Surat terbuka Gus Ubaidillah Achmad, Suluk Kiai Cebolek
Saya bukan jenderal, karena itu saya tidak berani menuduh seperti
jenderal Kivlan Zen lakukan seperti di media "umat Islam" Panjimas. Saya seorang
yang bekerja di UIN Walisongo yang terikat dengan prinsip dan aturan
akademik, sehingga tidak boleh berbicara tanpa data yang benar. Sebagai
seorang jenderal, sudah seharusnya menjaga ideologi Pancasila bersama
para santri dan akademisi.
Pancasila harus selalu kita jaga
bersama. Kenapa jenderal justru bersama para Ustadz yang mendukung
gerakan HTI, yang jelas-jelas mengibarkan bendera khilafah Islamiyah.
Jendaral, saya kira bisa bertanya kepada teman di HTI, apakah tujuan
dari sistem yang akan dibangun oleh Khilafah Islamiyah? Tentu sudah
banyak tertulis di spanduk dan selebaran dan jelas mereka menegaskan
ingin mendirikan negara Islam dan mengganti ideologi Pancasila yang
mereka sebut sebagai ideologi thagut.
Pantaskah seorang jenderal
bersama para ustadz yang mendukung mereka yang mengatakan, bahwa semua
umat islam yang mempercayai Pancasila akan masuk neraka semua. Banyak
pidato-pidato propaganda HTI yang mengajak umat Islam membuat negara Islam di
Indonesia.
Jendaral Kivlan Zen, semoga antum tidak berkepanjangan
menyebarkan propaganda dengan menuduh UIN sarang komunis, pesantren
sudah kemasukan komunis.
Bagaimana mungkin jenderal? pesantren menolak
mereka yang ingin belajar dan menghayati ilmu hakikat dan ilmu kaweruh
untuk mencapai manusia sejati. Siapa pun mereka yang ingin belajar.
Siapa pun tidak boleh menolak mereka yang belajar di pesantren.
Karenanya, meski para kiai pernah dibenturkan dengan gerakan komunis
oleh orang yang tidak bertanggung jawab, para Kiailah justru yang kali pertama
membuka diri untuk saling memaafkan dan menerima anak-anak mereka belajar
di pesantren. Jenderal, pamhamilah jika ada dosa pada seseorang, maka
pesantren tidak mengenal dosa turunan.
Jika belum ada kejahatan
yang secara langsung dilakukan oleh seseorang, maka tidak boleh
mengaitkan kejahatan yang dilakukan orang tua menjadi bentuk kejahatan
anaknya. HTI sudah terus terang ingin membuat negara Islam, pantaskah
jika ada seorang jenderal justru berbalik menuduh lembaga pesantren yang
menerima ideologi pancasila menjadi sarang ideologi komunis. Pesantren
merupakan lembaga pendidikan yang berkarakter, sehingga semua yang masuk
pesantren harus belajar dengan karakter pesantren dalam beragama dan
membela bangsa. Karenanya, tepat jika ada hari santri di Indonesia, sebab
jasa pesantren terhadap bangsa sangat besar.
Jenderal, saya tidak
paham maksud pernyataan antum di Panjimas dan di beberapa seminar
bersama umat Islam yang suka mengkafirkan dan menuduh bid'ah dlalalah
pada sikap kiai dan santri itu. Sudah seharusnya melakukan seleksi
dengan penuh bijaksana, bagaimana keterlibatan berserikat seorang
jenderal bersama masyarakat menjadi lebih bersahaja dan tepat [?] sebab
semua jenderal bersumpah akan menjaga ideologi pancasila.
Sedangkan, para santri sepenuh hati menerima ideologi pancasila. Ingat,
jenderal, berpegang pada ideologi kebangsaan bersama santri dan
pesantren, bukan berarti tidak boleh membaca hikmah kehidupan dari siapa
pun dan dari peristiwa apapun. Para pengasuh pesantren harus berjuang
membela bangsa, membuka dialog dan menerima siapa pun yang ingin
belajar, ternyata menjadi sasaran tuduhan antum yang tidak bertanggung
jawab.
Berhentilah berkata kata sebelum memahami realitas di
lapangan. Apakah karena sebuah kepentingan seseorang boleh berkata
mengganggu ketenangan masyarakat?
Pernahkah ada deklarasi pesantren anti
pancasila, perguruan tinggi anti pancasila. Hingga kini, kita belum
pernah melihat pesantren dan perguruan tinggi bersikap seradikal itu.
Justru, yang sudah jelas, adalah deklarasi HTI sebagai mereka yang ingin
mendirikan negara Islam. Kami, pesantren, dan UIN mencintai pancasila.
Mencintai pancasila merupakan bentuk sikap bid'ah yang penuh dengan
kenikmatan. Kami punya prinsip, hubbul wathan min al iman.
Mencintai
negara adalah sebagian dari iman.
Rembang, 28 Mei 2016
[https://www.facebook.com/nursyahbani.katjasungkana/posts/10209337482543709]
Jumat, 03 Juni 2016
Kivlan Zen, Benarkah Pernyataan Anda
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar