Febriana Firdaus | 6:21 PM, October 19, 2015
'Polanya adalah pola yang sama, pada zaman Orde Baru teror dilakukan dengan bertanya pada tetangga apa aktivitasya, pekerjaan apa, sudah lama tinggal di sini, bagaimana orangnya.'
JAKARTA, Indonesia — Yulia Evina Bhara, salah satu rombongan ziarah Tom Iljas, mengalami intimidasi secara tidak langsung dari oknum yang mengaku berasal dari Badan Intelijen Negara (BIN).
Yuli menuturkan, pada Senin, 19 Oktober, bahwa intimidasi bukan hanya dialami dirinya, tapi juga orang-orang yang dianggap membantu Tom menemukan kuburan ayahnya di kompleks pemakaman massal tragedi pembantaian 1965 di Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
“Setelah penangkapan pada tanggal 13 Oktober, kami mendapat info bahwa rumah salah satu rombongan didatangi Kepala Kampung, dan dia menyatakan kepada keluarga di rumah itu bahwa inisial OP itu melakukan tindakan yang membahayakan negara,” kata Yuli pada Rappler, Senin, 19 Oktober.
OP adalah anggota keluarga Tom Iljas.
“Kemudian pada tanggal 15 Oktober, kami mendapatkan kabar bahwa ada yang mengaku dari BIN dan tentara mendatangi rombongan dari Jakarta. Mereka menanyakan aktivitas dan kegiatan apa saja yang dilakukan,” kata Yuli.
“Pada tanggal 16 Oktober, kami menerima kabar bahwa rombongan di Padang kembali diintimidasi dan harus datang ke Koramil (Komando Rayon Militer) dan diancam jika masih berkegiatan, akan dipersulit,” katanya.
Yuli sendiri mengaku bahwa ia merasa gerak-geriknya diawasi, karena sejumlah tetangganya ditanya tentang aktivitas yang sedang dijalaninya.
“Polanya adalah pola yang sama, pada zaman Orde Baru teror dilakukan dengan bertanya pada tetangga apa aktivitasnya, pekerjaan apa, sudah lama tinggal di sini, bagaimana orangnya. Banyak menggali informasi,” ujarnya.
“Mereka juga mengatakan diri dari BIN dan tentara. Itu apa maksudnya kalau bukan intimidasi?” ujar Yuli.
Ia pribadi merasa tidak tenang setelah kejadian tersebut. “Kami yakin juga bahwa kami dalam pantauan, mungkin juga sekarang kami selalu diikuti dalam aktivitas dan gerak-gerik kami,” katanya.
Tom Iljas, 77 tahun, orang Indonesia di tinggal Swedia, berniat untuk berdoa di makam ayahnya yang merupakan korban pembunuhan massal saat tragedi 1965 di Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
Dia malah diamankan oleh polisi dan imigrasi dengan tudingan membuat dokumentasi yang dianggap membahayakan keamanan negara.
Saat hendak berziarah ia bersama Yulia, AI (81 tahun), AK (36), AM (41), dan OP (35) yang merupakan bagian dari keluarga Tom berangkat ke Salido, Painan Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat untuk tujuan ziarah ke makam keluarga.
Tapi saat sampai di lokasi pemilik tanah dan kepala kampung tidak mengizinkan, Tom dan rombongannya juga dihadang oleh Kepolisian Resor Pesisir Selatan lalu diinterogasi dan dideportasi ke negara asalnya.
—Rappler.com
0 komentar:
Posting Komentar