Minggu, 04 Oktober 2015 | 21:05 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Intelektual muda Nadhlatul Ulama, Syafiq Hasyim meminta kepada seluruh warga NU dan rakyat Indonesia tidak mempolitisasi peristiwa Gerakan 30 September atau G30S. "Jangan dijadikan objek politik. Peristiwa itu dilihat dari kemanusiaan," kata Syafiq saat dihubungi Tempo, Ahad, 4 Oktober 2015.
Nadhlatul Ulama, kata Syafiq, hingga saat ini masih berpatokan pada sikap Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang sempat melontarkan permintaan maaf pada korban kekerasan pascaperistiwa G30S. "Hingga saat ini, belum ada elit NU yang membatalkan pernyataan Gus Dur," ujar dia. Karena itu, menurut Syafiq, pernyataan Gus Dur masih menjadi sikap NU hingga sekarang.
Syafiq menuturkan, memang terdapat perbedaan cara pandang soal G30S di antara elit NU. Ada yang bersikap reprogresif, alias menolak meminta maaf dengan pertimbangan perasaan keluarga korban pembantaian yang berasal dari NU.
"Ada yang progresif, seperti Gus Dur. Melihat masa depan, peristiwa masa lalu dilupakan, yg dirugikan akibat peristiwa itu, ya, minta maaf," kata Syafiq.
Nadhlatul Ulama, kata Syafiq, hingga saat ini masih berpatokan pada sikap Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang sempat melontarkan permintaan maaf pada korban kekerasan pascaperistiwa G30S. "Hingga saat ini, belum ada elit NU yang membatalkan pernyataan Gus Dur," ujar dia. Karena itu, menurut Syafiq, pernyataan Gus Dur masih menjadi sikap NU hingga sekarang.
Syafiq menuturkan, memang terdapat perbedaan cara pandang soal G30S di antara elit NU. Ada yang bersikap reprogresif, alias menolak meminta maaf dengan pertimbangan perasaan keluarga korban pembantaian yang berasal dari NU.
"Ada yang progresif, seperti Gus Dur. Melihat masa depan, peristiwa masa lalu dilupakan, yg dirugikan akibat peristiwa itu, ya, minta maaf," kata Syafiq.
Pernyataan Gus Dur meminta maaf pada korban G30S terlontar pada 1999 lalu, saat bertemu dengan Pramoedya Ananta Toer, penulis besar yang pernah menjadi tahanan politik G30S. Peristiwa tersebut kembali diceritakan asisten pribadi Gus Dur, Sastro Al Ngatawi, dalam sebuah diskusi buku di Jakarta.
Dalam pertemuan itu, Pram berujar, "kita ini sudah dekat kok tapi kok orang di luar masih ribut."
"Ya sudah," kata Gusdur, "Saya minta maaf dan kamu juga minta maaf."
Pram menjawab, "Kalau saya dengan Gus Dur enggak ada masalah. Tapi yang di luar itu perlu dijelaskan."
Lalu Pram melanjutkan, "Apa komentar tadi tentang permintaan maaf itu sebagai Gus Dur secara pribadi atau PBNU atau bagaimana?"
Gus Dur menjawab, "Ya sudah, kalau enggak mau repot anggap saja itu sebagai komentar dari PBNU."
INDRI MAULIDAR
0 komentar:
Posting Komentar