3 Juni 2016
FACEBOOK
Suara-suara
penolakan terhadap paham komunisme menguat dalam beberapa pekan
terakhir, namun tampaknya perhatian netizen sedikit teralihkan karena
sebuah gambar dianggap ganjil, yaitu foto spanduk bertulis 'Liberal =
PKI', yang ramai tersebar di jejaring media sosial.
Banyak pengguna yang heran mengapa paham liberalisme dan komunisme (Partai Komunis Indonesia), yang bertentangan, justru disamakan.
"Semakin lucu aja mereka! Ya ampun! Benar-benar mereka telah mensosialisasikan kebodohannya sendiri," begitu tulis lama Facebook, KataKita. "Lenin bisa bangkit dari kubur kalau lihat foto ini," kata pengguna lain.
"People fear what they don't understand," simpul pengguna dengan akun Khandar William.
Namun, lainnya merespons santai, "meluruskan kesalahpahaman, maksud dari PKI di sini adalah Partai Kapitalis Indonesia sama dengan Liberal. Mohon jangan pada emosi dulu, mending kita ketawa bahagia."
Berniat mengetahui alasan sebenarnya di balik spanduk itu, BBC Indonesia datang mengunjungi unjuk rasa yang diadakan Front Pembela Islam, FKPPI, Pemuda Pancasila, Forum Umat Islam, di Jakarta, Jumat (03/06).
Kurang paham
Aksi 'apel siaga nasional' ini digelar sebagai bagian dari simposium dua hari bertema 'Mengamankan Pancasila dari Ancaman Kebangkitan PKI & Ideologi Lain' yang merupakan tandingan dari simposium resmi pemerintah mengenai Tragedi 1965 - yang diperkirakan menewaskan 500 ribu orang.Sebagian besar massa mengenakan baju putih dan sebuah spanduk besar tuliskan "Liberalisme adalah PKI" dipampang dalam aksi itu.
Lalu apa maksudnya?
"Saya kurang paham, tanya yang lainnya aja dah takut salah," kata satu pengunjuk rasa. "Kurang tahu, tanya yang depan aja," kata yang lain.
Kami cukup kesulitan untuk mendapat jawaban, sebelum akhirnya satu peserta aksi menjawab, "liberalisme diartikan dengan bebas sesuai pikirkannya, sedangkan PKI itu pemahaman yang tidak mengakhui adanya Tuhan. Jadi sama-sama musuh besar agama Islam."
Lainnya mengatakan, "Liberal kan menghalalkan segala cara, lebih-lebih sekarang di Indonesia liberalisme (ada) di (bidang) ekonomi dan agama. Lebih-lebih di agama, ruang-ruang kesesatan diperbolehkan, apa bedanya dengan komunis?"
Dengan lebih gamblang, tulisan spanduk besar dalam aksi menunjukan pola pikir bahwa komunis dan liberal dianggap sama karena sama-sama "menolak hukum agama."
Apakah ini kesimpulan yang valid? Sejumlah orang tak berpikir demikian. "Pesan pendidikan bagi anak-anak kita; belajar lah yang baik dan tekun," kata pengguna Twitter, Morgue Vanguard, melalui @lord_kobra.
Jumat sore itu, dari Masjid Istiqlal, massa bergerak menuju Monas dan melakukan apel di sana sebelum kemudian berjalan menuju arah Istana Negara.
Aksi gabungan ini seolah jadi puncak meluasnya penolakan berbagai pihak atas upaya pemerintah menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi setelah 1965.
Di depan Istana Negara, di atas mobil terbuka, tampak pemimpin FPI Rizieq Shihab dan ketua panitia pengarah simposium Pancasila, Letjen (Purn) TNI Kiki Syahnakri menyampaikan orasi.
Simposium bertema mengamankan Pancasila, yang digelar sebagai "tandingan" atas simposium Tragedi 65 yang digelar oleh pemerintah pada April 2016 lalu, ditutup pada Kamis (2/6) dengan sembilan poin rekomendasi, salah satunya adalah menuntut agar PKI "minta maaf pada rakyat Indonesia dan negara".
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/06/160603_trensosial_demo_antipki?ocid=socialflow_facebook
0 komentar:
Posting Komentar