YPKP 65-66 Kebumen
WeBlog Dokumentatif Terkait Genosida 1965-66 Indonesia
Home
Berita
Nasional
Daerah
Hukum
Politik
Artikel
Opini
Interview
Editorial
Galeri
Photo
Video
Uncategorized
Minggu, 04 Oktober 2015
Maklumat Mohammad Yamin dan Kudeta Pertama di Indonesia
05.10
Anti Orba
,
IPT65
,
Kisah
,
Kliping #65
,
News
,
Sejarah
,
Tragedi
No comments
Hasan Kurniawan
| Minggu, 4 Oktober 2015 − 05:05 WIB
Tan Malaka dan Mohammad Yamin (foto:Istimewa/Hasan)
DALAM Maklumat No 2 yang ditujukan kepada Presiden Soekarno, Mohammad Yamin mendesak agar rakyat dan tentara membela kemerdekaan 100% dan politik antikompromi Tan Malaka.
Tidak hanya itu, Mohammad Yamin juga meminta kepada Presiden Soekarno untuk hari itu juga memberhentikan seluruh kementrian yang dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir.
Lebih jauh, pada Maklumat No 3, Mohammad Yamin mendesak Presiden Soekarno untuk segera menyerahkan kekuasaannya dan mengganti Panglima Besar Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU) bersama markasnya.
Maklumat itu juga menyatakan agar Presiden Soekarno menyerahkan hal-hal yang berkenaan dengan pimpinan politik, sosial, dan ekonomi kepada Dewan Pimpinan Politik yang akan dibentuk.
Sedangkan pada Maklumat No 4, Mohammad Yamin menulis Presiden Soekarno agar memenuhi Maklumat No 3 dan segera mengangkat 10 orang Dewan Pimpinan Politik yang orang-orangnya telah ditentukan.
Kesepuluh Dewan Pimpinan Politik itu terdiri dari Buntaran Martoatmojo, Budyanrto Martoatmojo, Chaerul Saleh, Gatot Tarunamiharja, Iwa Kusuma Sumantri, Muhammad Yamin, Ahmad Subarjo, Sunaryo, Tan Malaka dan Wahid Hasyim.
Pagi hari, tanggal 3 Juli 1946, Panglima Jenderal Sudirman dan Muhamad Saleh memerintahkan kepada Panglima Divisi Laskar Jogjakarta agar mengumpulkan anak buahnya di Alun-alun Lor Jogjakarta.
Di saat bersamaan, para tokoh Persatuan Perjuangan merencanakan dua aksi mengejutkan. Pertama, Jenderal Sudarsono mendatangi Istana Jogyakarta untuk meminta persetujuan dan tandatangan Presiden Soekarno terhadap maklumat Mohammad Yamin.
Kedua, Mayor Abdul Kadir akan menculik Wakil Presiden Mohammad Hatta dan Menteri Pertahanan Amir Syarifuddin. Penahanan kedua pemimpin itu untuk menekan Soekarno agar menyetujui maklumat yang ditulis Yamin.
Rencana kemudian dijalankan. Pasukan Mayor Abdul Kadir yang menumpang truk tiba di depan rumah Menteri Pertahanan Amir Syarifuddin. Pasukan masuk saat lowong, karena ada pergantian sif penjagaan.
Saat pasukan datang, Amir sedang tertidur pulas di tempat tidurnya. Di bawah todongan senjata, Amir dinaikkan ke atas truk. Saat penangkapan dilakukan, ternyata ada dua tentara penjaga di rumah Amir yang bersembunyi.
Mereka lalu menembak pasukan penculik dan terjadi aksi tembak menembak. Dua penjaga rumah Amir tewas seketika. Namun kesalahan besar dibuat pasukan penculik. Mereka membiarkan Amir bebas alias tak terjaga.
Naluri sebagai pejuang memaksa Amir bertindak cepat. Dia merampas senjata milik sopir dan memaksa sopir agar menjalankan truk menuju Istana Jogyakarta. Akhirnya, Amir selamat dari penculikan.
Di tengah suasana saling serang itu, sebuah mobil dan truk masuk Istana. Jendral Sudarsono, Sunaryo, dan Muhammad Saleh naik mobil. Sedangkan Muhammad Yamin, Ahmad Subarjo, dan tokoh Persatuan Perjuangan naik truk tentara.
Kedatangan para tokoh Persatuan Perjuangan itu membuat Istana Jogjakarta mencekam. Apalagi, saat itu Jendral Sudarsono datang membawa senjata lengkap, dan di Istana telah bersiap tentara pendukung pemerintah.
Namun begitu, Presiden Soekarno bisa mengendalikan ketegangan. Dia mempersilakan Jendral Sudarsono masuk ke ruangannya tanpa membawa senjata. Saat ditanya Soekarno maksud kedatangannya, Sudarsono menjawab terus teran
g.
Dia mengatakan, diperintah Panglima Besar TRI Jendral Sudirman untuk menyerahkan empat lembar maklumat yang dikonsep Mohammad Yamin. Sementara Soekarno ditodong maklumat di dalam ruangannya, di luar istana situasi tampak tegang.
Sejumlah tokoh Persatuan Perjuangan mulai berdatangan. Demikian pula pejabat pemerintah, termasuk PM Sjahrir. Tak lama giliran KSU Jendral Urip Sumohardjo ikut datang.
Saat disodorkan maklumat itu, Presiden Soekarno meminta waktu untuk dibahas bersama pejabat yang sudah hadir di istana. Kesimpulan mereka sama, bahwa maklumat itu adalah sebuah kudeta terhadap pemerintah yang syah dan tak bisa dibiarkan.
Karena itu, selagi bukti ada di tangan, pelaku ada di depan mata, maka langkah praktis perlu diambil. Lagi pula, pelaku percobaan kudeta sudah tidak bersenjata lagi. Itu menguntungkan pemerintah.
Akhirnya, tanpa perlawanan Jendral Sudarsono dan rombongan, serta pasukan yang mengawal ditangkap. Dengan ditangkapnya Jenderal Sudarsono dan tokoh Persatuan Perjuangan, pada 3 Juli 1946 itu, maka berakhir pulalah kudeta itu.
Dalam sejarah, peristiwa maklumat Mohammad Yamin ini disebut-sebut sebagai kudeta atau perebutan kekuasaan yang pertama terjadi dalam sejarah lahirnya Republik Indonesia.
Terkait keterlibatan Tan Malaka selaku pimpinan Persatuan Perjuangan dalam kudeta lewat maklumat itu, Iwa Kusuma Sumantri menyatakan, "Naskah-naskah itu sekadar petisi yang ditulis Yamin sebagai sebagai pelaksana perintah Jendral Sudirman."
Dia juga mengatakan, bahwa hanya Yamin seorang diri lah yang menyusunnya maklumat itu. Hal ini tampak dari gaya bahasa khas Yamin. Begitupun dengan tokoh-tokoh dalam maklumat, ditunjuk sepihak oleh Mohammad Yamin.
Iwa menegaskan, Tan Malaka tidak mengetahui maklumat itu. Sebab saat itu Tan Malaka masih ditahan di Tawangmangu. Sedangkan dia sendiri tengah dalam perjalanan menuju tempat itu, kala pembuatan surat maklumat dilakukan.
Sedangkan dugaan keterlibatan Jenderal Sudirman dalam rencana kudeta itu, Sudirman membantah dengan membuat pidato yang haru. Dalam pidatonya itu, Sudirman tampak menangis haru, dan membela diri.
"Atas nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maka Pengasih. Sidang pendengar radio yang terhormat. Kawan-kawan seperjuangan dan anak-anaknya tentara sakilan. Merdeka!" demikian Sudirman membuka pidatonya.
Dilanjutkan, "Dikabarkan saya akan merebut kekuasaan pemerintah dan menempatkan diri di singasana sebagai kepala negara. Berhubung desas desus itu, saya katakan kepada khalayak ramai, bahwa saya tidak akan ke jurusan itu," jelasnya.
Ditambahkan dia, "Bahkan saya akan menolak apabila kursi itu disodorkan ke saya. Camkan hal ini dalam hati sanubari saudara masing-masing, supaya Saudara-saudara bebas dari fluistercampagne yang kini merajalela," sambungnya.
Ditegaskan Sudirman, bahwa tentara tidak akan ikut campur dalam lapangan politik. "Kami berdua, Paduka yang Mulia (PYM) Presiden Soekarno dan saya, Panglima Besar Sudirman masing-masing telah bersumpah," tambahnya.
Dengan segala kekuatan yang ada pada mereka berdua, Sudirman menegaskan, bahwa kekuatan itu hanya akan digunakan untuk mempertahankan kemerdekaan 100%. Ucapan Sudirman dibuktikan dengan dipilihnya jalur perang gerilya.
Perang gerilya dilakukan saat pemerintah lumpuh, karena Presiden Soekarno dan Wakilnya Mohammad Hatta ditawan Belanda. Demikian maklumat Mohammad Yamin telah membuat kegemparan dan mengancam keutuhan Republik Indonesia.
Untuk mengusut benar tidaknya rencana kudeta itu, pemerintah langsung melakukan tindakan tegas dengan menangkap 800 tokoh dan simpatisan Persatuan Perjuangan. Dari ratusan orang yang ditangkap, 14 tokoh di antaranya didakwa dan disidangkan.
Mereka yang disidangkan di anataranya adalah Jendral Sudarsono, Muhammad Yuamin, Mr Ahmad Subarjo, Iwa Kusuma Sumantri, R Sundoro Budyaarto Martoatmojo, Dr Buntaran Martoatmojo, Muhamad Ibnu Sayuti atau Sayuti Melik, dan Muhammad Saleh.
Dari hasil sidang diketahui, tidak semua pelaku berhasil dibawa ke meja hijau. Pandu Kartawiguna, Adam Malik, dan Chaerul Saleh, tidak tertangkap hingga tidak bisa diajukan ke persidangan.
Mohamad Yamin sebagai konseptor maklumat yang dianggap melakukan kudeta dalam sidangnya menolak semua tuduhan kudeta.
Yamin beralasan negara Indonesia adalah negara demokrasi dimana hak petisi diakui dalam konstitusi.
Karena itu, menurutnya maklumat itu harus dilihat sebagai petisi layaknya didengar dan dipertimbangkan. Bukan sebaliknya, pelaku dan pendukung petisi di penjarakan. Menurutnya, hal itu melanggar UUD 1945 Pasal 28 tentang Kebebasan Berserikat.
Tokoh kunci kedua yang terlibat langsung kudeta Jendral Sudarsono. Dalam sidangnya, dia mengakui, tindakan yang diambil berdasarkan perintah dari Jenderal Sudirman.
Namun, Jenderal Sudirman yang dihadirkan dalam sidang membantah semua kesaksian Sudarsono. Sudarsono jelas terpojok karena tidak bisa menunjukkan surat perintah atau bukti tertulis yang menunjukkan persetujuan atau perintah Sudirman.
Para terdakwa lain yang disidangkan mengatakan, mereka sama-sama berkeyakinan bahwa Sudirman terlibat Kudeta 3 Juli 1946. Kendati demikian, Sudirman tetap dinyatakan tidak bersalah.
Kesaksian Sudirman dan bagaimana perbantahan atasnya agaknya menjadi salah satu fokus persidangan 3 Juli 1946. Sewaktu testimoni Sudirman didengarkan, dia bersaksi tidak terlibat peristiwa 3 Juli 1946.
Iwa Kusuma Sumantri, tokoh Persatuan Perjuangan yang ikut disidang mengaku kecewa dengan kesaksian Jenderal Sudirman. Namun, Iwa paham dan mengerti, kedudukan Sudirman dilematis, terutama karena Sudirman Panglima tertinggi TRI.
"Bagaimanapun juga harus diakui, bahwa dalam segala sikap dan bicaranya, Jenderal Sudirman pada waktu itu sangat gigih dan bersemangat menentang penjajahan. Dia seorang panglima gagah berani dan percaya pada kekuatan tentaranya," katanya.
Ditambahkan, "Jelas pula dia tidak menyetujui tidakan Kebinet Sjahrir yang mengarah perundingan dengan Belanda. Sudirman setuju mempertahankan kemerdekaan sampai titik darah penghabisan," sambung Iwa.
Sejarah mencatat, posisi Sudirman diselamatkan. Hal ini sangat diperhitungkan oleh Pemerintah Soekarno-Hatta. Menurut mereka, mengganti Sudirman bisa mengakibatkan pembangkangan dan sangat merugikan pemerintah.
Dengan alasan itu, maka dosa Sudirman sebagai penentang pemerintah yang bersama Persatuan Perjuangan menolak politik diplomasi dan lembek Pemerintah Soekarno-Hatta, akhirnya diputihkan dan posisinya tetap dipertahankan.
Akhirnya, dari tujuh tokoh yang seret ke persidangan, Jendral Sudarsono dijatuhi penjara empat tahun penjara, Muhammad Yamin empat tahun, Ahmad Subarjo tiga tahun, Iwa Kusuma Sumantri tiga tahun, dan R Sundoro Budyarto Martoatmojo 3,6 tahun.
Sedangkan R Buntaran Martoatmojo divonis dua tahun, dan Muhammad Saleh 2,6 bulan. Dengan divonisnya para pemimpin Persatuan Perjuangan ini, maka berakhirlah oposisi terhadap Pemerintah Soekarno-Hatta.
Kebijakan politik diplomasi pemerintah yang dinilai lembek akhirnya dengan mulus dijalankan. Hasilnya, daya tawar pemerintah dimata dunia menjadi jauh menurun, dan kerugian sangat besar dialami pemerintah dan seluruh rakyat.
Bersambung...
http://daerah.sindonews.com/read/1050025/29/maklumat-mohammad-yamin-dan-kudeta-pertama-di-indonesia-1443800176
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
0 komentar:
Posting Komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Social Profiles
Popular
Tags
Blog Archives
Mengenai Saya
YPKP 65 Kebumen
Lihat profil lengkapku
Entri Populer
Program Re-Ra (Rekonstruksi & Rasionalisasi) TNI Kabinet Hatta
25 Desember 2015 Sebelum diadakannya program “reorganisasi dan rasionalisasi” (Re-ra) oleh Perdana Menteri Hatta,...
Tragedi 1965 dan Peristiwa Madiun 1948
Oleh: Yunantyo Adi Pengantar Redaksi: Wacana rekonsiliasi dalam Simposium Nasional "Bedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan&quo...
Pembrontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun, 18 September 1948
18 September 2015 illustrasi: Gambar ini adalah kekerasan yang terjadi di Vietnam, yang penah dimanipulasi untuk melegitimasi k...
Siapakah Letkol Untung ?
Friday, December 12, 2014 S oeharto- U ntung: Hubungan spesial [jitunews] Siapakah Letkol U ntung dan apa hubunganya dengan peristi...
Siapakah Letkol Untung Itu ? Sejauh Mana Keterlibatannya dalam Gerakan G-30-S
Kamis, 22 April 2010 Letkol Untung [Foto : Kaskus ] Tahun 1960-an dunia diwarnai dengan ketegan...
Tjilik Riwut Tokoh Intelijen Pembubaran RIS di Kalimantan
June 19, 2017 Tjilik Riwut nomor tiga dari kanan tanpa topi / ist SHNet, PALANGKA RAYA – Tjilik Riwut, Gubernur Kalimantan Tengah, 1...
Sejarah Kelam G30S 1965 di Bali
Senin, 10 September 2018 | 10:30 WITA 1. Siswa SMP Sudah Ikut Berpolitik di GSNI atau IPPI Gerakan 30 September 1965 atau dike...
Max Lane: Pram Sejarawan Terbaik Indonesia
Tuesday, 25 December 2012 PENERJEMAH enam karya Pramoedya Ananta Toer asal Australia, Max Lane, menjadi dosen tamu selama lima perte...
"MESUJI BERDARAH " PEMBANTAYAN SADIS YANG MENEWAS KAN "SATU KAMPUNG" INI LAH KRONOLoGIS NYA..!!!
16 Nov 2011 illustrasi: Korban pembantaian politik di Filipina Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) memaparkan penyebabnya insiden pemba...
Pemerintah Bahas RUU Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
Kamis, 12 Maret 2020 RUU KKR sebagai payung hukum untuk menyelesaikan pelanggaran HAM berat pada masa lalu melalui jalur nonyudisial. ...
Diberdayakan oleh
Blogger
.
Categories
Kliping #65
Tragedi
Anti Orba
Sejarah
News
Article
Kliping
Impunity
Kisah
Militerism
IPT65
PKI
Genosida 65
Documentary
Sejarah #Gerwani
hoax ala orba
Persekusi
Mass-Graves
Press-Release
Statement
Kejahatan HAM
Komnas HAM
Stigma PKI
Internasional
Materi
Surat
Buku
G30S
Lekra
Film
Sastra
Interview
arsip rahasia
Pembantaian Massal
Kejakgung
YPKP 65
Kamisan
KontraS
Konspirasi
Pramoedya Ananta Toer
Pulau Buru
Jokowi
BTI
Bedjo Untung
Genosida Politik
Pemuda Rakyat
Genosida
Rekonsiliasi
CIA
PKI 1948
KKR
IPT'65
Amnesty International
Aceh
DN Aidit
Konflik Agraria
Plantungan
investigasi
Dialita
LBH
Tjakrabirawa
Menko Polhukam
Simposium
Orba Soeharto
PBB
Tokoh
Testimoni
Baperki
DKN
Purwodadi
Cilacap
Eksil
Kanigoro
Tan Malaka
Bali
Foto
Muhidin M Dahlan
Seni Rupa
Gusdurian
Moncongloe
Tumiso
Jeju
Musik
Pendidikan
SOBSI
HRWG
Hersri Setiawan
Koesalah S Toer
NTT
Oey Hay Djoen
Trikoyo Ramidjo
Genjer-genjer
Harsutejo
Holocaust
Kalimantan
Karl Marx
Memorialisasi
Soemarsono
Tapol Yogya
HAM
Hendra Gunawan
Heru Atmojo
Luweng
Mia Bustam
Putmu'inah
SKP-HAM
Sudarno
Arsip
Gandrung
Keppres 28/1975
Keppres 28/2975
LPSK
Lubang Buaya
Obituari
Sexual Violence
Sulami
Supersemar
Tapol
Tapol Bali
Wonogiri
Ahmad Tohari
Asset
Brebes
Haji Misbach
Insureksi
JC Princen
Jess Melvin
Munir
Museum
Operasi Trisula
Papua
Purbalingga
Purwokerto
Red Drive Proposal
Tapol Jakarta
Tapol Jawa Timur
Banten
Banyuwangi
Basoeki Abdullah
Blitar
CHTH
Demonisasi
English
JPIT
Kebumen
Klaten
Lengger
Magetan
Nasionalisasi
Nazi
Novel
Nyoto
Poncke Princen
Putu Oka Sukanta
Referensi
Sarbupri
Sei Ular
Svetlana
Tapol Ambarawa
Tapol Jawa Tengah
Tapol Kalimantan Timur
Teater
ipt 65
komune paris
Aris Panji
Biennale
Blitar Selatan
Cerpen
Communist Manifesto
Data Virtual
Digul
Gubernur Sutedja
Hilmar Farid
KSP
Kuli Kontrak
Kulo Kontrak
MK
Made Supriatma
Mark Curtis
Mars Nursmono
Mattew Woolgar
Nasakom
Nusakambangan
Nyai Ontosoroh
Oei Hiem Hwie
PGRI Non Vaksentral
PKI 1026
Perampasan Asset
Petrus
Riset
Semaun
Sragen
Sudisman
Sudjojono
TMP Kalibata
Tangerang
Tapol Gunung Kidul
Tapol Jawa Barat
Tapol Lampung
Tapol Palu
Tapol Purworejo
Tom Udall
Tritura
Umi Sardjono
Vanessa Hearman
emko Polhukam
enosida 65
Arsip Blog
►
2020
(31)
►
Maret
(4)
►
Februari
(22)
►
Januari
(5)
►
2019
(404)
►
Desember
(46)
►
November
(44)
►
Oktober
(64)
►
September
(34)
►
Agustus
(35)
►
Juli
(16)
►
Juni
(12)
►
Mei
(33)
►
April
(32)
►
Maret
(35)
►
Februari
(20)
►
Januari
(33)
►
2018
(628)
►
Desember
(27)
►
November
(26)
►
Oktober
(82)
►
September
(65)
►
Agustus
(32)
►
Juli
(39)
►
Juni
(78)
►
Mei
(53)
►
April
(60)
►
Maret
(50)
►
Februari
(76)
►
Januari
(40)
►
2017
(745)
►
Desember
(42)
►
November
(50)
►
Oktober
(153)
►
September
(179)
►
Agustus
(32)
►
Juli
(42)
►
Juni
(30)
►
Mei
(53)
►
April
(30)
►
Maret
(46)
►
Februari
(40)
►
Januari
(48)
►
2016
(1284)
►
Desember
(26)
►
November
(24)
►
Oktober
(85)
►
September
(83)
►
Agustus
(51)
►
Juli
(138)
►
Juni
(164)
►
Mei
(346)
►
April
(244)
►
Maret
(76)
►
Februari
(25)
►
Januari
(22)
▼
2015
(438)
►
Desember
(32)
►
November
(85)
▼
Oktober
(116)
Dialita Berjuang Mengais Lagu-Lagu Tapol 65
Korban Perempuan yang Selamat Bicara Soal Pembunuh...
Saksi Pembantaian PKI: Mereka Dibariskan dan Dibun...
Yang Terusir dari Tanah Air
11 Jasad diduga korban PKI ditemukan saat penggali...
Makam Dibongkar, Tulang Belulang Anggota PKI di Ba...
Bebas dan Panas! Menengok Diskusi Seputar Tragedi ...
Kuburan Massal Anggota PKI di Jembrana Bali Dibongkar
Isu Tragedi '65 di Tahun 2015: Dari Frankfurt ke U...
Kerap lihat kejadian aneh, alasan warga bongkar ma...
Ubud Writers Membuka Kotak Pandora Sastra Indonesia
Keterlibatan Jerman dalam kudeta militer 1965 di I...
Tak Ada Lagi Diskusi tentang 1965 di UWRF
Konferensi Nasional Pemulihan: “Memastikan Tanggun...
60 Penulis Kecam Pembatalan Isu 1965 di Ubud Write...
Konflik Vertikal dan Horizontal Terjadi Pada Kasus...
NEGARA WAJIB MENJAMIN RASA AMAN BAGI WARGA YANG BI...
Pemerintah Myanmar Terbukti Lakukan Genosida terha...
Genosida* 1965: Tragedi Kemanusiaan dan Serangan a...
Dualisme Jepang Terhadap Indonesia
Politik Bukan Alasan UWRF 2015 Angkat Isu 1965
Diskusi Isu 1965 Dibatalkan di Ubud Writers and Re...
Ubud Writers & Readers Festival Dilarang Bahas G30...
Pertumpahan darah orang Indonesia, Bagian 2
INDONESIA 1965: Pelajaran dari kekalahan besar - B...
Sjam Kamaruzzaman dan Kerja Rahasia Biro Khusus PKI
LSM adukan pemberedelan majalah Lentera ke Komnas HAM
'Gestapu pemberontakan setengah hati'
Utati, Penulis Lirik Selirih Karya Pramoedya Anant...
Liputan | Re(i)novasi Memori KKPK: Anak Muda dan HAM
Usia Senja, Adik Pramoedya Ananta Toer Tetap Seman...
Tentang jejak PKI di Aceh
Adik Pramoedya Ananta Toer Raih Penghargaan dari R...
Menonton Film Terakhir Lekra di Dunia
Ekslusif : Wawancara KBR Bersama Tom Iljas
Pembantaian Massal 1965 Sebagai Gerakan Kontra-Rev...
Pasca penangkapan, rombongan Tom Iljas akui diinti...
Diskusi Panas Tema 1965 di Frankfurt Book Fair 2015
Kesaksian Elite PKI tentang Sepak Terjang Aidit
Seorang kakek ditangkap saat ziarah ke kuburan mas...
Konferensi Pembantaian 1965 di Indonesia dan Holoc...
Rekonsiliasi Nasional Peristiwa Pasca Gestapu Ala ...
Akar Historis dan Ideologis Kejatuhan PKI
Lubang Buaya
Peran Amerika Serikat dan Penggulingan Soekarno 19...
Mencari Desa Hilang di Padang Halaban
Soekarno Minta Seniman Tak Dibunuh Pasca-G30S, Ini...
Koalisi Keadilan dan Pengungkapan Kebenaran
Genosida* 1965: Tragedi Kemanusiaan dan Serangan a...
Gestok dan Pendidikan
2 Rumah Bersejarah di Menteng dengan Tragedi Berdarah
Kisah Eks-Tapol yang Kini Jadi Pendeta
Di mana anak muda mencari kebenaran sejarah G30S?
Membuka Tabir di balik Buku Pelajaran Kita
Mengenang yang Tewas di Musim Gugur
G30S 1965: Inggris Sudah Lama Ingin Singkirkan Soe...
G30S 1965: Rupanya Soeharto yang Tempatkan Letkol ...
G30S 1965: Misteri Letkol Untung, Masih Hidupkah Dia?
Kisah Eks Tapol Dibui 12 Tahun di Penjara Kalisosok
Ketika Warga Kampung PKI Adakan Tahlilan dan Slametan
50 tahun berlalu, korban pembantaian massal di Ind...
Senator AS Ajukan Resolusi Baru Ungkap Kasus G 30S...
Pelenyapan Kaum Kiri Banyuwangi
Membuka Tabir G30S dari Dokumen KGB
Menelusuri Jejak Letkol Untung di Kebumen
G30S:Kisah Diplomat AS yang Bikin Daftar Nama Targ...
Jembatan Bacem: 50 Tahun Setelah Tragedi Pembantaian
Penangkapan dan Pembunuhan Tan Malaka
Kisah Apel Akbar 5 Oktober 1965 dan Pengganyang PKI
G30S 1965, NU Meminta Maaf ?
Kisah Kolonel TNI Tembak Leher Ketua CC PKI Aidit
G30S 1965: Lima Jejak Keterlibatan Amerika
Amerika Serikat Didesak Membantu Indonesia Menying...
Membaca Kembali Kegamangan Sejarah G30S
Spanduk anti-PKI dari TNI AD bertebaran di Jakarta
Maklumat Mohammad Yamin dan Kudeta Pertama di Indo...
G30S, Politikus PKI Anak Haji Penghafal Quran dan ...
Korban 1965: 'Saya bertemu algojo yang menembak ma...
Martono: Aku si tukang listrik, korban salah tangk...
Dalam Kelemahan Manusiawi, 50 Tahun Memelihara Sis...
Kenapa pembunuhan massal usai G30S paling banyak t...
Misteri Kelam & Konspirasi di Balik G30S PKI
Kisah Persahabatan Bung Karno dan Musso Sang Tokoh...
EKSKLUSIF G30S: Sebelum Didor Aidit Minta Rokok ke...
Wijaya Herlambang: G/30/S/PKI dan teror dalam kebu...
Pemerintah Tegaskan Tak Ada Permohonan Maaf Bagi K...
Ulung Sitepu, GUBSU Loyalis Sukarno dan Pancasilai...
Jaksa Agung: Bukan Minta Maaf ke PKI, Tapi Penyesa...
G30S 1965 dan Pasukan Sipil Serba Hitam Membasmi PKI
Kakek Andi Noya Dibunuh Massa Anti-PKI
Bertahan di Pulau Buru -bekas tempat tahanan mereka
Cerita Lain Prahara 1965
Titik Awal
Kembalikan Semua Hak Para Soekarnois
Nasib tragis Ketua PKI Aidit dieksekusi AK-47 di s...
Gerwani dan Pembunuhan Identitas
G30S 1965, Lolos Eksekusi Mati Ditolong Tokoh Muha...
Kisah Para Gubernur yang Dituding PKI
Tan Malaka Duri dalam Daging Perundingan Indonesia...
Tertahan pulang karena G30S, Florensia jadi dokter...
►
September
(98)
►
Agustus
(24)
►
Juli
(10)
►
Juni
(21)
►
Mei
(9)
►
April
(11)
►
Maret
(19)
►
Februari
(9)
►
Januari
(4)
►
2014
(94)
►
Desember
(7)
►
November
(4)
►
Oktober
(16)
►
September
(15)
►
Juli
(10)
►
Juni
(7)
►
Mei
(2)
►
April
(18)
►
Maret
(3)
►
Februari
(6)
►
Januari
(6)
►
2013
(113)
►
Desember
(8)
►
November
(7)
►
Oktober
(19)
►
September
(20)
►
Agustus
(6)
►
Juli
(13)
►
Juni
(11)
►
Mei
(15)
►
April
(6)
►
Maret
(2)
►
Februari
(5)
►
Januari
(1)
►
2012
(85)
►
Desember
(6)
►
November
(8)
►
Oktober
(16)
►
September
(21)
►
Agustus
(3)
►
Juli
(10)
►
Juni
(1)
►
Mei
(3)
►
April
(5)
►
Februari
(6)
►
Januari
(6)
►
2011
(71)
►
Desember
(2)
►
November
(5)
►
Oktober
(16)
►
September
(9)
►
Agustus
(11)
►
Juli
(2)
►
Juni
(1)
►
April
(10)
►
Maret
(3)
►
Februari
(2)
►
Januari
(10)
►
2010
(65)
►
Desember
(6)
►
November
(1)
►
Oktober
(11)
►
September
(26)
►
Agustus
(8)
►
Juni
(4)
►
Mei
(2)
►
April
(1)
►
Februari
(1)
►
Januari
(5)
►
2009
(30)
►
Desember
(2)
►
November
(1)
►
Oktober
(8)
►
September
(3)
►
Agustus
(5)
►
Juli
(4)
►
April
(1)
►
Maret
(1)
►
Februari
(4)
►
Januari
(1)
►
2008
(23)
►
Desember
(1)
►
November
(6)
►
Oktober
(4)
►
September
(1)
►
Juni
(1)
►
Mei
(2)
►
April
(2)
►
Maret
(3)
►
Februari
(2)
►
Januari
(1)
►
2007
(24)
►
Desember
(1)
►
November
(2)
►
Oktober
(5)
►
September
(12)
►
Agustus
(1)
►
Juli
(1)
►
April
(1)
►
Februari
(1)
►
2006
(3)
►
Desember
(1)
►
November
(2)
►
2005
(3)
►
Oktober
(1)
►
September
(1)
►
April
(1)
►
2004
(2)
►
Oktober
(1)
►
September
(1)
►
2003
(6)
►
Oktober
(1)
►
September
(3)
►
Juli
(1)
►
Juni
(1)
►
2002
(2)
►
Juli
(2)
►
2001
(4)
►
November
(1)
►
Oktober
(1)
►
Juli
(1)
►
Mei
(1)
►
2000
(5)
►
Oktober
(1)
►
September
(2)
►
Juli
(2)
►
1999
(1)
►
Juli
(1)
►
1998
(2)
►
Desember
(1)
►
Oktober
(1)
►
1996
(1)
►
Oktober
(1)
►
1981
(1)
►
Juli
(1)
Recent Posts
Recent Posts Widget
Your browser does not support JavaScript!
0 komentar:
Posting Komentar