YPKP 65-66 Kebumen
WeBlog Dokumentatif Terkait Genosida 1965-66 Indonesia
Home
Berita
Nasional
Daerah
Hukum
Politik
Artikel
Opini
Interview
Editorial
Galeri
Photo
Video
Uncategorized
Jumat, 02 Oktober 2015
Tan Malaka Duri dalam Daging Perundingan Indonesia-Belanda
05.10
Anti Orba
,
IPT65
,
Kliping #65
,
News
,
Sejarah
,
Tragedi
No comments
Bahari
| Jum'at, 2 Oktober 2015 − 05:05 WIB
Tan Malaka menolak diplomasi (foto:Istimewa/Hasan)
SEJAK kemunculannya kembali di tengah rakyat Indonesia, Tan Malaka membawa politik antikompromi yang tegas. Dia menolak perundingan dengan Belanda, karena saat itu Belanda tidak mau mengakui kedaulatan rakyat Indonesia.
Menurut Tan Malaka, perundingan hanya bisa dilangsungkan oleh dua negara yang merdeka. Sedang saat itu, posisinya sangat tidak seimbang. Belanda tetap menganggap Indonesia sebagai wilayah jajahannya, dan bukan sebagai bangsa yang merdeka.
Namun, pandangan lain disampaikan Presiden Soekarno dan Wakilnya Mohammad Hatta. Menurut pendapat mereka, perundingan dengan Belanda saat itu merupakan langkah yang tepat. Sebaliknya, Tan Malaka dianggap bersebrangan dengan pemerintah.
Lebarnya jurang perbedaan antara Tan Malaka dengan pemerintah yang baru seumur jagung itu mengakibatkan gesekan yang hebat pada kelompok pejuang kemerdekaan. Dengan segenap kekuatan rakyat, Tan Malaka lalu menggalang kekuatan antikompromi.
Hasilnya, sejumlah tokoh, pengurus organisasi, dan tentara, semua mendukung langkah politik Tan Malaka. Perwujudan dukungan itu terlihat dari dilangsungkannya Kongres Rakyat, pada 6 Januari 1946, di Kota Purwokerto.
Kongres ini bermaksud untuk meneguhkan sikap rakyat Indonesia yang menolak perundingan, sebagai sikap yang tepat dan harus diambil oleh pemerintah yang dimpimpin Bung Karno dan Bung Hatta. Dalam kongres itu, kedua pemimpin ini juga diundang.
Sayang, keduanya tidak berkenan hadir. Tetapi, sebagai perwakilan pemerintah mereka mengutus mantan Menlu Mr Subarjo, mantan Jaksa Agung Mr Gatot, dan Panglima Besar Jenderal Sudirman. Para utusan ini kemudian ikut mendukung Tan Malaka.
Sedikitnya, ada 143 organisasi yang menentang perundingan damai Indonesia-Belanda, dan menyatakan diri siap bergabung dalam perjuangan bersama. Dalam pernyataannya, perwakilan organisasi ini menyatakan siap berperang dengan penjajah.
Ismail, salah seorang perwakilan pejuang yang hadir dalam kongres yang mewakili Badan Perjuangan Jatim memberikan gambaran suasana saat itu dengan jelas. Menurutnya, situasi rakyat di Jawa Timur saat itu sedang sangat bersemangat perang.
"Suasana Jatim diliputi suasana pertempuran hendak mengenyahkan segala iktiar kaum penjajah," katanya, seperti dikutip dalam buku Peristiwa 3 Juli, Menguak Kudeta Pertama dalam Sejarah Indonesia karangan M Yuanda Zara.
Namun, katanya lagi, rakyat Jatim mengikuti politik diplomasi pemerintah. Sebagai akibat dari politik yang lembek itu, maka Inggris mendapat tempo untuk menyusun tenaganya kembali, dan perjuangan rakyat menjadi kurang menguntungkan.
Dalam kongres itu juga diserukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk melucuti senjata tentara Jepang, mengurus tawanan bangsa Eropa, dan menyita perkebunan, serta pertanian milik musuh, dan menyelengarakan perindustrian sendiri.
Singkat cerita, kongres memutuskan menolak semua status kemerdekaan Indonesia yang kurang dari 100%, seperti status dominion, gemeenebest, otonomi, commontwealt, dan trustee-ship. Sayang, keputusan ini kurang dalam praktiknya.
Hal itu dapat dimaklumi, karena terjadinya perbedaan sikap antara pihak Tan Malaka dengan pemerintah yang sah. Pada 15-16 Januari 1946, Kongres Rakyat ke-II, digelar di Kota Solo. Kongres kedua ini kurang sukses dibanding yang pertama.
Kelompok yang mengirim utusan dalam kongres menyusut menjadi 133 organisasi. Dalam kongres ini, Bung Karno dan Bung Hatta kembali diundang, dan kembali tidak hadir. Namun, Panglima Besar Jenderal Sudirman tampak menghadiri kongres.
Pada kongres kedua ini, akhirnya diambil keputusan untuk membentuk badan perjuangan yang bernama Persatuan Perjuangan yang mendukung politik antikompromi dalam mempertahankan kedaulatan NKRI. Pendirian badan perjuangan ini disambut baik.
Sedikitnya, ada 141 organisasi yang bergabung dengan Persatuan Perjuangan. Tokoh militer yang bergabung dalam badan ini di antaranya adalah Panglima Besar Jenderal Sudirman. Kehadiran Sudirman membawa semangat yang cukup besar.
Kenyataan itu diterima dengan pahit oleh Bung Karno dan Bung Hatta. Apalagi setelah pemerintah melalui PM Syahrir dan Menteri Pertahanan Amir Syarifuddin telah menjelaskan alasan Indonesia memilih jalan politik berunding yang lembek.
Sikap Persatuan Perjuangan yang tetap memilih jalan antikompromi dan berseberangan dengan pemerintah, malah membuat badan perjuangan ini dianggap ingin menggulingkan pemerintahan Soekarno-Hatta. Desas desuspun akhirnya dihembuskan.
Bung Karno dan Bung Hatta tampak termakan kabar itu. Mereka kemudian menaruh kewaspadaan, dan PP dianggap sebagai ancaman pemerintah dari dalam. Dua bulan sejak kongres di Purwokerto, pada Januari 1946, kongres kembali digelar di Madiun.
Saat kongres di Madiun, kekuatan Persatuan Perjuangan tampak jatuh melemah. Kewaspadaan pemerintah dan berbagai upaya membendung kekuatan badan perjuangan itu membuahkan hasil. Utusan kongres menyusut jadi 40 organisasi.
Padahal, kongres sebelumnya dihadiri lebih dari 100 utusan organisasi. Penggembosan badan perjuangan ini pun mulai dilakukan dari dalam. Seperti yang diungkapkan Barisan Pemberontak RI pimpinan Bung Tomo.
Meski tergabung dalam kongres dan anggota Persatuan Perjuangan, badan perjuangan Bung Tomo itu mengeluarkan ultimatum jika Persatuan Perjuangan tidak mampu melaksanakan program minimumnya, maka badan itu akan diobrak-abrik dari dalam.
Selain serangan dari Basiran Pemberontak, penggembosan kekuatan Persatuan Perjuangan juga dilakukan oleh tentara pelajar dan mahasiswa yang ikut pertempuran di Jateng dan Jatim, dengan berbalik haluan mendukung politik berunding pemerintah.
Begitu juga kesatuan tentara pelajar Pemuda Sosialis (Pesindo). Sadar dengan pelemahan yang tengah dialaminya, sikap Persatuan Perjuangan tetap revolusioner dan teguh menolak berunding dengan sekutu dan Belanda.
Berbagai langkah nyata Persatuan Perjuangan dalam mewujudkan sikapnya adalah dengan melakukan mobilisasi umum dan menekan Belanda untuk mengakui daerah jajahan Hindia Belanda sebagai bagian dari Indonesia, ditambah Malaya, dan Kalimantan Utara.
Persatuan Perjuangan juga meminta Papua New Guinea, dan Timor Pertugis dimasukkan ke dalam wilayah Republik Indonesia. Sikap itu diungkapkan Tan Malaka dalam pidatonya yang berapi-api di depan Laskar Persatuan Perjuangan.
Provokasi menghancurkan Persatuan Perjuangan dilanjutkan dengan ulah Laskar Pesindo, dengan melakukan ujuk kekuatan dan jalan mengelilingi Kota Madiun sambil menenteng senjata laras panjang, lengkap dengan atribut kebesaran Pesindo.
Puncak dari sikap pemerintah adalah keputusan Menteri Pertahanan Amir Syarifuddin yang memerintahkan penangkapan terhadap diri Tan Malaka. Ini terjadi akibat agitasi kelompok Tan Malaka yang menghambat perundingan Indonesia-Belanda-Inggris.
Bersambung..
http://daerah.sindonews.com/read/1049696/29/tan-malaka-duri-dalam-daging-perundingan-indonesia-belanda-1443710073
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
0 komentar:
Posting Komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Social Profiles
Popular
Tags
Blog Archives
Mengenai Saya
YPKP 65 Kebumen
Lihat profil lengkapku
Entri Populer
Program Re-Ra (Rekonstruksi & Rasionalisasi) TNI Kabinet Hatta
25 Desember 2015 Sebelum diadakannya program “reorganisasi dan rasionalisasi” (Re-ra) oleh Perdana Menteri Hatta,...
Tragedi 1965 dan Peristiwa Madiun 1948
Oleh: Yunantyo Adi Pengantar Redaksi: Wacana rekonsiliasi dalam Simposium Nasional "Bedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan&quo...
Pembrontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun, 18 September 1948
18 September 2015 illustrasi: Gambar ini adalah kekerasan yang terjadi di Vietnam, yang penah dimanipulasi untuk melegitimasi k...
Siapakah Letkol Untung ?
Friday, December 12, 2014 S oeharto- U ntung: Hubungan spesial [jitunews] Siapakah Letkol U ntung dan apa hubunganya dengan peristi...
Siapakah Letkol Untung Itu ? Sejauh Mana Keterlibatannya dalam Gerakan G-30-S
Kamis, 22 April 2010 Letkol Untung [Foto : Kaskus ] Tahun 1960-an dunia diwarnai dengan ketegan...
Tjilik Riwut Tokoh Intelijen Pembubaran RIS di Kalimantan
June 19, 2017 Tjilik Riwut nomor tiga dari kanan tanpa topi / ist SHNet, PALANGKA RAYA – Tjilik Riwut, Gubernur Kalimantan Tengah, 1...
Sejarah Kelam G30S 1965 di Bali
Senin, 10 September 2018 | 10:30 WITA 1. Siswa SMP Sudah Ikut Berpolitik di GSNI atau IPPI Gerakan 30 September 1965 atau dike...
Max Lane: Pram Sejarawan Terbaik Indonesia
Tuesday, 25 December 2012 PENERJEMAH enam karya Pramoedya Ananta Toer asal Australia, Max Lane, menjadi dosen tamu selama lima perte...
"MESUJI BERDARAH " PEMBANTAYAN SADIS YANG MENEWAS KAN "SATU KAMPUNG" INI LAH KRONOLoGIS NYA..!!!
16 Nov 2011 illustrasi: Korban pembantaian politik di Filipina Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) memaparkan penyebabnya insiden pemba...
Pemerintah Bahas RUU Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
Kamis, 12 Maret 2020 RUU KKR sebagai payung hukum untuk menyelesaikan pelanggaran HAM berat pada masa lalu melalui jalur nonyudisial. ...
Diberdayakan oleh
Blogger
.
Categories
Kliping #65
Tragedi
Anti Orba
Sejarah
News
Article
Kliping
Impunity
Kisah
Militerism
IPT65
PKI
Genosida 65
Documentary
Sejarah #Gerwani
hoax ala orba
Persekusi
Mass-Graves
Press-Release
Statement
Kejahatan HAM
Komnas HAM
Stigma PKI
Internasional
Materi
Surat
Buku
G30S
Lekra
Film
Sastra
Interview
arsip rahasia
Pembantaian Massal
Kejakgung
YPKP 65
Kamisan
KontraS
Konspirasi
Pramoedya Ananta Toer
Pulau Buru
Jokowi
BTI
Bedjo Untung
Genosida Politik
Pemuda Rakyat
Genosida
Rekonsiliasi
CIA
PKI 1948
KKR
IPT'65
Amnesty International
Aceh
DN Aidit
Konflik Agraria
Plantungan
investigasi
Dialita
LBH
Tjakrabirawa
Menko Polhukam
Simposium
Orba Soeharto
PBB
Tokoh
Testimoni
Baperki
DKN
Purwodadi
Cilacap
Eksil
Kanigoro
Tan Malaka
Bali
Foto
Muhidin M Dahlan
Seni Rupa
Gusdurian
Moncongloe
Tumiso
Jeju
Musik
Pendidikan
SOBSI
HRWG
Hersri Setiawan
Koesalah S Toer
NTT
Oey Hay Djoen
Trikoyo Ramidjo
Genjer-genjer
Harsutejo
Holocaust
Kalimantan
Karl Marx
Memorialisasi
Soemarsono
Tapol Yogya
HAM
Hendra Gunawan
Heru Atmojo
Luweng
Mia Bustam
Putmu'inah
SKP-HAM
Sudarno
Arsip
Gandrung
Keppres 28/1975
Keppres 28/2975
LPSK
Lubang Buaya
Obituari
Sexual Violence
Sulami
Supersemar
Tapol
Tapol Bali
Wonogiri
Ahmad Tohari
Asset
Brebes
Haji Misbach
Insureksi
JC Princen
Jess Melvin
Munir
Museum
Operasi Trisula
Papua
Purbalingga
Purwokerto
Red Drive Proposal
Tapol Jakarta
Tapol Jawa Timur
Banten
Banyuwangi
Basoeki Abdullah
Blitar
CHTH
Demonisasi
English
JPIT
Kebumen
Klaten
Lengger
Magetan
Nasionalisasi
Nazi
Novel
Nyoto
Poncke Princen
Putu Oka Sukanta
Referensi
Sarbupri
Sei Ular
Svetlana
Tapol Ambarawa
Tapol Jawa Tengah
Tapol Kalimantan Timur
Teater
ipt 65
komune paris
Aris Panji
Biennale
Blitar Selatan
Cerpen
Communist Manifesto
Data Virtual
Digul
Gubernur Sutedja
Hilmar Farid
KSP
Kuli Kontrak
Kulo Kontrak
MK
Made Supriatma
Mark Curtis
Mars Nursmono
Mattew Woolgar
Nasakom
Nusakambangan
Nyai Ontosoroh
Oei Hiem Hwie
PGRI Non Vaksentral
PKI 1026
Perampasan Asset
Petrus
Riset
Semaun
Sragen
Sudisman
Sudjojono
TMP Kalibata
Tangerang
Tapol Gunung Kidul
Tapol Jawa Barat
Tapol Lampung
Tapol Palu
Tapol Purworejo
Tom Udall
Tritura
Umi Sardjono
Vanessa Hearman
emko Polhukam
enosida 65
Arsip Blog
►
2020
(31)
►
Maret
(4)
►
Februari
(22)
►
Januari
(5)
►
2019
(404)
►
Desember
(46)
►
November
(44)
►
Oktober
(64)
►
September
(34)
►
Agustus
(35)
►
Juli
(16)
►
Juni
(12)
►
Mei
(33)
►
April
(32)
►
Maret
(35)
►
Februari
(20)
►
Januari
(33)
►
2018
(628)
►
Desember
(27)
►
November
(26)
►
Oktober
(82)
►
September
(65)
►
Agustus
(32)
►
Juli
(39)
►
Juni
(78)
►
Mei
(53)
►
April
(60)
►
Maret
(50)
►
Februari
(76)
►
Januari
(40)
►
2017
(745)
►
Desember
(42)
►
November
(50)
►
Oktober
(153)
►
September
(179)
►
Agustus
(32)
►
Juli
(42)
►
Juni
(30)
►
Mei
(53)
►
April
(30)
►
Maret
(46)
►
Februari
(40)
►
Januari
(48)
►
2016
(1284)
►
Desember
(26)
►
November
(24)
►
Oktober
(85)
►
September
(83)
►
Agustus
(51)
►
Juli
(138)
►
Juni
(164)
►
Mei
(346)
►
April
(244)
►
Maret
(76)
►
Februari
(25)
►
Januari
(22)
▼
2015
(438)
►
Desember
(32)
►
November
(85)
▼
Oktober
(116)
Dialita Berjuang Mengais Lagu-Lagu Tapol 65
Korban Perempuan yang Selamat Bicara Soal Pembunuh...
Saksi Pembantaian PKI: Mereka Dibariskan dan Dibun...
Yang Terusir dari Tanah Air
11 Jasad diduga korban PKI ditemukan saat penggali...
Makam Dibongkar, Tulang Belulang Anggota PKI di Ba...
Bebas dan Panas! Menengok Diskusi Seputar Tragedi ...
Kuburan Massal Anggota PKI di Jembrana Bali Dibongkar
Isu Tragedi '65 di Tahun 2015: Dari Frankfurt ke U...
Kerap lihat kejadian aneh, alasan warga bongkar ma...
Ubud Writers Membuka Kotak Pandora Sastra Indonesia
Keterlibatan Jerman dalam kudeta militer 1965 di I...
Tak Ada Lagi Diskusi tentang 1965 di UWRF
Konferensi Nasional Pemulihan: “Memastikan Tanggun...
60 Penulis Kecam Pembatalan Isu 1965 di Ubud Write...
Konflik Vertikal dan Horizontal Terjadi Pada Kasus...
NEGARA WAJIB MENJAMIN RASA AMAN BAGI WARGA YANG BI...
Pemerintah Myanmar Terbukti Lakukan Genosida terha...
Genosida* 1965: Tragedi Kemanusiaan dan Serangan a...
Dualisme Jepang Terhadap Indonesia
Politik Bukan Alasan UWRF 2015 Angkat Isu 1965
Diskusi Isu 1965 Dibatalkan di Ubud Writers and Re...
Ubud Writers & Readers Festival Dilarang Bahas G30...
Pertumpahan darah orang Indonesia, Bagian 2
INDONESIA 1965: Pelajaran dari kekalahan besar - B...
Sjam Kamaruzzaman dan Kerja Rahasia Biro Khusus PKI
LSM adukan pemberedelan majalah Lentera ke Komnas HAM
'Gestapu pemberontakan setengah hati'
Utati, Penulis Lirik Selirih Karya Pramoedya Anant...
Liputan | Re(i)novasi Memori KKPK: Anak Muda dan HAM
Usia Senja, Adik Pramoedya Ananta Toer Tetap Seman...
Tentang jejak PKI di Aceh
Adik Pramoedya Ananta Toer Raih Penghargaan dari R...
Menonton Film Terakhir Lekra di Dunia
Ekslusif : Wawancara KBR Bersama Tom Iljas
Pembantaian Massal 1965 Sebagai Gerakan Kontra-Rev...
Pasca penangkapan, rombongan Tom Iljas akui diinti...
Diskusi Panas Tema 1965 di Frankfurt Book Fair 2015
Kesaksian Elite PKI tentang Sepak Terjang Aidit
Seorang kakek ditangkap saat ziarah ke kuburan mas...
Konferensi Pembantaian 1965 di Indonesia dan Holoc...
Rekonsiliasi Nasional Peristiwa Pasca Gestapu Ala ...
Akar Historis dan Ideologis Kejatuhan PKI
Lubang Buaya
Peran Amerika Serikat dan Penggulingan Soekarno 19...
Mencari Desa Hilang di Padang Halaban
Soekarno Minta Seniman Tak Dibunuh Pasca-G30S, Ini...
Koalisi Keadilan dan Pengungkapan Kebenaran
Genosida* 1965: Tragedi Kemanusiaan dan Serangan a...
Gestok dan Pendidikan
2 Rumah Bersejarah di Menteng dengan Tragedi Berdarah
Kisah Eks-Tapol yang Kini Jadi Pendeta
Di mana anak muda mencari kebenaran sejarah G30S?
Membuka Tabir di balik Buku Pelajaran Kita
Mengenang yang Tewas di Musim Gugur
G30S 1965: Inggris Sudah Lama Ingin Singkirkan Soe...
G30S 1965: Rupanya Soeharto yang Tempatkan Letkol ...
G30S 1965: Misteri Letkol Untung, Masih Hidupkah Dia?
Kisah Eks Tapol Dibui 12 Tahun di Penjara Kalisosok
Ketika Warga Kampung PKI Adakan Tahlilan dan Slametan
50 tahun berlalu, korban pembantaian massal di Ind...
Senator AS Ajukan Resolusi Baru Ungkap Kasus G 30S...
Pelenyapan Kaum Kiri Banyuwangi
Membuka Tabir G30S dari Dokumen KGB
Menelusuri Jejak Letkol Untung di Kebumen
G30S:Kisah Diplomat AS yang Bikin Daftar Nama Targ...
Jembatan Bacem: 50 Tahun Setelah Tragedi Pembantaian
Penangkapan dan Pembunuhan Tan Malaka
Kisah Apel Akbar 5 Oktober 1965 dan Pengganyang PKI
G30S 1965, NU Meminta Maaf ?
Kisah Kolonel TNI Tembak Leher Ketua CC PKI Aidit
G30S 1965: Lima Jejak Keterlibatan Amerika
Amerika Serikat Didesak Membantu Indonesia Menying...
Membaca Kembali Kegamangan Sejarah G30S
Spanduk anti-PKI dari TNI AD bertebaran di Jakarta
Maklumat Mohammad Yamin dan Kudeta Pertama di Indo...
G30S, Politikus PKI Anak Haji Penghafal Quran dan ...
Korban 1965: 'Saya bertemu algojo yang menembak ma...
Martono: Aku si tukang listrik, korban salah tangk...
Dalam Kelemahan Manusiawi, 50 Tahun Memelihara Sis...
Kenapa pembunuhan massal usai G30S paling banyak t...
Misteri Kelam & Konspirasi di Balik G30S PKI
Kisah Persahabatan Bung Karno dan Musso Sang Tokoh...
EKSKLUSIF G30S: Sebelum Didor Aidit Minta Rokok ke...
Wijaya Herlambang: G/30/S/PKI dan teror dalam kebu...
Pemerintah Tegaskan Tak Ada Permohonan Maaf Bagi K...
Ulung Sitepu, GUBSU Loyalis Sukarno dan Pancasilai...
Jaksa Agung: Bukan Minta Maaf ke PKI, Tapi Penyesa...
G30S 1965 dan Pasukan Sipil Serba Hitam Membasmi PKI
Kakek Andi Noya Dibunuh Massa Anti-PKI
Bertahan di Pulau Buru -bekas tempat tahanan mereka
Cerita Lain Prahara 1965
Titik Awal
Kembalikan Semua Hak Para Soekarnois
Nasib tragis Ketua PKI Aidit dieksekusi AK-47 di s...
Gerwani dan Pembunuhan Identitas
G30S 1965, Lolos Eksekusi Mati Ditolong Tokoh Muha...
Kisah Para Gubernur yang Dituding PKI
Tan Malaka Duri dalam Daging Perundingan Indonesia...
Tertahan pulang karena G30S, Florensia jadi dokter...
►
September
(98)
►
Agustus
(24)
►
Juli
(10)
►
Juni
(21)
►
Mei
(9)
►
April
(11)
►
Maret
(19)
►
Februari
(9)
►
Januari
(4)
►
2014
(94)
►
Desember
(7)
►
November
(4)
►
Oktober
(16)
►
September
(15)
►
Juli
(10)
►
Juni
(7)
►
Mei
(2)
►
April
(18)
►
Maret
(3)
►
Februari
(6)
►
Januari
(6)
►
2013
(113)
►
Desember
(8)
►
November
(7)
►
Oktober
(19)
►
September
(20)
►
Agustus
(6)
►
Juli
(13)
►
Juni
(11)
►
Mei
(15)
►
April
(6)
►
Maret
(2)
►
Februari
(5)
►
Januari
(1)
►
2012
(85)
►
Desember
(6)
►
November
(8)
►
Oktober
(16)
►
September
(21)
►
Agustus
(3)
►
Juli
(10)
►
Juni
(1)
►
Mei
(3)
►
April
(5)
►
Februari
(6)
►
Januari
(6)
►
2011
(71)
►
Desember
(2)
►
November
(5)
►
Oktober
(16)
►
September
(9)
►
Agustus
(11)
►
Juli
(2)
►
Juni
(1)
►
April
(10)
►
Maret
(3)
►
Februari
(2)
►
Januari
(10)
►
2010
(65)
►
Desember
(6)
►
November
(1)
►
Oktober
(11)
►
September
(26)
►
Agustus
(8)
►
Juni
(4)
►
Mei
(2)
►
April
(1)
►
Februari
(1)
►
Januari
(5)
►
2009
(30)
►
Desember
(2)
►
November
(1)
►
Oktober
(8)
►
September
(3)
►
Agustus
(5)
►
Juli
(4)
►
April
(1)
►
Maret
(1)
►
Februari
(4)
►
Januari
(1)
►
2008
(23)
►
Desember
(1)
►
November
(6)
►
Oktober
(4)
►
September
(1)
►
Juni
(1)
►
Mei
(2)
►
April
(2)
►
Maret
(3)
►
Februari
(2)
►
Januari
(1)
►
2007
(24)
►
Desember
(1)
►
November
(2)
►
Oktober
(5)
►
September
(12)
►
Agustus
(1)
►
Juli
(1)
►
April
(1)
►
Februari
(1)
►
2006
(3)
►
Desember
(1)
►
November
(2)
►
2005
(3)
►
Oktober
(1)
►
September
(1)
►
April
(1)
►
2004
(2)
►
Oktober
(1)
►
September
(1)
►
2003
(6)
►
Oktober
(1)
►
September
(3)
►
Juli
(1)
►
Juni
(1)
►
2002
(2)
►
Juli
(2)
►
2001
(4)
►
November
(1)
►
Oktober
(1)
►
Juli
(1)
►
Mei
(1)
►
2000
(5)
►
Oktober
(1)
►
September
(2)
►
Juli
(2)
►
1999
(1)
►
Juli
(1)
►
1998
(2)
►
Desember
(1)
►
Oktober
(1)
►
1996
(1)
►
Oktober
(1)
►
1981
(1)
►
Juli
(1)
Recent Posts
Recent Posts Widget
Your browser does not support JavaScript!
0 komentar:
Posting Komentar