YPKP 65-66 Kebumen
WeBlog Dokumentatif Terkait Genosida 1965-66 Indonesia
Home
Berita
Nasional
Daerah
Hukum
Politik
Artikel
Opini
Interview
Editorial
Galeri
Photo
Video
Uncategorized
Minggu, 18 Oktober 2015
Kesaksian Elite PKI tentang Sepak Terjang Aidit
05.10
Anti Orba
,
IPT65
,
Kliping #65
,
News
,
Sejarah
,
Tragedi
No comments
Hasan Kurniawan
| Minggu, 18 Oktober 2015 − 05:05 WIB
Ketua CC PKI DN Aidit (foto:Istimewa/Hasan)
PENGAKUAN mengejutkan para elite Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam sidang Mahmilub tentang sepak terjang Ketua Comite Central (CC) PKI Dipo Nusantara Aidit dalam Gerakan 30 September (G30S) 1965 membuka tabir baru.
Berbeda dengan versi resmi Pemerintah Orde Baru Soeharto yang menyebutkan seluruh anggota dan simpatisan PKI terlibat langsung dalam gerakan itu, dalam pengakuan para elitenya, PKI sama sekali tidak disebut-sebut terlibat di dalamnya.
Seperti diungkapkan Dewan Harian Politbiro PKI Sudisman, satu-satunya elite PKI yang berhasil selamat dari pembantaian massal yang dilakukan Angkatan Dasar (AD) terhadap jutaan anggota dan simpatisan PKI.
Dalam pembelaannya yang dinamakannya sebagai Uraian Tanggungdjawab, Sudisman menyebut PKI sebagai partai politik tidak pernah dilibatkan dalam gerakan intern Angkatan Darat (AD) yang dipimpin oleh Untung dan Supardjo itu.
"(Aidit) tidak pernah mengemukakan PKI mau mengadakan operasi militer, dan Kawan Aidit juga tidak pernah mengemukakan PKI mau mencetuskan revolusi saat itu," kata Sudisman.
Dikatakannya, pemrakarsa dan pengorganisasi utama gerakan itu adalah para perwira progresif revolusioner yang ingin menggagalkan rencana kudeta Dewan Jenderal yang di belakangnya terdapat perwira-perwira nonkomunis dan komunis.
Sedangkan Aidit dan dirinya, termasuk dari sedikit elite PKI yang mendukung gerakan itu karena menilai sayap kanan AD yang dinamakan Dewan Jenderal merupakan kekuatan terbesar yang menghalangi langkah-langkah politik PKI.
Dia melanjutkan, strategi elite PKI dalam mendukung gerakan itu, meski waktu itu dirasa tepat namun belakangan disesali karena dengan begitu PKI telah meninggalkan garis perjuangannya yang utama, yaitu memimpin massa rakyat.
Dalam sidang-sidang yang dilaksanakan Politbiro, Sudisman mengakui Aidit memegang peran kunci dalam keterlibatan para elite PKI dalam gerakan yang berhasil dipatahkan dalam beberapa hari saja itu.
Namun sayang, sebelum mengungkapkan rahasia gerakan itu, Aidit langsung ditembak mati oleh tentara yang menangkapnya tanpa diberikan kesempatan sedikitpun untuk membela diri dalam sidang Mahmilub seperti Sudisman.
Padahal dengan diseretnya Aidit ke sidang Mahmilub, informasi yang lebih lengkap tentang peristiwa yang menjadi misteri selama setengah abad itu akan menemukan sedikit titik terang.
Sudisman juga mengungkapkan, Aidit merupakan elite PKI utama yang menjalin hubungan dengan militer dalam gerakan itu dan menetapkan tindakan apa yang akan dilakukan sejumlah anggota PKI dalam mendukung G30S.
"(Aidit) menugaskan pengiriman beberapa tenaga ke daerah pada hari-hari menjelang meletusnya G30S dengan perintah, dengarkan pengumuman Radio Republik Indonesia (RRI) pusat dan sokong Dewan Revolusi," terang Sudisman lagi.
Asistant Professor Departemen Sejarah University of British Columbia, Vancouver, Kanada, John Roosa menilai apa yang disampaikan Sudisman dalam sidang itu tidak menjawab sepak terjang Aidit dalam G30S.
Sebaliknya, dia melihat sepak terjang Aidit dalam gerakan itu justru terlihat dalam pengakuan Sjam Kamaruzzaman dalam Mahmilub yang menurut sejumlah ilmuan disebut-sebut sebagai otak dari G30S.
Sebelum beranjak lebih jauh tentang keterangan Sjam, sedikit diuraikan pengakuan dr Subandrio dalam bukunya yang berjudul Yang Saya Alami Peristiwa G30S. Keterangan Subandrio penting disimak, terutama menyangkut sakitnya Presiden Soekarno.
Menurut Subandrio, peristiwa sakitnya Soekarno pada awal Agustus 1965 merupakan peristiwa penting. Sebab sakitnya Soekarno, menurutnya karena aktivitas Soekarno pada malam-malam sebelumnya melakukan kunjungan ke pasar-pasar di Jakarta.
Akibat terlalu sering keluar malam itu, Soekarno yang keletihan jatuh sakit. Informasi yang beredar, Soekarno sakit keras. Padahal, saat itu dia hanya kelelahan dan masuk angin.
Saat Soekarno sakit, DN Aidit sedang berada di luar negeri melakukan kunjungan kenegaraan di China. Khawatir terjadi sesuatu dengan Soekarno dan pimpinan pemerintahan, dia lalu kembali ke Indonesia bersama dokter dari China.
Hasil pemeriksaan dokter yang dibawa Aidit juga sama dengan hasil diagnosa yang dilakukannya bersama Wakil Presiden II dr Leimena yang menyatakan Soekarno masuk angin. Menurut Subandrio, Aidit juga tahu Soekarno masuk angin.
Namun, seperti diungkapkan Soekarno dalam pidato pelengkap Nawaksara, G30S terjadi akibat pemimpin PKI yang keblinger. Dalam pidato itu, jelas yang dimaksud oleh Soekarno adalah Aidit.
Subandrio merupakan salah satu menteri yang diseret ke sidang Mahmilub dan dijatuhi hukuman mati, dan akhirnya dibebaskan. Masih menurut Subandrio, peristiwa sakitnya Soekarno ditanggapi berlebihan oleh Sjam dan PKI.
Sebagai Kepala Badan Pusat Intelijen, Subandrio mengetahui sepak terjang Sjam. Menurutnya, Sjam adalah agen ganda yang berada di PKI sekaligus AD. Menurut bisikan Sjam, AD akan mengambil alih pimpinan jika Soekarno meninggal.
Rupanya, bisikan Sjam itu termakan oleh Aidit. Padahal, dia tahu Soekarno sehat bugar dan hanya menderita masuk angin. Tetapi jiwa petualang Aidit menyebabkannya bermain-main dengan revolusi.
Dalam sidang Biro Khusus PKI, Sjam mengatakan Aidit memberikan perintah kepadanya untuk menunggu dipukul atau memukul lebih dahulu. Perintah itu disambut dengan membuat gerakan bersama Untung, Pono, Latif, Sujono, Sigit, dan Wahjudi.
Lebih jauh, Sjam mengaku yang memilih para perwira progresif revolusioner itu untuk melakukan G30S. Dari keterangan Sjam ini dapat diketahui sepak terjang Aidit dalam gerakan itu cukup jauh.
Untuk mengetahui lebih jauh sepak terjang Aidit dalam gerakan itu, dapat diungkap kesaksian elite PKI yang duduk di Politbiro, yaitu Iskandar Subekti, panitera dan arsiparis Politbiro.
Dalam paparannya, Subekti menyatakan PKI sebagai partai memberikan dukungan politik kepada G30S, namun menolak saat memberikan dukungan fisik. Hal itu katanya telah diputuskan dalam sidang Politbiro.
Menurutnya, sikap politik mendukung gerakan perwira progresif revolusioner adalah sikap yang wajar sebagai sesama kekuatan revolusioner yang menolak gerakan kontrarevolusioner sayap kanan AD.
"Sikap itu adalah sikap politik yang wajar dan biasa, berhubung dengan perkembangan situasi dan garis politik PKI yang mendukung Pemerintah Soekarno pada waktu itu," terang Subekti dalam catatannya, Jalan Pembebasan Rakyat Indonesia.
Kendati begitu, sama dengan Sudisman, Subekti menolak jika dikatakan G30S disebut sebagai ciptaan atau buatan PKI. Karena CC PKI tidak pernah membuat keputusan untuk melakukan operasi militer apalagi membuat revolusi.
"G30S bukan buatan atau ciptaan PKI maka seandainya ia merupakan gerakan dari PKI atau gerakan yang didalangi PKI, semestinya ia dibicarakan dan diputuskan oleh badan pimpinan partai yang tertinggi, yaitu Comite Central," sambungnya.
Dia melanjutkan pada kenyataannya, hal itu tidak pernah dibicarakan dalam CC PKI yang anggotanya berjumlah 85 orang. Bahkan ada anggota Politbiro atau calon anggota Politbiro yang tidak mengetahui sama sekali G30S.
"Manakala ada anggota CC atau Politbiro yang tersangkut dalam gerakan ini maka mayoritas dari mereka hanya merupakan pelaksana saja, bukan pemikir yang ikut memutuskan, membicarakan atau merencanakan gerakan ini," tegasnya.
Subekti mengungkap sepak terjang Aidit dengan Sjam yang melakukan pertemuan pada Agustus 1965 untuk membahas aksi militer melawan Dewan Jenderal dan meminta dukungan Politbiro.
Namun, Politbiro hanya memberikan dukungan secara politis, tanpa dukungan fisik. Aidit lalu melangkah lebih jauh dengan membentuk tim khusus yang anggotanya terdiri atas beberapa anggota Politbiro.
Dalam diskusi dengan tim khusus, Subekti yang berada di dalamnya mencatat, Aidit telah mengonsepkan daftar orang-orang yang akan menjadi anggota Dewan Revolusi dan disetujui oleh forum diskusi.
"Sejak semula, selagi masih dalam tingkat-tingkat pertama dalam pembicaraan antara DN Aidit dan Kamaruzaman (Sjam), telah diputuskan bahwa gerakan itu harus merupakan gerakan militer, tidak boleh terlihat sebagai gerakan dari PKI," jelasnya.
Subekti juga mengungkapkan tujuan dari gerakan itu adalah untuk membersihkan jenderal-jenderal Angkatan Darat yang antikomunis agar suasana politik yang memungkinkan PKI berkembang luas tidak mendapatkan kendali berarti.
Dalam setiap diskusi anggota tim khusus, anggota Politbiro PKI lainnya yang tidak termasuk di dalamnya tidak pernah diikut sertakan. Begitupun dengan hasilnya, mereka tidak pernah diberitahu.
Dengan demikian, tim yang dibentuk Aidit sebagai badan yang menggodok gerakan berdiri terpisah dari PKI sebagai partai politik meski tujuan dari tim itu untuk kelangsungan hidup politik PKI.
Dari beberapa diskusi yang aktif diikuti Subekti, tidak pernah terucap gagasan untuk mendemisionerkan Kabinet Soekarno. Saat RRI mengumumkan gagasan tersebut, semua anggota tim langsung tertuju kepada Aidit.
Dewan Revolusi yang dirumuskan tim khusus dimaksudkan untuk menekan Pemerintah Soekarno agar bergeser ke kiri, tidak untuk mengganti menteri-menteri kabinet yang ada. Dengan demikian, Aidit menunjukkan pertualangannya.
Pada dini hari 1 Oktober 1965, Menteri Panglima Angkatan Darat (Menpangad) Letnan Jenderal Ahmad Yani dan lima orang staf umumnya diculik dari rumah-rumah mereka oleh Gerakan 30 September.
Para penculik membunuh Yani dan dua jenderal lainnya saat proses penangkapan. Tiga jenderal lainnya dibunuh saat tiba di Lubang Buaya dan mayatnya dibuang ke dalam sumur tua.
Sementara Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama selamat dari upaya penculikan. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas terbunuh.
Demikian ulasan singkat Cerita Pagi ini diakhiri, semoga memberikan manfaat.
Sumber Tulisan
Pater Dale Scott, Amerika Serikat dan Penggulingan Soekarno 1965-1967, Vision 03, Cetakan Kedua September 2003.
John Roosa, Dalih Pembunuhan Massal, Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto, Hasta Mitra, Jakarta 2008.
Dr H Subandrio, Yang Saya Alami Peristiwa G30S, PT Bumi Intitama Sejahtera, Cetakan Pertama, Mei 2006.
H Maulwi SAelan, Kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa dari Revolusi 45 sampai Kudeta 66, VisiMedia, Cetakan Ketiga 2008.
Murad Aidit, Aidit Sang Legenda, PantaRei, Cetakan Pertama, September 2005.
(
san
)
http://daerah.sindonews.com/read/1053972/29/kesaksian-elite-pki-tentang-sepak-terjang-aidit-1445105212
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
0 komentar:
Posting Komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Social Profiles
Popular
Tags
Blog Archives
Mengenai Saya
YPKP 65 Kebumen
Lihat profil lengkapku
Entri Populer
Program Re-Ra (Rekonstruksi & Rasionalisasi) TNI Kabinet Hatta
25 Desember 2015 Sebelum diadakannya program “reorganisasi dan rasionalisasi” (Re-ra) oleh Perdana Menteri Hatta,...
Tragedi 1965 dan Peristiwa Madiun 1948
Oleh: Yunantyo Adi Pengantar Redaksi: Wacana rekonsiliasi dalam Simposium Nasional "Bedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan&quo...
Pembrontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun, 18 September 1948
18 September 2015 illustrasi: Gambar ini adalah kekerasan yang terjadi di Vietnam, yang penah dimanipulasi untuk melegitimasi k...
Siapakah Letkol Untung ?
Friday, December 12, 2014 S oeharto- U ntung: Hubungan spesial [jitunews] Siapakah Letkol U ntung dan apa hubunganya dengan peristi...
Siapakah Letkol Untung Itu ? Sejauh Mana Keterlibatannya dalam Gerakan G-30-S
Kamis, 22 April 2010 Letkol Untung [Foto : Kaskus ] Tahun 1960-an dunia diwarnai dengan ketegan...
Tjilik Riwut Tokoh Intelijen Pembubaran RIS di Kalimantan
June 19, 2017 Tjilik Riwut nomor tiga dari kanan tanpa topi / ist SHNet, PALANGKA RAYA – Tjilik Riwut, Gubernur Kalimantan Tengah, 1...
Sejarah Kelam G30S 1965 di Bali
Senin, 10 September 2018 | 10:30 WITA 1. Siswa SMP Sudah Ikut Berpolitik di GSNI atau IPPI Gerakan 30 September 1965 atau dike...
Max Lane: Pram Sejarawan Terbaik Indonesia
Tuesday, 25 December 2012 PENERJEMAH enam karya Pramoedya Ananta Toer asal Australia, Max Lane, menjadi dosen tamu selama lima perte...
"MESUJI BERDARAH " PEMBANTAYAN SADIS YANG MENEWAS KAN "SATU KAMPUNG" INI LAH KRONOLoGIS NYA..!!!
16 Nov 2011 illustrasi: Korban pembantaian politik di Filipina Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) memaparkan penyebabnya insiden pemba...
Pemerintah Bahas RUU Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
Kamis, 12 Maret 2020 RUU KKR sebagai payung hukum untuk menyelesaikan pelanggaran HAM berat pada masa lalu melalui jalur nonyudisial. ...
Diberdayakan oleh
Blogger
.
Categories
Kliping #65
Tragedi
Anti Orba
Sejarah
News
Article
Kliping
Impunity
Kisah
Militerism
IPT65
PKI
Genosida 65
Documentary
Sejarah #Gerwani
hoax ala orba
Persekusi
Mass-Graves
Press-Release
Statement
Kejahatan HAM
Komnas HAM
Stigma PKI
Internasional
Materi
Surat
Buku
G30S
Lekra
Film
Sastra
Interview
arsip rahasia
Pembantaian Massal
Kejakgung
YPKP 65
Kamisan
KontraS
Konspirasi
Pramoedya Ananta Toer
Pulau Buru
Jokowi
BTI
Bedjo Untung
Genosida Politik
Pemuda Rakyat
Genosida
Rekonsiliasi
CIA
PKI 1948
KKR
IPT'65
Amnesty International
Aceh
DN Aidit
Konflik Agraria
Plantungan
investigasi
Dialita
LBH
Tjakrabirawa
Menko Polhukam
Simposium
Orba Soeharto
PBB
Tokoh
Testimoni
Baperki
DKN
Purwodadi
Cilacap
Eksil
Kanigoro
Tan Malaka
Bali
Foto
Muhidin M Dahlan
Seni Rupa
Gusdurian
Moncongloe
Tumiso
Jeju
Musik
Pendidikan
SOBSI
HRWG
Hersri Setiawan
Koesalah S Toer
NTT
Oey Hay Djoen
Trikoyo Ramidjo
Genjer-genjer
Harsutejo
Holocaust
Kalimantan
Karl Marx
Memorialisasi
Soemarsono
Tapol Yogya
HAM
Hendra Gunawan
Heru Atmojo
Luweng
Mia Bustam
Putmu'inah
SKP-HAM
Sudarno
Arsip
Gandrung
Keppres 28/1975
Keppres 28/2975
LPSK
Lubang Buaya
Obituari
Sexual Violence
Sulami
Supersemar
Tapol
Tapol Bali
Wonogiri
Ahmad Tohari
Asset
Brebes
Haji Misbach
Insureksi
JC Princen
Jess Melvin
Munir
Museum
Operasi Trisula
Papua
Purbalingga
Purwokerto
Red Drive Proposal
Tapol Jakarta
Tapol Jawa Timur
Banten
Banyuwangi
Basoeki Abdullah
Blitar
CHTH
Demonisasi
English
JPIT
Kebumen
Klaten
Lengger
Magetan
Nasionalisasi
Nazi
Novel
Nyoto
Poncke Princen
Putu Oka Sukanta
Referensi
Sarbupri
Sei Ular
Svetlana
Tapol Ambarawa
Tapol Jawa Tengah
Tapol Kalimantan Timur
Teater
ipt 65
komune paris
Aris Panji
Biennale
Blitar Selatan
Cerpen
Communist Manifesto
Data Virtual
Digul
Gubernur Sutedja
Hilmar Farid
KSP
Kuli Kontrak
Kulo Kontrak
MK
Made Supriatma
Mark Curtis
Mars Nursmono
Mattew Woolgar
Nasakom
Nusakambangan
Nyai Ontosoroh
Oei Hiem Hwie
PGRI Non Vaksentral
PKI 1026
Perampasan Asset
Petrus
Riset
Semaun
Sragen
Sudisman
Sudjojono
TMP Kalibata
Tangerang
Tapol Gunung Kidul
Tapol Jawa Barat
Tapol Lampung
Tapol Palu
Tapol Purworejo
Tom Udall
Tritura
Umi Sardjono
Vanessa Hearman
emko Polhukam
enosida 65
Arsip Blog
►
2020
(31)
►
Maret
(4)
►
Februari
(22)
►
Januari
(5)
►
2019
(404)
►
Desember
(46)
►
November
(44)
►
Oktober
(64)
►
September
(34)
►
Agustus
(35)
►
Juli
(16)
►
Juni
(12)
►
Mei
(33)
►
April
(32)
►
Maret
(35)
►
Februari
(20)
►
Januari
(33)
►
2018
(628)
►
Desember
(27)
►
November
(26)
►
Oktober
(82)
►
September
(65)
►
Agustus
(32)
►
Juli
(39)
►
Juni
(78)
►
Mei
(53)
►
April
(60)
►
Maret
(50)
►
Februari
(76)
►
Januari
(40)
►
2017
(745)
►
Desember
(42)
►
November
(50)
►
Oktober
(153)
►
September
(179)
►
Agustus
(32)
►
Juli
(42)
►
Juni
(30)
►
Mei
(53)
►
April
(30)
►
Maret
(46)
►
Februari
(40)
►
Januari
(48)
►
2016
(1284)
►
Desember
(26)
►
November
(24)
►
Oktober
(85)
►
September
(83)
►
Agustus
(51)
►
Juli
(138)
►
Juni
(164)
►
Mei
(346)
►
April
(244)
►
Maret
(76)
►
Februari
(25)
►
Januari
(22)
▼
2015
(438)
►
Desember
(32)
►
November
(85)
▼
Oktober
(116)
Dialita Berjuang Mengais Lagu-Lagu Tapol 65
Korban Perempuan yang Selamat Bicara Soal Pembunuh...
Saksi Pembantaian PKI: Mereka Dibariskan dan Dibun...
Yang Terusir dari Tanah Air
11 Jasad diduga korban PKI ditemukan saat penggali...
Makam Dibongkar, Tulang Belulang Anggota PKI di Ba...
Bebas dan Panas! Menengok Diskusi Seputar Tragedi ...
Kuburan Massal Anggota PKI di Jembrana Bali Dibongkar
Isu Tragedi '65 di Tahun 2015: Dari Frankfurt ke U...
Kerap lihat kejadian aneh, alasan warga bongkar ma...
Ubud Writers Membuka Kotak Pandora Sastra Indonesia
Keterlibatan Jerman dalam kudeta militer 1965 di I...
Tak Ada Lagi Diskusi tentang 1965 di UWRF
Konferensi Nasional Pemulihan: “Memastikan Tanggun...
60 Penulis Kecam Pembatalan Isu 1965 di Ubud Write...
Konflik Vertikal dan Horizontal Terjadi Pada Kasus...
NEGARA WAJIB MENJAMIN RASA AMAN BAGI WARGA YANG BI...
Pemerintah Myanmar Terbukti Lakukan Genosida terha...
Genosida* 1965: Tragedi Kemanusiaan dan Serangan a...
Dualisme Jepang Terhadap Indonesia
Politik Bukan Alasan UWRF 2015 Angkat Isu 1965
Diskusi Isu 1965 Dibatalkan di Ubud Writers and Re...
Ubud Writers & Readers Festival Dilarang Bahas G30...
Pertumpahan darah orang Indonesia, Bagian 2
INDONESIA 1965: Pelajaran dari kekalahan besar - B...
Sjam Kamaruzzaman dan Kerja Rahasia Biro Khusus PKI
LSM adukan pemberedelan majalah Lentera ke Komnas HAM
'Gestapu pemberontakan setengah hati'
Utati, Penulis Lirik Selirih Karya Pramoedya Anant...
Liputan | Re(i)novasi Memori KKPK: Anak Muda dan HAM
Usia Senja, Adik Pramoedya Ananta Toer Tetap Seman...
Tentang jejak PKI di Aceh
Adik Pramoedya Ananta Toer Raih Penghargaan dari R...
Menonton Film Terakhir Lekra di Dunia
Ekslusif : Wawancara KBR Bersama Tom Iljas
Pembantaian Massal 1965 Sebagai Gerakan Kontra-Rev...
Pasca penangkapan, rombongan Tom Iljas akui diinti...
Diskusi Panas Tema 1965 di Frankfurt Book Fair 2015
Kesaksian Elite PKI tentang Sepak Terjang Aidit
Seorang kakek ditangkap saat ziarah ke kuburan mas...
Konferensi Pembantaian 1965 di Indonesia dan Holoc...
Rekonsiliasi Nasional Peristiwa Pasca Gestapu Ala ...
Akar Historis dan Ideologis Kejatuhan PKI
Lubang Buaya
Peran Amerika Serikat dan Penggulingan Soekarno 19...
Mencari Desa Hilang di Padang Halaban
Soekarno Minta Seniman Tak Dibunuh Pasca-G30S, Ini...
Koalisi Keadilan dan Pengungkapan Kebenaran
Genosida* 1965: Tragedi Kemanusiaan dan Serangan a...
Gestok dan Pendidikan
2 Rumah Bersejarah di Menteng dengan Tragedi Berdarah
Kisah Eks-Tapol yang Kini Jadi Pendeta
Di mana anak muda mencari kebenaran sejarah G30S?
Membuka Tabir di balik Buku Pelajaran Kita
Mengenang yang Tewas di Musim Gugur
G30S 1965: Inggris Sudah Lama Ingin Singkirkan Soe...
G30S 1965: Rupanya Soeharto yang Tempatkan Letkol ...
G30S 1965: Misteri Letkol Untung, Masih Hidupkah Dia?
Kisah Eks Tapol Dibui 12 Tahun di Penjara Kalisosok
Ketika Warga Kampung PKI Adakan Tahlilan dan Slametan
50 tahun berlalu, korban pembantaian massal di Ind...
Senator AS Ajukan Resolusi Baru Ungkap Kasus G 30S...
Pelenyapan Kaum Kiri Banyuwangi
Membuka Tabir G30S dari Dokumen KGB
Menelusuri Jejak Letkol Untung di Kebumen
G30S:Kisah Diplomat AS yang Bikin Daftar Nama Targ...
Jembatan Bacem: 50 Tahun Setelah Tragedi Pembantaian
Penangkapan dan Pembunuhan Tan Malaka
Kisah Apel Akbar 5 Oktober 1965 dan Pengganyang PKI
G30S 1965, NU Meminta Maaf ?
Kisah Kolonel TNI Tembak Leher Ketua CC PKI Aidit
G30S 1965: Lima Jejak Keterlibatan Amerika
Amerika Serikat Didesak Membantu Indonesia Menying...
Membaca Kembali Kegamangan Sejarah G30S
Spanduk anti-PKI dari TNI AD bertebaran di Jakarta
Maklumat Mohammad Yamin dan Kudeta Pertama di Indo...
G30S, Politikus PKI Anak Haji Penghafal Quran dan ...
Korban 1965: 'Saya bertemu algojo yang menembak ma...
Martono: Aku si tukang listrik, korban salah tangk...
Dalam Kelemahan Manusiawi, 50 Tahun Memelihara Sis...
Kenapa pembunuhan massal usai G30S paling banyak t...
Misteri Kelam & Konspirasi di Balik G30S PKI
Kisah Persahabatan Bung Karno dan Musso Sang Tokoh...
EKSKLUSIF G30S: Sebelum Didor Aidit Minta Rokok ke...
Wijaya Herlambang: G/30/S/PKI dan teror dalam kebu...
Pemerintah Tegaskan Tak Ada Permohonan Maaf Bagi K...
Ulung Sitepu, GUBSU Loyalis Sukarno dan Pancasilai...
Jaksa Agung: Bukan Minta Maaf ke PKI, Tapi Penyesa...
G30S 1965 dan Pasukan Sipil Serba Hitam Membasmi PKI
Kakek Andi Noya Dibunuh Massa Anti-PKI
Bertahan di Pulau Buru -bekas tempat tahanan mereka
Cerita Lain Prahara 1965
Titik Awal
Kembalikan Semua Hak Para Soekarnois
Nasib tragis Ketua PKI Aidit dieksekusi AK-47 di s...
Gerwani dan Pembunuhan Identitas
G30S 1965, Lolos Eksekusi Mati Ditolong Tokoh Muha...
Kisah Para Gubernur yang Dituding PKI
Tan Malaka Duri dalam Daging Perundingan Indonesia...
Tertahan pulang karena G30S, Florensia jadi dokter...
►
September
(98)
►
Agustus
(24)
►
Juli
(10)
►
Juni
(21)
►
Mei
(9)
►
April
(11)
►
Maret
(19)
►
Februari
(9)
►
Januari
(4)
►
2014
(94)
►
Desember
(7)
►
November
(4)
►
Oktober
(16)
►
September
(15)
►
Juli
(10)
►
Juni
(7)
►
Mei
(2)
►
April
(18)
►
Maret
(3)
►
Februari
(6)
►
Januari
(6)
►
2013
(113)
►
Desember
(8)
►
November
(7)
►
Oktober
(19)
►
September
(20)
►
Agustus
(6)
►
Juli
(13)
►
Juni
(11)
►
Mei
(15)
►
April
(6)
►
Maret
(2)
►
Februari
(5)
►
Januari
(1)
►
2012
(85)
►
Desember
(6)
►
November
(8)
►
Oktober
(16)
►
September
(21)
►
Agustus
(3)
►
Juli
(10)
►
Juni
(1)
►
Mei
(3)
►
April
(5)
►
Februari
(6)
►
Januari
(6)
►
2011
(71)
►
Desember
(2)
►
November
(5)
►
Oktober
(16)
►
September
(9)
►
Agustus
(11)
►
Juli
(2)
►
Juni
(1)
►
April
(10)
►
Maret
(3)
►
Februari
(2)
►
Januari
(10)
►
2010
(65)
►
Desember
(6)
►
November
(1)
►
Oktober
(11)
►
September
(26)
►
Agustus
(8)
►
Juni
(4)
►
Mei
(2)
►
April
(1)
►
Februari
(1)
►
Januari
(5)
►
2009
(30)
►
Desember
(2)
►
November
(1)
►
Oktober
(8)
►
September
(3)
►
Agustus
(5)
►
Juli
(4)
►
April
(1)
►
Maret
(1)
►
Februari
(4)
►
Januari
(1)
►
2008
(23)
►
Desember
(1)
►
November
(6)
►
Oktober
(4)
►
September
(1)
►
Juni
(1)
►
Mei
(2)
►
April
(2)
►
Maret
(3)
►
Februari
(2)
►
Januari
(1)
►
2007
(24)
►
Desember
(1)
►
November
(2)
►
Oktober
(5)
►
September
(12)
►
Agustus
(1)
►
Juli
(1)
►
April
(1)
►
Februari
(1)
►
2006
(3)
►
Desember
(1)
►
November
(2)
►
2005
(3)
►
Oktober
(1)
►
September
(1)
►
April
(1)
►
2004
(2)
►
Oktober
(1)
►
September
(1)
►
2003
(6)
►
Oktober
(1)
►
September
(3)
►
Juli
(1)
►
Juni
(1)
►
2002
(2)
►
Juli
(2)
►
2001
(4)
►
November
(1)
►
Oktober
(1)
►
Juli
(1)
►
Mei
(1)
►
2000
(5)
►
Oktober
(1)
►
September
(2)
►
Juli
(2)
►
1999
(1)
►
Juli
(1)
►
1998
(2)
►
Desember
(1)
►
Oktober
(1)
►
1996
(1)
►
Oktober
(1)
►
1981
(1)
►
Juli
(1)
Recent Posts
Recent Posts Widget
Your browser does not support JavaScript!
0 komentar:
Posting Komentar