Rabu, 18 Oktober 2017 17:00Reporter : Pandasurya Wijaya
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta kemarin merilis dokumen rahasia yang mengungkap pemerintah AS mengetahui dan mendukung tindakan tentara Indonesia dalam pembantaian massal anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia pada 1965.
Dokumen itu memuat laporan berisi 30 ribu halaman dari 39 dokumen yang merekam aktivitas kedutaan AS di Jakarta pada periode 1964-1968.
Dokumen yang sebelumnya rahasia ini akhirnya boleh diungkap ke publik setelah Pusat Pengungkapan Dokumen Nasional AS merespons banyaknya kalangan yang menuntut pemerintah AS membuka rahasia tentang apa yang terjadi pada masa itu.
Dilansir laman the Independent, Rabu (18/10), sejumlah pegiat hak asasi asal Amerika dan Indonesia, termasuk para pembuat film, dan sekelompok senator AS mendesak pemerintah AS membuka dokumen ini ke publik.
Badan Keamanan Arsip Nasional AS dan Pusat Pengungkapan Dokumen Nasional (NDC) bekerja sama memindai dan menyimpan dokumen-dokumen itu dalam bentuk digital.
Dari 30 ribu halaman yang sudah diproses NDC, masih ada ratusan dokumen yang statusnya rahasia untuk diteliti lebih lanjut sebelum dirilis lagi ke publik pada awal tahun depan.
Dalam dokumen yang sudah diungkap ini secara spesifik menyebut pembantaian massal oleh tentara dan kelompok muslim Nahdlatul Ulama serta Muhammadiyah adalah atas perintah Suharto, sosok yang kemudian menjadi presiden selama 32 tahun.
Dalam dokumen itu juga dikatakan diplomat AS di Jakarta menyimpan data nama-nama pemimpin PKI yang dieksekusi dan pejabat AS juga secara aktif mendukung tentara Indonesia menghabisi gerakan komunis.
Pada dokumen kawat tertanggal 21 Desember 1965, diplomat AS Mary Vance Trent menyampaikan kepada Kementerian Luar Negeri AS soal peristiwa yang terjadi di Indonesia.
"Terjadi perubahan drastis yang fantastis dalam sepuluh pekan terakhir," kata laporan itu. Dalam kabar kawat itu disebutkan juga kalimat yang mengatakan ada sekitar 100 ribu orang yang sudah dibunuh.
Di Bali saja, kata kawat itu lagi, sekitar 10 ribu orang dibantai pada pertengahan Desember, termasuk orang tua, kerabat dari gubernur Bali yang pro-komunis, dan pembantaian ini terus berlangsung. Dua bulan kemudian, diperkirakan pembantaian di Bali sudah mencapai angka 80 ribu.
Kawat dari Kementerian Luar Negeri pada April 1966 mengungkapkan betapa besarnya skala pembunuhan yang terjadi.
"Kami terus terang tidak tahu, angka yang sebenarnya adalah mendekati 100 ribu atau 1 juta jiwa. Bahkan pemerintah Indonesia juga tidak tahu pasti berapa angka yang sebenarnya," kata kawat itu.
"Pembantaian 1965-1966 adalah salah satu kejahatan kemanusiaan terburuk di dunia dan masa-masa terkelam negara kita," ujar Veronica Koman, pengacara hak asasi asal Indonesia.
"Para penyintas 1965-66 kini sudah pada tua dan saya khawatir mereka tidak mendapatkan keadilan sebagaimana mestinya sebelum mereka meninggal. Semoga setelah dokumen kawat ini diungkap, kebenaran bisa muncul dan para pelakunya bisa dimintai pertanggungjawaban." [pan]
Sumber: Merdeka.Com
0 komentar:
Posting Komentar