Rabu, 01 Juni 2016

Cuplik Pidato Try Sutrisno

Catatan: Febriana Firdaus

Yang ketinggalan pidato Try Sutrisno tadi pagi di Simposium tandingan: 

1. Mengapa kita harus mengukuhkan kembali dukungan kita kepada Pancasila dan menegaskan kembali penolakan kita terhadap Marxisme-Leninisme/Komunisme dan PKI. PKI, walaupun telah dilarang pada tahun 1966, namun ternyata telah tiga kali mengadakan kongres gelapnya secara rahasia di beberapa tempat.

2. Semangat yang dikandung oleh Pancasila seperti tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah semangat persatuan dan kesatuan dari Bangsa yang bermasyarakat majemuk multi dimensi ini, yang bertujuan terbentuknya Negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. 
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita memilih cara musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan segala masalah. 
Sebaliknya, Marxisme-Leninisme/Komunisme yang dianut oleh PKI berintikan ajaran tentang pertentangan kelas dan negara diktatur proletariat, yang jika suatu saat dapat terbentuk, akan menindas dan membasmi tanpa ampun golongan-golongan lainnya. 
Ideologi Marxisme-Leninisme/Komunisme dan partai komunis dimanapun juga tidak mengakui eksistensi negara yang tidak berdasar ideologi mereka, dengan tidak membedakan apakah negara itu negara kolonial atau negara nasional. 

3. Sudah barang tentu, masyarakat Indonesia yang mendukung Pancasila merasa heran, bahkan gelisah, dengan rangkaian aksi yang dilakukan oleh para pendukung ideologi Marxisme-Leninisme/Komunisme dan PKI ini, yang dalam bulan-bulan belakangan ini bukan saja menyebarluaskan literatur Marxisme-Leninisme/Komunisme dan mendistribusikan artibut PKI dalam berbagai bentuk, tetapi juga telah menggugat Ketetapan MPR Nomor- TAP-XXV/MPRS/1966; menuntut Negara Kesatuan Republik Indonesia di sebuah pengadilan informal di luar negeri; bahkan mengadakan sebuah simposium nasional, yang jelas terkesan memberi angin kepada aksi pendukung PKI ini. 
Lebih mengherankan lagi, bahkan ada tuntutan agar Negara cq Pemerintah meminta maaf kepada mereka yang telah menjadi korban dari reaksi masyarakat , yang justru telah terlebih dahulu menjadi korban kekerasan – yang disebut sebagai aksi sefihak ( aksef ) – dari jajaran PKI ini.

4. Jika pilihannya adalah antara Pancasila dengan Marxisme-Leninisme/Komunisme, tanpa ragu sedikitpun, kita akan memilih Pancasila. Jadi, jika pada tahun 1948 Bung Karno berkata: "“Pilih Soekarno-Hatta atau Musso”, maka kita sekarang berkata: “Pilih Pancasila atau Komunisme”

5. Inilah “ pekerjaan rumah” ideologi kita sekalian untuk tahun-tahun mendatang. Artinya, perjuangan ideologi kita untuk mempertahankan Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara, tidaklah selesai dengan selesainya simposium dalam dua hari ini, serta dengan Apel Siaga Nasional yang insya Allah akan kita adakan pada tanggal 3 Juni mendatang. 

Mari kita diskusikan!
Reporter : Rakisa | Rabu, 1 Juni 2016 - 15:42 WIB

Sumber: http://nasional.kini.co.id/2016/06/01/15490/kivlan-zein-pki-telah-bangkit-ketuanya-wahyu-setiaji
Follow Twitter @KiniOnline dan FB http://fb.com/KiniOnlinevb

0 komentar:

Posting Komentar