Marieska Harya
Virdhani, Jurnalis · Rabu 21 Oktober 2015 05:01 WIB
Koesalah Soebagyo Toer.
(Foto: Marieska HV/Okezone)
DEPOK – Usianya sudah lebih dari 80 tahun, namun
semangatnya dalam menulis tidak pernah padam. Padahal, keterbatasan jarak
pandang di usia senja mulai mendera.
Dialah Koesalah Soebagyo Toer. Adik maestro sastrawan
Indonesia, Pramoedya Ananta Toer itu begitu dalam mencintai budaya Rusia hingga
menerjemahkan berbagai karya sastra Rusia ke dalam bahasa Indonesia. Kiprah
Koesalah pun berbuah penghargaan berupa Medali
Pushkin dari Pemerintah Rusia.
Pria yang sempat tinggal di Moskow, Rusia, untuk menempuh
studi tersebut mengagumi budaya Rusia lantaran masyarakatnya yang begitu
filosofis, bukan pragmatis. Menurutnya, masyarakat Rusia senang berpikir.
"Orang Rusia banyak berpikir. Berbeda dengan masyarakat Eropa yang lain menonjol pragmatismenya. Rusia lebih filosofis, lebih mendalam," ungkap Koesalah saat menerima Medali Pushkin di kediamannya, Jalan Turi III, Beji, Depok, baru-baru ini.
Tidak hanya budaya, Koesalah juga mengagumi perempuan
Rusia. Dia menilai, semangat perempuan Rusia begitu tangguh sejak sebelum
Perang Dunia II.
"Tidak hanya membela kaum laki-laki mati-matian, di periode itu perempuan Rusia juga ikut serta terjun berperang, termasuk mengendarai tank dan angkat senjata. Tetapi sesudah perang dunia, jasa perempuan dilupakan laki-laki. Saya juga sudah menulis buku yang salah satu satu babnya menceritakan tentang kota di Rusia yang penuh wanita sejauh mata memandang," papar Koesalah.
Dalam menerjemahkan sastra Rusia, Koesalah butuh satu
hari hanya untuk satu kalimat. Rata-rata, dia menerjemahkan seluruh cerita
dalam tiga tahun. Koesalah pun mempunyai kunci utama yang paling dijaga agar
tetap bersemangat hingga usia senja.
"Saya menjaga kesehatan, dan apa yang saya kerjakan karena saya menyenangi. Sampai sekarang pun masih tetap menulis. Ketika terjemahan saya tentang Musasi di era rezim Soeharto tahun 1980-an dimuat di Kompas, saya pernah dicekal oleh Departemen Penerangan dan saya dianggap anggota Lekra, sampai sejumlah penerbit tidak mau memakai nama saya lagi. Namun saya tidak pernah putus asa," tuturnya.
Direktur Pusat Ilmu dan Kebudayaan Rusia Kedutaan Besar
Rusia Glinkin Vitaly mengapresiasi apa yang sudah dilakukan oleh Koesalah. Dia
berharap akan lahir generasi muda berikutnya yang mengikuti jejak Koesalah
menghargai budaya negeri sendiri dan budaya negara lain.
"Semuanya tertuang detail, sangat berharga. Potongan legenda, semangat nasionalisme, dan kemanusiaan ada di dalam buku-buku ini. Semangat Pak Koesalah tentu harus diapresiasi dan diteladani," tandasnya.
(rfa)
0 komentar:
Posting Komentar