa kelompok intoleran harus ditindak tegas.
Namun pentungan, intimidasi dan represi terus menunjukan kebohongan pernyataan mereka. Penyerangan yg dilakukan Polisi bekerjasama dengan FKPPI adalah bukti kesekian kali hubungan erat antara aparat dengan kelompok2 reaksioner. Mereka saling bekerjasama dan melindungi satu sama lain.
Negara borjuis ini akan terus memelihara kelompok2 reaksioner untuk menggardai penindasan yg mereka lakukan. Untuk mempertahankan kekuasaan, jabatan dan kepentingan mereka.
Percaya menyelesaikan persoalan kekerasan dan penyerangan terhadap ruang demokrasi dengan menyerahkannya pada aparat atau elit2 politik semakin nyata di depan semua orang sebagai sesuatu yang absurd. Seperti menitipkan dendeng pada anjing.
Dibandingkan setengah, satu atau dua tahun lalu memang terdapat kemajuan dalam gerakan pro demokrasi, walau masih minoritas.
Beberapa mulai mempelopori strategi "solidaritas, mobilisasi dan lawan" terhadap setiap upaya penyerangan ruang demokrasi. Menolak tunduk dan membubarkan diri. Kepeloporan yg coba dibangun dalam aliansi Solidaritas Perjuangan Demokrasi (SPD).
Tentunya masih terdapat keraguan dibanyak gerakan pro demokrasi. Ini menjadi problem bagi gerakan pro demokrasi. Yg mengakibatkan belum adanya kesatuan dalam mobilisasi massa menjaga ruang demokrasi dan melawan kelompok reaksioner.
Sementara kelompok2 reaksioner dengan berbagai kecenderungannya bisa bersatu dalam satu mobilisasi menyerang ruang demokrasi.
Situasi ini membutuhkan kepeloporan dari gerakan pro demokrasi. Kepeloporan dan kekonsistenan dalam mempertahankan demokrasi. Dalam praktek melawan kelompok reaksioner maupun dlm teori; perdebatan utk meyakinkan strategi "solidaritas, mobilisasi dan lawan" serta prinsip dan nilai2nya.
Semua taktik dan agenda perlawanan berbagai kelompok pro demokrasi terhadap kelompok reaksioner harus diletakan tersubordinasi terhadap strategi dan prinsip serta nilai tersebut. Bukan krn kita tidak demokratis atau otoriter. Kebutuhan besar ini muncul justru karena disatu sisi kekuatan reaksioner yg terorganisir dengan baik dan disisi yg lain kekuatan pro demokrasi yg masih terpecah2 dlm melawan kelompok reaksioner.
Lagipula demokrasi kita bukan demokrasi liberal yg bebas semau elu gue ngapain aje. Demokrasi kita adalah kesatupaduan dan bahu membahu antara kelas buruh dan rakyat tertindas dalam satu perjuangan mempertahankan demokrasi. Ya kita memang tidak pny waktu utk demokrasi narsisme semau elu gue.
Namun sebuah aliansi saja belumlah cukup untuk menghadapi serangan kelompok fasis, rasis dan reaksioner. Gerakan buruh dan pro demokrasi membutuhkan unit2 pertahanan dirinya sendiri, kita membutuhkan laskar2/ garda2 pro demokrasi.
Dalam tiga kali kesempatan di MAP, FH UGM maupun AJI; individu2 ataupun berbagai organisasi berdatangan memberikan solidaritas.
Namun dihadapan kelompok reaksioner yg terlatih dan didukung oleh aparat negara, massa besar solidaritas yg tidak terlatih dan tidak terorganisir dapat dipukul mundur. Oleh karena itu kita butuh barisan pelopor, kita butuh laskar2 pro demokrasi yg terlatih dan terorganisir.
Kelompok fasis, rasis dan reaksioner akan terus menerus menggerogoti demokrasi. Walau mereka belum mampu menutup sepenuhnya ruang demokrasi namun mereka memperkuat terus serangan. Hal ini bisa semakin membuat mereka yg pro demokrasi menjadi kecewa dan terdemoralisasi.
Jika saat ini juga kita tidak mempersiapkan diri, melatih diri dan mengorganisir diri. Memanfaatkan setiap ruang terbuka maupun tertutup untuk melancarkan perlawanan. maka tidak akan ada lagi demokrasi bagi kelas buruh dan rakyat kedepannya.
https://www.facebook.com/kpoprp.yogyakarta/posts/976149209142495
0 komentar:
Posting Komentar