Isyana Artharini
Wartawan BBC Indonesia | 1 Juni 2016
Simposium
'anti-PKI' untuk menandingi simposium Tragedi 1965 telah resmi dibuka
dan langsung dipenuhi pernyataan yang menyerang acara-acara terkait
tragedi 1965 yang dicap "memberi angin" kepada PKI.
Di antara tamu undangan terlihat ketua panitia pengarah Simposium Tragedi 1965 yang juga Gubernur Lemhanas, Agus Widjojo.
Dalam pidato utamanya, mantan wakil presiden Try Sutrisno mengecam berbagai acara yang disebutnya "memberi angin" kepada kebangkitan PKI.
Simposium tandingan bertajuk 'Mengamankan Pancasila dari Ancaman Kebangkitan PKI & Ideologi Lain' digelar selama dua hari mulai Rabu (01/06) pagi.
Dia mengklaim acaranya didukung 49 ormas agama dan pemuda. Beberapa lambang organisasi yang muncul dalam spanduk pendukung termasuk Pemuda Pancasila, HMI, Forum Umat Islam, Ansor, NU, MUI, FKPPI, dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia.
Kiki mengatakan simposium ini "bertujuan menyatukan komponen bangsa untuk mencegah berbagai upaya membangkitkan PKI".
Menurutnya, selalu ada pihak-pihak yang tidak ingin Indonesia kokoh, bersatu. "Dan mereka menggunakan proxy-proxy dan mereka kulitnya sama dengan kita," tandasnya dalam pidato.
Dan, "mereka selalu berusaha Indonesia tidak stabil dengan mengusung isu HAM."
Sementara Try Sutrisno, yang juga mertua Menhan Ryamizard Ryacudu dalam pidatonya, mengklaim bahwa pada tahun 2016, "seluruh simpatisan PKI dan keturunannya telah memiliki dan menikmati semua haknya, baik politik, ekonomi, dan sosial budaya, bahkan sebagai anggota atau pemimpin lembaga tinggi negara."
Tetapi Try mengecam pengadilan sidang IPT soal 1965 yang berlangsung di Den Haag, Belanda, serta simposium nasional tragedi 1965 yang menurutnya "memberi angin terhadap aksi PKI ini".
Peserta pun lagi-lagi memberi tepuk tangan.
Try menolak penyebutan G30S tanpa menyebut PKI karena menurutnya G30S ada dari "hasil pemikiran PKI untuk melakukan pemberontakan pada negara".
Setelah sambutan Try, pembawa acara mengundang peserta untuk meneriakkan yel-yel, "Pancasila! Abadi!" beberapa kali.
Suasana dipanaskan Cholil Ridwan dari MUI yang memapar 'testimoni' soal "aksi PKI di pondok pesantren Gontor di Madiun" pada 1965, dan pidato Rizieq Shihab yang mengecam penyelenggaraan Simposium Tragedi 1965 lalu.
Saat pidato pendiri FPI itu, sejumlah orang menunjuk-nunjuk Agus Widjojo, Gubernur Lemhanas dan Ketua Simposium Tragedi 1965, yang hadir sebagai undangan.
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/06/160601_indonesia_simposium_pki_haripertama?ocid=socialflow_facebook
0 komentar:
Posting Komentar