Sabtu, 21 Mei 2016 14:38
Laporan Reporter Tribun Jogja, Septiandri Mandariana
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Menonton film dibubarkan, berbagai diskusi dibubarkan merupakan beberapa hal yang terjadi di lingkungan masyarakat akhir-akhir ini.
Tidak hanya di lingkungan masyarakat, beberapa kejadian pembubaran pun terjadi di lingkungan kampus sebagai ruang untuk berekspresi dan mengasah intelektual.
Dari beberapa kasus yang terjadi belakang ini membuat berbagai kalangan resah, terutama kalangan yang berada di dalam kampus, yaitu mahasiswa dan dosen sekalipun.
Kebebasan berpikir dan berpendapat di dalam kampus yang seharusnya didapat merasa terancam akan kejadian dan kasus yang terjadi belakangan ini.
Beberapa dosen, mahasiwa dan beberapa kalangan masyarakat menolak keras akan kejadian tersebut dan mengecamnya.
Mereka bergabung dengan satu tujuan untuk melawan penindasan, penekanan, bahkan pemenjaraan kebebasan berpikir yang dilakukan oleh berbagai pihak dan menyatukan diri mereka dalam Forum Intelektual Progresif.
tribunjogja/septiandrimanadariana
Forum Intelektual Progresif menyatakan sikapnya, Sabtu (21/5/2016) siang di Selasar Fisipol UGM | TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Menonton film dibubarkan, berbagai diskusi dibubarkan merupakan beberapa hal yang terjadi di lingkungan masyarakat akhir-akhir ini.
Tidak hanya di lingkungan masyarakat, beberapa kejadian pembubaran pun terjadi di lingkungan kampus sebagai ruang untuk berekspresi dan mengasah intelektual.
Dari beberapa kasus yang terjadi belakang ini membuat berbagai kalangan resah, terutama kalangan yang berada di dalam kampus, yaitu mahasiswa dan dosen sekalipun.
Kebebasan berpikir dan berpendapat di dalam kampus yang seharusnya didapat merasa terancam akan kejadian dan kasus yang terjadi belakangan ini.
Beberapa dosen, mahasiwa dan beberapa kalangan masyarakat menolak keras akan kejadian tersebut dan mengecamnya.
Mereka bergabung dengan satu tujuan untuk melawan penindasan, penekanan, bahkan pemenjaraan kebebasan berpikir yang dilakukan oleh berbagai pihak dan menyatukan diri mereka dalam Forum Intelektual Progresif.
Forum tersebut diprakarsai oleh beberapa dosen yang berasal
dari kampus yang ada di Yogyakarta, di antaranya dari Universitas Gadjah
Mada, UIN Sunan Kalijaga, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa dan
lainnya.
Dalam forum tersebut mereka mendeklarasikan beberapa hal untuk melawan kejadian yang terjadi baru-baru ini yang mengancam kebebasan akademik yang dilakukan segelintir orang.
"Kampus semestinya tetap memiliki hak menjalankan kegiatan pendidikan dalam cara apa saja. Setidaknya semua pihak mesti menghormati kebebasan akademik yang sudah menjadi dasar kehidupan kampus sehari-hari.
Tanpa landasan itu maka kampus akan kehilangan kekuatannya baik sebagai lingkungan pendidikan maupun jaminan bagi hidupnya berbagai gagasan kritis," tegas Forum Intelektual Progresif yang dipimpin oleh Dr Arie Sujito, salah satu dosen UGM dalam deklarasinya, Sabtu (21/5/2016) siang di Selasar Fisipol UGM.
Selain itu, mereka pun menyatakan sikap bahwa kampus harus tetap memiliki hak bahkan keharusan untuk kritis pada berbagai persoalan yang terjadi.
Sikap kritis dalam kegiatan diskusi, kegiatan pers mahasiswa hingga kegiatan kuliah. Melalui budaya kritis itulah kampus dalam sejarahnya mengubah jalannya kehidupam berbangsa dari tradisi otoriter menjadi demokratis.
Mereka pun menyatakan bahwa kampus sebaiknya disterilkan dan dilindungi dari kegiatan yang mengarah pada kekerasan, penganiayaan bahkan pembubaran kegiatan akademik.
Dalam sikapnya, selamanya kampus adalah lingkungan di mana kekerasan, intimidasi apalagi penganiayaan tidak diperkenankan untuk diperagakan.
Dalam forum tersebut mereka mendeklarasikan beberapa hal untuk melawan kejadian yang terjadi baru-baru ini yang mengancam kebebasan akademik yang dilakukan segelintir orang.
"Kampus semestinya tetap memiliki hak menjalankan kegiatan pendidikan dalam cara apa saja. Setidaknya semua pihak mesti menghormati kebebasan akademik yang sudah menjadi dasar kehidupan kampus sehari-hari.
Tanpa landasan itu maka kampus akan kehilangan kekuatannya baik sebagai lingkungan pendidikan maupun jaminan bagi hidupnya berbagai gagasan kritis," tegas Forum Intelektual Progresif yang dipimpin oleh Dr Arie Sujito, salah satu dosen UGM dalam deklarasinya, Sabtu (21/5/2016) siang di Selasar Fisipol UGM.
Selain itu, mereka pun menyatakan sikap bahwa kampus harus tetap memiliki hak bahkan keharusan untuk kritis pada berbagai persoalan yang terjadi.
Sikap kritis dalam kegiatan diskusi, kegiatan pers mahasiswa hingga kegiatan kuliah. Melalui budaya kritis itulah kampus dalam sejarahnya mengubah jalannya kehidupam berbangsa dari tradisi otoriter menjadi demokratis.
Mereka pun menyatakan bahwa kampus sebaiknya disterilkan dan dilindungi dari kegiatan yang mengarah pada kekerasan, penganiayaan bahkan pembubaran kegiatan akademik.
Dalam sikapnya, selamanya kampus adalah lingkungan di mana kekerasan, intimidasi apalagi penganiayaan tidak diperkenankan untuk diperagakan.
"Kampus semestinya membuka diri pada gagasan, inisiatif bahkan pandangan
berbeda. Karena kampus bukan tempat di mana indoktrinisasi dan
keyakinan dogmatik diajarkan. Maka selayaknya kampus membuka diri pada
serangkaian ide-ide kritis yang bisa membuat mahasiswa memahami masa
lalu dan percaya dalam menatap masa depan," lanjut dalam sikapnya. (tribunjogja.com)
0 komentar:
Posting Komentar