Jumat, 23 Okt 2015 17:15 WIB ·
Communication Coordinator UWRF 2015 Hanna Nabila mengatakan isu yang hendak diangkat dan telah dijadwalkan tersebut sebenarnya tidak berfokus pada politik.
"UWRF berusaha untuk menjalankan misi sebagai media diskusi. Politik bukan alasan utama festival mengangkat topik tersebut melainkan untuk mendengarkan kisah dari para korban," katanya kepada detikHOT, Jumat (23/10/2015).
Selama 3 minggu belakangan, proses negosiasi sudah dijalankan antara UWRF dengan Polres Gianyar. "Kita sudah berkali-kali memenuhi panggilan sampai akhirnya hari ini memutuskan tidak bisa lanjut," ungkapnya.
Tiga diskusi panel yang terkait tema Rekonsiliasi dan Pemulihan, pemutaran film The Look of Silence karya Joshua Oppenheimer, dan pameran serta peluncuran buku The Act of Living tidak dapat dilaksanakan.
Sensor ini pun baru pertama kalinya terjadi di UWRF sepanjang 12 tahun penyelenggaraannya. Direktur UWRF Janet DeNeefe menyesalkan tindakan dari pemerintah Bali yang tidak memberikan izin.
"Mungkin isu ini terlalu sensitif. Bu Janet sangat merasa menyesal program-program tersebut harus batal," ujar Hanna.
Tahun ini, UWRF menampilkan 165 penulis dari 25 negara. Tercatat penulis yang melarikan diri dari negara Korea Utara, Hyeonseo Lee akan hadir berpartisipasi dan Profesor Mazin Qumsiyeh asal Palestina. Serta, novelis asal Meksiko Alvaro Enrigue, penyair satir asal Italia Stefano Benni, pemenang Miles Franklin Award 2015 Sofie Laguna, dan pemenang Stella Prize Emily Bitto untuk debut novel 'The Strays'.
Selain itu, masih ada penulis pemenang Pulitzer Michael Chabon yang juga dikenal sebagai penulis skenario Spider-Man 2, penulis buku 'I Am Malala: The Girl Who Stood Up for Education and Was Shot by Taliban' Christina Lamb, penulis buku seri panduan wisata Lonely Planet Tony and Maureen Wheeler, dan penulis buku populer 'The Legal Fundamentalist' asal Pakistan, dan masih banyak lagi.
Detik.Com
0 komentar:
Posting Komentar