Martin Sitompul | 20 Okt
2017, 20:08
Konsul AS di
Surabaya melaporkan pembasmian orang-orang komunis di Jawa Timur.
Tentara menangkap tahanan PKI dalam Operasi Trisula. Foto: Vannessa Hearman dari Museum Brawijaya.
DARI 39 dokumen rahasia AS yang telah dideklasifikasi,
lima di antaranya memuat laporan dari Konsulat AS di Surabaya. Dokumen itu
melaporkan situasi yang terjadi di Jawa Timur terkait aksi-aksi penumpasan PKI
yang melibatkan tentara dan masyarakat. Masing-masing dokumen berupa pesan
telegram yang ditujukan kepada Kedubes AS di Jakarta.
Pengirimnya tercatat bernama Heyman, konsul AS di
Surabaya.
Sejak November hingga Desember 1965, dokumen itu
melaporkan situasi keamanan di Jawa Timur yang berdarah. Aksi penumpasan
orang-orang komunis berlangsung di berbagai daerah. Amatan dari seorang
misionaris lokal pada 21 November yang melakukan perjalanan dari Kediri ke
Mojokerto menyatakan banyak jenazah mengambang di sungai-sungai.
“Misionaris itu mendengar pembantaian terbesar telah dilakukan di Tulungagung di mana dilaporkan 15.000 komunis terbunuh,” tulis pesan telegram bernomor seri 183 tanggal 24 November 1965.
Pembunuhan terhadap PKI terus berlanjut di desa-desa
perbatasan Surabaya. Menurut kepala jawatan kereta api Jawa Timur, sebanyak
lima stasiun tutup dikarenakan banyak buruh kereta yang takut bekerja setelah
mendengar beberapa rekan mereka dibunuh.
Memasuki bulan Desember, penganiayaan terhadap
orang-orang PKI terus berlanjut namun “dalam skala yang lebih rendah dan lebih
berhati-hati.” Kendati demikian, suasana sosial tetap mendidih. Pasalnya,
beberapa pemimpin PKI diduga masih bersembunyi di Surabaya.
Angkatan Darat mulai berusaha menghentikan pembunuhan.
Peran aktif pihak militer dikurangi dengan lebih melibatkan masyarakat berperan
dalam pembersihan. Dikabarkan, “tentara melepas 10 sampai 15 tahanan pada malam
hari untuk dieksekusi kaum Muslim,” tulis pesan telegram bernomor 203 tanggal
21 Desember 1965.
Operasi pembersihan di Surabaya dilaporkan memakan waktu
lebih lama karena banyaknya simpatisan PKI di daerah tersebut. Mereka yang
menjadi korban diciduk dari permukiman penduduk. Setelah dieksekusi, mayatnya
dikuburkan secara massal daripada dibuang ke sungai.
Sementara di Madiun, orang-orang komunis yang semula
ditangkap dan dicap tahanan PKI, dikirim ke warga sipil untuk dihakimi. Menurut
sumber NU (Nahdlatul Ulama), yang merupakan anggota legislatif Jawa Timur,
kampanye NU untuk memusnahkan PKI yang dilakukan di seluruh Jawa Timur akhirnya
diperluas ke pojok timur.
“Sangat sulit untuk menghentikan pembunuhan,” kata Sumarsono, kepala polisi Jawa Timur, dikutip dalam pesan telegram nomor 216 tanggal 27 Desember 1965. “Mungkin beberapa komandan militer lokal ingin menerapkan perintah dari atasan mereka untuk menghentikan pembunuhan, namun menghadapi masalah yang sulit.”
Sumber: Historia
0 komentar:
Posting Komentar